Bagaimana jadinya jika wanita yang telah ia rebut suaminya menikahi Ayahnya?
Ya, Dia adalah Maya, Wanita yang rumah tangganya di hancurkan oleh Vanya Adiyaksa Abrisam, Membalas perbuatan sang pelakor dengan balasan yang tidak pernah Vanya bayangkan sebelumnya.
Dengan bermain cantik, Maya diam-diam mendekati Adiyaksa Abrisam yang tak lain adalah Ayah dari Vanya sang pelakor hingga berhasil menikahinya.
Lalu bagaimana kisah mereka setelah menjadi satu keluarga?
Ikuti keseruan pembalasan istri sah terhadap pelakor yang akan tersaji dalam Novel "Menikahi Ayah Pelakor"
Karya : Noor Hidayati
Add FB : I'tsmenoor
Instagram @_itsmenoor
Tiktok @itsmenoor12
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noor Hidayati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Memanas
Dengan penuh rasa hormat Abrisam memperkenalkan Maya kepada seluruh staf dan karyawannya. Bahkan sepanjang perkenalan itu Abrisam tidak melepaskan tangan Maya hingga membuat seluruh karyawan tersenyum terbawa perasaan.
Namun tidak demikian dengan Alvin dan Vanya yang merasa cemburu dengan kemesraan itu. Mereka meninggalkan ruangan tanpa mau menunggu Abrisam dan Maya beramah tamah dengan seluruh karyawannya berakhir.
Bhraaakkk...!!! Vanya melemparkan tas nya ke meja hingga barang-barang yang ada di atasnya berjatuhan. Namun belum sempat ia meluapkan amarahnya, Vanya kembali di kagetkan oleh kedatangan Maya.
Maya tersenyum menatap Vanya yang terlihat begitu kesal.
Kemudian ia melangkah mengambil berkas yang berada di lantai dan meletakan kembali di meja.
"Rapikan kembali meja ini sebelum meninggalkan ruangan!"
"Kamu memerintah ku!?"
"Tentu, Apa kamu lupa apa yang sudah Tuan Adiyaksa Abrisam katakan?"
"Dia Ayah ku!"
"Dia suamiku dan sekarang Dia sedang tidak berpihak kepada mu."
"Maya! Aku akan membalas apa yang kamu lakukan kepada ku!"
Dengan kesal Vanya menuruti perintah Maya. Sementara Alvin hanya berdiri menatap Vanya dan mantan istrinya tersebut.
Setelah Vanya selesai merapikan barang-barang yang terjatuh, Maya kembali mendekati Vanya."
"Bagus, Sekarang kemasi barang pribadi mu dan bawalah ke ruangan mu yang baru."
Vanya menghentakkan kaki untuk melupakan kekesalannya sembari mengambil barang pribadinya. Kemudian ia melangkah keluar. Namun baru sampai di ambang pintu, Maya kembali menghentikannya.
"Satu lagi..."
Vanya berhenti tanpa mau menoleh ke belakang.
"Di kantor kamu harus memanggilku Nyonya dan di rumah kamu harus memanggil ku ibu, Jadi berhenti memanggilku Maya apa lagi menyebut ku dengan kata "Kamu."
Tanpa menjawab apa yang Maya katakan, Vanya meninggalkan ruangannya yang kini telah beralih kepada ibu sambungnya tersebut.
Maya menghelai nafas panjang dan mengalihkan pandangannya kepada Alvin yang masih berdiri tenang menatapnya.
"Apa yang kamu pikirkan Alvin, Apa kamu tidak ingin membuntuti istri mu?"
Alvin tersenyum dan melangkah memutari Maya.
"Aku tidak menyangka, Jika istri ku yang dulu begitu lugu..."
"Mantan istri!" tegas Maya.
"Ya... Baiklah, Aku hanya tidak pernah menyangka jika kamu yang dulu begitu lugu, Pendiam dan tidak pernah membantah bisa menguasai Adiyaksa Abrisam yang terkenal begitu tegas dan dingin kepada wanita, Aku jadi berpikir dengan perkataan Vanya, Sihir apa yang gunakan?" Alvin merapatkan tubuhnya hingga tubuh Maya condong ke belakang menabrak meja.
"Jauhkan diri mu dari ku!" tegas Maya.
"Bagaimana jika Aku semakin dekat dengan mu?"
"Apa kamu tidak takut dengan suami ku, Ayah mertua mu?"
Alvin hanya tersenyum dan semakin mendekatkan wajahnya.
Krekkk...!
Maya dan Alvin terkesiap melihat Abrisam yang tiba-tiba masuk.
Alvin langsung mengikis jarak melihat tatapan Ayah mertuanya tersebut.
"Mas Adi..."
"Sedang apa kamu disini?" tanya Abrisam mendekati Alvin.
"E... Aku hanya ingin mengambil berkas ku," ucap Alvin mengambil sembarang berkas dan berlalu pergi meninggalkan ruangan.
Kini Abrisam menatap lekat Maya dan melangkah ke arahnya.
Tatapan yang cukup membuat Maya tegang, Karena khawatir ia melihat apa yang Alvin lakukan padanya.
"Maafkan Aku karena membuat mu lama menunggu," ucap Abrisam sembari menyelipkan anak rambut ke belakang telinga Maya.
Ucapan yang sungguh melegakan hati Maya karena Abrisam tak membahas kedekatannya dengan Alvin.
"Tidak papa, Tadi Aku juga bukan hanya dengan Alvin, Tapi ada Vanya juga."
"Benarkah?"
Maya mengangguk dan melihat ada sedikit kesedihan di waja Abrisam.
"Mas menyesal karena telah menghukum Vanya?"
"E... Tidak, Aku hanya menyesal karena tidak bisa membimbingnya menjadi anak yang baik."
"Ini bukan kesalahan Mas, Setiap orang tua pasti sudah melakukan yang terbaik untuk anaknya, Tapi tidak semua anak bisa memenuhi harapan orang tuanya."
"Ya kamu benar dan Aku harap dengan hukuman ini, Vanya akan berubah menjadi pribadi yang jauh lebih baik lagi."
Maya tersenyum menganggukkan kepalanya.
"Eummm... Kalau begitu sekarang apa yang harus ku lakukan?" tanya Maya melihat berkas-berkas di atas meja. Namun Abrisam kembali menghadapkan tubuh Maya ke arahnya.
"Sudah ku katakan, Kamu tidak perlu mengerjakan apapun dan cukup temani Aku."
Tatapan lekat dari jarak yang begitu dekat membuat Maya begitu gugup. Terlebih saat Abrisam dengan entengnya mengangkat tubuhnya dan mendudukkan dirinya di atas meja.
Belum juga rasa gugupnya hilang, Maya kembali di buat gugup saat Abrisam duduk di kursi dan menatap lekat sang istri yang jarak duduk lebih tinggi darinya. Kemudian Abrisam mengangkat satu kaki Maya sejajar dengan wajahnya.
"Mas..." lirih Maya yang merasa itu tidak sopan untuk nya. Namun tidak menjadi masalah untuk Abrisam.
Abrisam tersenyum tipis dan mbukakan high heels warna hitam yang Maya kenakan kemudian mengecup kakinya.
Maya di buat berdebar atas apa yang Abrisam lakukan. Apalagi kecupan itu semakin naik ke atas hingga mencapai lututnya.
Abrisam menghentikan kecupannya dan kembali menatap lekat Maya. Kemudian ia mendekatkan tubuhnya dan meletakkan kedua kaki Maya di pundaknya untuk kembali melanjutkan sapuan lidahnya.
"Akhhh!" Maya di buat terkejut atas apa yang Abrisam lakukan. Ia tidak pernah melakukan ini sebelumnya terlebih di ruangan yang tidak terkunci. Namun tidak dengan Abrisam yang seolah tidak khawatir dengan kedatangan orang ke ruangan tersebut. Ia malah asik bermain dengan bagian inti Maya hingga membuat Maya menengadahkan kepalanya ke atas dengan tubuhnya melengkung ke belakang.
"Ssshhh... Mas Adiii..." desa'h Maya sambil menggenggam rambut Abrisam dan membuatnya semakin terbenam di antara kedua pa'ha nya.
Mendengar desah'an Maya Abrisam semakin bersemangat dan memperdalam permainan lidahnya hingga membuat tubuh Maya menegang.
"Aaaaaaaaaaakkkhhhh..." lenguhan panjang memenuhi ruangan ber-AC kini terasa begitu panas.
Nafas yang memburu tak membuat Abrisam memberinya kesempatan untuk Maya untuk beristirahat. Justru ia semakin bergair'ah melihat wajah sang istri yang kini terlihat begitu sensual saat di selimuti dengan kabut gair'ah. Abrisam yang telah menurunkan celananya, Membopong tubuh Maya dan mbuat Maya duduk di pangkuannya.
"Oughhhhhhhh..." lenguhan nikmat saat penyatuan kedua inti itu semakin membuat suasana ruangan kian panas. Seolah tak lagi khawatir akan siapapun yang datang ke ruangan tersebut. Mereka seolah berlomba untuk mencapai puncak kenikmatannya.
Desah'an nikmat saling bersahutan bebarengan dengan Maya yang semakin bergerak lincah di atas tubuh Abrisam yang kini hanya menengadahkan kepalanya ke atas menikmati permainan Maya yang mendominasi.
"Akhhhhh Akhhh Akhhh... Mas Adiiii... Akkkhhhhh." Maya semakin meracau tak karuan sembari memejamkan mata dan menengadahkan kepalanya ke atas.
Abrisam memeluk erat tubuh Maya dan membenamkan wajahnya di kedua bulatan kenyal yang berguncang indah seiring permainan Maya yang semakin cepat, Hingga tiba akhirnya keduanya mencapai puncak kenikmatannya secara bersamaan.
"Aakkhhhhh..." lenguh Maya yang terkulai lemas dan menjatuhkan kepalanya di pundak Abrisam.
"Cup." satu kecupan di pundak Maya di barengi dengan belaian lembut ke rambut panjangnya.
Bersambung...