SQUEL "GAIRAH SANG CASANOVA"
SERI KEEMPAT.
#POVPELAKOR
Karena kesalahan di masa lalu, membuat seorang wanita yang kini bekerja di sebuah club' malam bertekad menghancurkan rumah tangga seseorang.
Dia adalah Bianca, wanita cantik dengan tubuh gemulai, juga parasnya yang cantik rupawan. Namun, nasib baik sepertinya tidak berpihak padanya.
Bianca hidup sebatang kara, setelah sang ayah meninggal saat dia remaja. Semua keluarga tidak ada yang sudi menampungnya hingga dia hidup dengan liar di luar sana.
Dan ia merasa semua nasib sial itu akibat perbuatan seorang wanita bernama Joana, yang kini terlihat bahagia dengan suaminya. Hidup penuh tawa, dan bergelimang harta.
Hingga akhirnya Bianca bertekad, untuk menggoda suami wanita itu.
"Bizard Welling Tanson, aku akan membuatmu jatuh dalam pelukanku dan menghancurkan Joana!"
Apa yang membuat Bianca ingin membalaskan dendamnya pada Joana? Cus ikuti ceritanya.
Salam Anu 👑
Ig @nitamelia05
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ntaamelia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35. Menggoda Lebih Ekstrim
Sore harinya.
Bianca harus pulang sendirian menggunakan ojek online, sebab Bizard akan lembur malam ini. Namun, ketika dia sampai di rumah, dia pun tidak melihat batang hidung Joana. Gerbang masih terkunci dengan rapat dan ruangan juga masih tampak gelap.
Bianca masuk ke dalam menyusuri ruang tamu.
"Ke mana nenek sihir itu? Apa dia juga belum pulang?" gumam Bianca sambil menekan saklar lampu yang menempel di dinding. Dia melongok ke sana ke mari, dan ia benar-benar tidak melihat kehadiran sang tuan rumah.
"Baguslah kalau dia tidak ada, aku bisa jadi bisa bersantai sebentar." Bianca menghempaskan tubuhnya di sofa panjang yang terasa sangat empuk, hingga dia merasa begitu nyaman. "Setelah bersantai aku akan masak dulu, habis itu mandi, dan dandan yang cantik untuk menunggu kepulangan Bizard."
Dia membuka ponsel, dan ternyata ada pesan dari Joana. Mengatakan bahwa dia akan lembur malam ini, dia meminta Bianca untuk tidak tidur terlebih dahulu, sebelum dia datang.
"Cih, bodo amat! Kalau ngantuk ya tidurlah, bila perlu kamu itu tidak usah pulang, biar aku bisa menguasai suamimu." Bianca menggerutu, merasa kesal dengan sikap Joana yang terkadang semena-mena.
Sambil komat-kamit, Bianca mencari nomor Bella. Dia ingin meminta cara untuk menggoda Bizard lebih ekstrim lagi. Supaya pria itu lebih cepat masuk ke dalam perangkapnya.
Tanpa menunggu lama, panggilan yang Bianca buat sudah terhubung. Hingga dia bisa mendengar suara sahabatnya yang ada di ujung sana.
"Halo, Bel? Kamu sibuk tidak?" tanya Bianca.
"Tidak, ada apa? Mau curhat tentang pria itu?"
Bianca tersenyum lebar. "Iya, kok kamu tahu? Aku ingin meminta sesuatu padamu, Bel."
"Sesuatu apa?" tanya Bella sambil mengernyitkan keningnya. Kini dia tengah berdandan, bersiap untuk menemui pelanggan setianya.
"Bel, aku ingin menggodanya lebih keras lagi. Menurutmu aku harus bagaimana?" Mata Bianca senantiasa melirik ke arah pintu, takut ada yang datang secara tiba-tiba.
Mendengar itu, Bella langsung menghentikan gerakan tangannya. Dia adalah seorang wanita malam, menaklukkan seorang pria adalah hal yang kecil bagi dia. Berbeda dengan Bianca yang memang tidak pernah menjajakan sesuatu yang ada dalam dirinya.
"Caranya mudah, Bi. Tapi yang jadi masalahnya, aku tidak tahu kamu sanggup atau tidak."
Kening Bianca berkerut mendengar ucapan sahabatnya. Dia sedikit berpikir kira-kira apa yang ingin Bella katakan, tetapi dia tidak menemukan apa-apa di dalam otaknya.
"Memangnya cara apa?"
"Pakai tubuhmu."
Bianca melebarkan kelopak matanya. Dia bukan wanita bodoh yang tidak tahu apa maksud Bella. Kalau dengan cara memperlihatkan lekuk tubuh sih dia sudah pernah melakukannya, tetapi jika menyerahkannya? Tidak, dia belum berpikir sampai ke sana.
"Maksud kamu, aku menggodanya dengan memberikan tubuhku cuma-cuma? Dia bukan tipe pria gampangan, Bel."
"Pakai trik, Bianca. Suguhkan tubuh molekmu beberapa kali pada dia, biarkan dia terus membayangkannya. Bila perlu sampai dia tidak tahan dan ingin secepatnya memakanmu."
"Tapi kalau ternyata dia tidak mau?"
"Pakai obat, campurkan sedikit, beres. Tapi ingat, jangan sampai dia tahu kalau kamu yang memberikannya. Dan sekarang aku tanya, kamu sanggup melakukan itu semua?"
Bianca terdiam sejenak. Mencoba menimangnya. Akan tetapi pada akhirnya dia tidak menemukan solusi apapun, selain rencana Bella. Sebab dendam yang ada di hatinya telah membutakan Bianca.
"Aku akan mencobanya."
***
Setelah selesai memasak, Bianca langsung masuk ke dalam kamarnya untuk mandi dan berdandan secantik mungkin. Mumpung tidak ada Joana, dia akan memakai rencana dari Bella untuk menggoda Bizard.
Wanita itu memilih satu gaun malam yang terbuka. Memperlihatkan setiap lekuk tubuhnya yang tampak sangat indah.
Sambil menunggu Bizard pulang, dia membaca beberapa artikel tentang berhubungan badan. Dia memang pernah melakukan foreplay, tetapi tidak sampai ke tahap yang lebih jauh.
Tepat pada pukul 9 malam, suara deru mobil memenuhi halaman rumah. Bianca nyaris tertidur karena saking lamanya dia menunggu, tetapi saat dia melihat dari jendela. Dia melihat hanya mobil Bizard yang masuk ke dalam rumah.
Bianca tersenyum senang. Bahkan kantuk yang sedari tadi melanda matanya langsung sirna seketika. Dengan langkah kaki tergesa, Bianca keluar untuk membukakan pintu.
Saat benda persegi panjang itu sukses terbuka. Bizard yang hendak melangkah masuk tiba-tiba mematung dengan kelopak mata yang melebar sempurna.
Deg!
Kejadian ini persis seperti waktu dia mengantarkan Bianca ke rumah kontrakannya. Namun, ada sedikit perbedaan, sebab Bianca terlihat jauh lebih mempesona dari biasanya.
Kaki jenjang Bianca terlihat sangat mulus tanpa cacat. Pandangan Bizard semakin naik, ke atas lutut hingga paha wanita cantik itu. Bizard langsung meneguk ludahnya kasar, saat ia melihat dengan jelas benda segitiga yang menerawang dari balik kain tipis berwarna merah jambu itu.
Tak ada yang berani bersuara. Namun, Bianca bisa melihat bahwa Bizard tengah memindai lekuk tubuhnya. Tatapan mata pria itu terus naik hingga ke atas dadanya yang terlihat tumpah ruah.
Nafas Bizard memburu, merasa tak waras dengan pemandangan yang ada di depan matanya. Dia melangkah pelan, sementara sorot matanya tak lepas sedikitpun dari tubuh Bianca.
Bizard terus mengayunkan kakinya dan berhenti tepat di hadapan Bianca. Andai posisi Bizard tengah uji nyali, mungkin dia sudah melambaikan tangan ke arah kamera.
Bianca langsung menunduk, sementara Bizard tengah mati-matian menahan sesuatu yang ada dalam dirinya.
"Bianca," panggil Bizard.
"Ya, Tuan," lirih Bianca nyaris tak terdengar, ia bukan berpura-pura takut. Sumpah demi apapun, ia malah takut sungguhan. Saat menatap mata Bizard yang terlihat begitu lapar. Apa mungkin, Joana jarang memberikan pelayanan pula di atas ranjang?
"Kamu sengaja memakai pakaian ini?"
Bianca terdiam sesaat, dia menggigit bibir bawahnya, tak tahu kalau apa yang ia lakukan justru membuat Bizard semakin tak kuasa menahan hasratnya. Ingin sekali dia menyesap bibir merona itu.
"Maaf, Tuan, habis mandi saya tertidur. Begitu mendengar suara mobil Tuan, saya buru-buru keluar. Saya—"
Ucapan Bianca terhenti saat Bizard tiba-tiba memasangkan jas tubuhnya yang nyaris telanjang.
"Jangan ulangi. Kamu ganti sana, habis itu temani aku makan."
Setelah mengatakan itu, Bizard langsung melangkah meninggalkan Bianca. Dia tidak ingin berlama-lama berada di sana, sebab sesuatu dalam dirinya tiba-tiba bangkit saat membayangkan tubuh Bianca.
"Astaga, apa yang kamu pikirkan, Bee?" gumam pria itu sambil memegangi kepala.
Sementara di belakang sana, Bianca terus memperhatikan gelagat Bizard dengan sudut bibir yang tersenyum sinis. Sepertinya pria itu mulai terpengaruh dengan apa yang ia suguhkan.