Yoga Permana, 22 tahun, pekerja biasa yang hidupnya terasa hampa setelah patah hati dan gagal move on dari cinta pertama. Pelariannya? Menulis webnovel… meski lebih sering buka Facebook daripada nulis.
Suatu malam, saat mencoba menulis prolog novel barunya Pe and Kob, laptopnya rusak, lalu menariknya masuk ke dalam dunia novel yang bahkan belum ia selesaikan.
Kini terjebak di dunia isekai hasil pikirannya sendiri, Yoga harus menjalani hidup sebagai karakter dalam cerita yang belum punya alur, belum punya nama kerajaan, bahkan belum punya ending.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MagnumKapalApi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5 - Menuju Bab 1 Bagian 2 (5)
Dengan keadaan perut terisi daging kelinci bakar, langkah kakiku berjalan, mengenakan ransel dipunggung.
Meninggalkan danau dan melanjutkan perjalanan menuju Gunung Lunagen di timur.
“Mungkin mereka sedang mencariku...”
Matahari sudah meninggi, terlintas sejenak tentang desa Carrington, keluarga dan teman-temanku mungkin sedang dalam keadaan panik karena aku tak ada.
Tubuhku masih terasa lelah, berjalan santai mungkin pilihan yang bijak menyusuri hutan, dibalik hutan dan pepohonan, Gunung Lunagen terbentang luas dari kejauhan.
Langkah kaki berjalan dengan santainya, namun dalam benakku masih tersimpan banyak tanya.
“Daun sirih perawan, bahan langka di dunia ini, masyarakat belum tahu fungsi tumbuhan ini” batinku “Selain daun sirih perawan, masih banyak yang tersimpan di dunia ini.”
Pikiranku berkecamuk disepanjang perjalanan.
“Pohon kehidupan, yang ditumbuhkan para elf zaman dahulu melalui sihirnya.”
Dalam plot yang kubuat, Elf sendiri adalah ras yang menutupi diri dari manusia, bahasa yang mereka pakai berdasarkan bahasa suku dari bumi, sebuah plot yang kubuat untuk memperjelas plot Menara Babel dan sejarah kuno.
“Reruntuhan Menara Babel.”
Reruntuhan kuno, yang masih belum ditemukan sampai saat ini, tersimpan banyak sejarah.
“Senjata legendaris, Golok Naga Perang.”
Seperti Nodachi no Katana milik Ryan di masa depan, Golok Naga Perang adalah senjata yang dipakai James di masa mendatang.
Selain Gunung Lunagen, tempat lain yang menyimpan artefak dan bahan langka memiliki nilai sejarah yang berbeda.
Seakan dunia novel ini bukan dunia dalam cerita, terasa sangat nyata, walaupun aku sudah enam tahun menginjakan kaki ke dunia ini.
“Tak kusangka premis yang kompleks membawaku kedalam cerita diluar logika manusia dari bumi.”
Langkah kakiku semakin menjauh, pikiranku bergumam.
“Walau sudah kusiapkan outline bab, namun ku tak pernah merancang Villain.”
Penjahat utama dunia Pe and Kob, yang tak ada dalam premis.
Tak ada gambaran, tak ada petunjuk, namun semua akan terlihat saat di akademi.
Namun ku memikirkan plot yang tak ada, dunia ini terlalu luas untuk menceritakan kehidupan akademi.
“Sepertinya Lala dari masa depan itu final boss yang hanya di lingkup James sebagai tokoh utama.”
Penjelasan ini logis, hasil pemikiran yang entah apa seperti awalnya, jika hanya kehidupan akademi, sebagai tokoh utama, semua itu hanya konflik dalam lingkup James.
“Yang artinya, dunia ini tidak memiliki villain, tak ada batasan, karena semua orang bisa dibilang tokoh utamanya dalam hidup mereka masing-masing.” raut wajahku masam, seperti lansia yang sedang menanggung banyak beban.
Dunia ini, tak seperti dunia yang hanya berisikan tulisan, semua nyata dan luas.
Dalam benakku, menganggap semua orang itu hidup dan nyata, memandang mereka sebagai makhluk yang hidup adalah tindakan yang benar, bukan memandang mereka sebagai tokoh dalam naskah.
Tak hanya pedang dan sihir, hukum fisika juga bekerja, semua memiliki perhitungan.
Bahkan lingkaran sihir juga memiliki rumus matematikanya. Sesuai dengan hukum alam dunia ini.
Teori gila muncul dalam benakku.
“Bentuk lingkaran sihir pada setiap elemen berbeda.”
“Bagaimana jika rumus itu diberikan pada tubuh?”
Bukan hanya memakai, namun menanamkannya, seperti Mana yang sudah ada sejak lahir, masuk dalam bagian tubuh itu sendiri.
Namun resikonya adalah nyawa.
“Ini sudah masuk hal tabu.”
“Sama saja memberikan lingkaran sihir pada mayat yang sudah mati, seperti melawan hukum alam.”
Tak hanya itu, dewa-dewa, entitas tuhan dunia.
“Apa mereka juga turut ikut dalam kelangsungan dunia ini?”
Semua terlintas, seperti saat aku berusia tiga belas tahun di bumi, tentang keberadaan tuhan yang nyata atau tidak.
Dan sejenak aku memejamkan mata.
“Memikirkan tuhan itu sama saja menanyakan kematian diri sendiri... Akal manusia takkan pernah sampai kesana.”
Langkah kakiku semakin jauh, tak sadar sudah dua jam aku berjalan kaki menyusuri hutan.
Hawa semakin mencekam, firasatku tidak enak, aku memasang Ki dalam kondisi ini.
Napas, memiliki dua kaki sedang melangkah, tak hanya satu bahkan seperti kelompok, rasanya seperti mereka manusia.
Kurasakan melalui Ki, rasanya seperti napas yang sedang tertawa bersama, dan ada beberapa dari mereka seperti napas putus asa.
Jaraknya tidak jauh, hanya beberapa langkah saja menuju mereka.
Aku menekan semua Mana ku menjadi tipis, tak bocor dan tak bisa dirasakan oleh sekitar.
Teknik assassin yang bergerak dalam sunyi, aku menguatkan kakiku dengan Mana lalu melompat ke arah Ki berasal.
Insting, mungkin karena aku menguasai Ki, dalam kondisi mencekam, dibawah alam sadarku, Ki bekerja.
Melompat dari dahan ke dahan, halus dan presisi, lembut seirama dengan suara angin, berusaha sebisa mungkin untuk tidak menimbulkan suara hentakan.
Kakiku mencapai lokasi, di ketinggian dahan pohon, aku melihat.
Kelompok bersenjata, kereta kuda, manusia yang diikat, juga beberapa ras elf.
“Bandit!!” tak pikir lama aku menyimpulkan.
Aku menghitung melalui Ki, memisahkan mereka diantara para tahanan bandit, jumlah mereka ada dua belas. Dua diantaranya didalam kereta, dan yang lain sedang bercengkrama diluar.
"Sepertinya mereka sedang beristirahat.” batinku berucap “Namun kereta kuda itu mengarah ke barat.”
Aku menatap posisi kereta kuda, posisinya menghadap desa Carrington. Jika mereka benar-benar pergi ke Carrington, desa dalam bahaya.
Desa itu hanya berisi petani dan buruh, serta ibu rumah tangga saja, sedikit petarung kuat di desa, karena anak muda merantau ke ibukota, juga pergi untuk ke akademi.
“Kalo ke desa, kampung halamanku dalam bahaya.” ketusku “namun beda cerita jika yang mereka hadapi para protagonis kecil.”
Ke khawatiran ku sedikit menurun, namun membiarkan mereka terlalu berisiko, belum lagi para tahanan, hidup mereka terancam.
Jika mereka ke desa belum tentu mereka akan berhadapan langsung dengan protagonis kecil.
Brainstorming, kondisi seperti ini akal seorang penulis sedang bekerja, suatu teknik atau proses untuk mengumpulkan ide-ide sebanyak mungkin dari individu atau kelompok, biasanya dalam waktu singkat, dengan tujuan menyelesaikan suatu masalah, menemukan solusi, atau menghasilkan gagasan baru. Dalam tahap ini, semua ide diterima dulu tanpa kritik atau penilaian, agar kreativitas tidak terhambat.
Tujuan brainstorming sendiri tak lain adalah,
“Menghasilkan banyak ide secara cepat.“
“Mendorong kreativitas dan pemikiran bebas.“
“Mencari solusi dari berbagai sudut pandang.“
“Meningkatkan partisipasi dan kerja sama dalam tim, jika dilakukan berkelompok”
Batinku bergumam.
Ku mencoba menenangkan diri, kegagalan bukanlah pilihan, keringat sebesar biji jagung menetes dari dahi, mengalir seperti air hingga dagu dan jatuh ke dahan yang aku pijaki.
Bandit bukan sesuatu yang harus aku hadapi, aku minim pengalaman, namun ini adalah awal.
Kulihat tiga penyerang jarak jauh, lima penyerang jarak dekat, dan dua lainnya diluar kereta kuda tidak memiliki senjata, artinya mereka adalah penyihir, dua didalam kereta belum jelas tipe penyerang atau support.
Namun yang jelas bandit adalah kelompok kriminal bersenjata, yang menyerang membabi buta, mereka tak perlu support.
“Aku harus menargetkan langsung ke jantung mereka, menyerang dari titik buta lalu berganti posisi.”
“Kepanikan akan terjadi, menyembunyikan diri di daun pepohonan adalah ide yang tepat.”
“Pola ini harus kuterapkan.”
Kesannya lebih menyesakkan dan ada tekanan batin. Karena si MC ini tau, kalau dia kabur dari rumah tersebut. Orang tua asli dari tubuh yang ditempati oleh MC, akan khawatir dan mencarinya.