JANGAN LUPA DUKUNG KARYA INI YA!
🌸Setelah tiga tahun menikah, Arjuna mengomentari istrinya sangat membosankan, tapi orang yang membosankan inilah yang melemparkan perjanjian perceraian di wajahnya pada perayaan ulang tahun perusahaan di depan semua orang, yang membuatnya kehilangan muka.
tetapi siapa sangka, setelah berpisah, Arjuna malah merasa sangat menyesal karena telah menyia-nyiakan istrinya, dan memulai mengejar cinta istrinya kembali.
Mampukah Arjuna kembali memperjuangkan kepercayaan dan cinta Luna kembali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rafizqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34 Kekesalan Luna
Rian yang di perintah pun mulai melajukan mobilnya meninggalkan tempatnya. Membelah jalan raya yang semakin ramai oleh penduduk kota yang sedang bepergian.
Tiga puluh menit telah berlalu. Kini Rian sudah sampai di lokasi kejadian kecelakaan. Tidak lama seseorang mengirim pesan singkat kepadanya.
"Nona Luna ada di Hotel Permata Indah tidak jauh dari lokasi kecelakaan. Nomor kamar 186" Pesan teks dari seseorang kepercayaan Rian.
Setelah mendapatkan pesan itu pun, Rian langsung melajukan mobilnya menuju lokasi.
Di depan parkiran hotal. Terlihat Luna sedang berdiri di tepi jalan. Sepertinya dia sedang menunggu seseorang. Beruntung Rian datang tepat waktu, jadi dia bisa langsung membawa Luna pergi dari sana.
Luna seketika terheran, setelah melihat mobil yang begitu asing yang telah berhenti di depannya. Tidak lama, Rian pun keluar dari dalam mobil, membuat Luna langsung membuang nafas kasar.
"Nona! Saya datang atas perintah tuan Arjuna dan ingin menjemput Nona untuk pulang" Jelas Rian cepat.
Luna memutar bola mata malas, "Sebaiknya kamu bilang sama Arjuna tidak perlu menjemput ku. Karena aku sudah ada yang menjemput!" jawab Luna.
"Maaf Nona kalau boleh tau, siapa yang ingin menjemput Nona?" Tanya Rian.
"Saya!" Gibran yang merupakan Bos ditempat Luna bekerja pun muncul begitu saja. Yang membuat Rian langsung terdiam dengan tatapan yang mengarah kepada Gibran.
"Baik Nona. Kenapa Nona tidak ikut saya saja? Tuan secara pribadi meminta Nona untuk pulang dengan mobil ini, tentu itu akan lebih aman" Kata Rian lagi yang kini terkesan memaksa. Luna mendelik tidak suka atas ucapan Rian. Mau bos atau sekertaris, sepertinya mereka memiliki cara bicara yang sama. Yaitu menyakiti perasaan orang lain. Begitulah pikir Luna.
Kring Kring Kring.
Di waktu yang sama suara dering handphone milik Rian pun berbunyi, Rian mengambil handphone nya di dalam saku celananya. Lalu menatap layar ponselnya dan mendapatkan bahwa Arjuna yang telah menelpon.
"Sebentar, tuan Arjuna yang menelpon" lanjut Rian lagi.
"Bagiamana? Kamu sudah menemukan Luna?" Tanya Arjuna dari seberang sana.
"Maaf tuan. Nona Luna menolak untuk di jemput oleh saya! Dan....Pak Gibran sepertinya secara pribadi juga datang kesini untuk menjemput Nona Luna" Jawab Rian ragu.
"Kenapa dia datang?."
"Berikan telepon ini kepada Luna!" Perintah Arjuna lagi dengan nada bicara seperti sedang marah.
"Baik Tuan!" Jawab Rian mengiyakan.
"Nona! Tuan ingin bicara!" Kata Rian yang memberikan handphone miliknya kepada Luna.
Luna tidak menggubrisnya, dia terlihat acuh dan tidak perduli, "Katakan padanya aku tidak ingin bicara. Dan katakan lagi kepada dia bahwa aku baik-baik saja. Jangan terlalu memikirkan masalahku. Aku sudah bisa pulang bersama Gibran saja" Jawab Luna.
Rian pun kembali berbicara kepada Arjuna melalui teleponnya, "Maaf Tuna. Nona bilang dia ingin pulang bersama pak Gibran saja. Katanya Jangan mengkhawatirkan dirinya" Ucap Rian dengan ragu. Takut jika tuannya itu akan marah besar.
"Katakan padanya bahwa aku tidak mengijinkannya untuk pergi bersama Gibran!" Bentak Arjuna dari balik telepon.
Rian pun mau tidak mau harus menyampaikan pesan itu kepada Luna.
"Nona! Tuan bilang dia tidak mengijinkan Nona untuk pergi bersama Pak Gibran" Ujar Rian kepada Luna.
Luna tentu kesal. Siapa dirinya yang berani mengatur hidupnya?
"Katakan kepada tuan mu itu. Aku tidak peduli. Siapa dirinya? Bahkan dia bukan lagi bagian dari hidupku lagi. Ingat itu!" Bentak Luna yang marah yang sudah menjalar ke ubun-ubun.
"Ayo Pak! Saya ikut bapak saja!" Ajak Luna cepat. Dan kedua orang itu pun pergi begitu saja menuju mobil yang terparkir di tepi jalan sedikit jauh dari dari mereka.
Sementara itu. Arjuna yang mendengar ucapan Luna dari balik telepon hanya diam membisu. Bahkan hatinya sudah pasti akan terasa sangat sakit. Dia ingin marah, tapi tidak bisa harus melampiaskan kemarahannya itu kepada siapa. Bahkan wanita yang dia cintai pun sudah memilih pria lain.
"Jika kamu bersikeras untuk pergi bersama Gibran. Maka aku akan membatalkan kerja sama film kita!" Arjuna mengancam dari sebuah pesan teks yang ia kirim ke nomor Luna.
Luna tentu membacanya. Ia sangat sakit hati. Sangat tidak rasional jika seseorang menyangkutkan masalah pribadi ke masalah pekerjaan bukan?. Begitulah pikir Luna.
"Kenapa? Kenapa dia selalu hadir dan mencampuri segala urusanku? Siapa dirinya? Bahkan dia tidak membiarkan aku hidup dengan tenang!" Gerutu Luna kesal. Sepanjang perjalanan dia hanya bergumam dan memaki Arjuna. Dan itu membuat Gibran hanya diam dan membiarkan Luna untuk meluapkan segala emosinya.
Gibran juga tidak sengaja melihat pesan teks itu dari Arjuna. Dan dia hanya menghela nafas panjang.
"Sudahlah! Jangan dipikirkan lagi. Masuklah dulu!" Akhirnya Gibran pun bersuara dan mempersilahkan Luna untuk masuk ke dalam mobil.
Luna pun tersenyum ramah, lalu masuk ke dalam mobil.
Gibran pun berjalan memutar, lalu masuk dan duduk di kemudi mobil samping Luna.
Lalu tidak lama. Gibran pun melakukan mobilnya meninggalkan tempatnya.
Suasana didalam mobil begitu hening. Bahkan tidak ada yang membuka suara di antara mereka berdua.
Gibran sesekali mencuri pandang. Terlihat Luna menatap keluar kaca mobil dengan wajah yang begitu sedih.
Gibran tau, Luna sekarang pasti sedang memikirkan Arjuna, dia pun memberanikan diri untuk membuka suara, "Luna! Maaf! Aku tidak tau kalau Arjuna juga menjemputmu hari ini. Aku akan bicara kepada Arjuna jika ini akan menjadi masalah untukmu!" Ujar Gibran dengan penuh kelembutan.
Luna merasa sangat sedih, air matanya tumpah begitu saja dari balik senyumnya yang terus ia berikan untuk Gibran. Sepertinya air matanya tidak bisa di ajak kompromi.
Tanpa di suruh. Gibran menyapu air mata itu dari pipi Luna, "Kamu jangan sedih. Aku yakin! Kamu bisa melupakan dia!" Ujar Gibran lagi.
Mata Luna semakin memerah, hatinya sangat marah kepada Arjuna.
"Mengapa? Mengapa dia selalu menggangu hidupku? Mengapa dia selalu mempersulit aku? Bahkan dia tidak mengijinkan aku untuk hidup lebih tenang!" Lirih Luna dengan suara isakkan yang sudah tidak tertahan.
Gibran hanya menghela nafas berat, "Kamu hanya perlu fokus kedepan. Jangan hiraukan apapun yang membuatmu terluka. Ingat! Kamu juga perlu bahagia! Cobalah untuk keluar dari masalah yang selalu membuatmu tidak tenang. Mungkin! Kau harus membuat keputusan yang bisa membuat Arjuna tidak bisa lagi mengganggu mu!" Jelas Gibran.
Luna masih diam membisu. Dia mendengarkan dengan seksama apa yang Gibran sampaikan kepadanya. Tentu saja dia mengerti maksud dari perkataan Gibran.
"Apakah keputusan itu harus mencari seorang pengganti?" Tanya Luna.
"Itu jika kau siap membuat keputusan Luna. Aku hanya bisa memberikan saran untuk mu!" Ujar Gibran lagi.
Dan Luna pun kembali diam di dalam pikirannya sendiri.
Sementara Gibran, kembali fokus menyetir mobil menuju kota.
.
.
.
.
Bersambung.
Jangan lupa untuk memberikan like dan komen ya setelah membaca ☺️
terus lah berkarya dan sehat selalu 😘😘
iyalah bknnya Luna udah sepantasnya gt krn klian udah bercerai Juna
😀😀😀😀😀😀😀