NovelToon NovelToon
Jatuh Cinta Dengan Adik Suamiku

Jatuh Cinta Dengan Adik Suamiku

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / CEO / Selingkuh / Anak Kembar / Dijodohkan Orang Tua / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga)
Popularitas:6.7k
Nilai: 5
Nama Author: Mila julia

Keira hidup di balik kemewahan, tapi hatinya penuh luka.
Diperistri pria ambisius, dipaksa jadi pemuas investor, dan diseret ke desa untuk ‘liburan’ yang ternyata jebakan.

Di saat terburuk—saat ingin mengakhiri hidupnya—ia bertemu seorang gadis dengan wajah persis dirinya.

Keila, saudari kembar yang tak pernah ia tahu.

Satu lompat, satu menyelamatkan.
Keduanya tenggelam... dan dunia mereka tertukar.

Kini Keira menjalani hidup Keila di desa—dan bertemu pria dingin yang menyimpan luka masa lalu.
Sementara Keila menggantikan Keira, dan tanpa sadar jatuh cinta pada pria ‘liar’ yang ternyata sedang menghancurkan suami Keira dari dalam.

Dua saudara. Dua cinta.
Satu rahasia keluarga yang bisa menghancurkan semuanya.

📖 Update Setiap Hari Pukul 20.00 WIB
Cerita ini akan terus berlanjut setiap malam, membawa kalian masuk lebih dalam ke dalam dunia Keira dan Kayla rahasia-rahasia yang belum terungkap.

Jangan lewatkan setiap babnya.
Temani perjalanan Keira, dan Kayla yaa!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mila julia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 27.Identitas Aldi

Aldi duduk di ruang keluarga bersama ibunya, Mayang, dan ayahnya, Prasetyo. Suasana terasa menekan; wajah keduanya tegang, dan beberapa berkas berserakan di atas meja menambah berat udara di ruangan itu.

“Ada apa, Bu? Yah?” tanya Aldi, bingung melihat sikap mereka yang tak seperti biasanya.

Mayang menggenggam tangannya sendiri erat-erat, jelas terlihat cemas dan gelisah. Sementara Prasetyo duduk kaku, jemarinya bergetar pelan.

“Apa yang sebenarnya ingin Ayah dan Ibu sampaikan?” desak Aldi, hatinya makin dipenuhi rasa penasaran.

Dengan mata berkaca-kaca, Mayang akhirnya meraih tangan anaknya. Sentuhannya gemetar, suaranya parau. “Ibu hanya berharap… kamu tidak akan membenci Ayah dan Ibu setelah mendengar ini.”

Aldi menatap ibunya tak mengerti. “Apa maksud Ibu?”

Kali ini Prasetyo ikut menggenggam tangan Aldi. Ia menarik napas berat sebelum akhirnya berkata, “Nak… Ayah dan Ibu sudah terlalu lama menyimpan rahasia ini. Kami tidak sanggup lagi terus menutupinya. Sudah saatnya kamu tahu kebenaran tentang dirimu.”

Kening Aldi berkerut, matanya memanas. “Apa maksud Ayah?” suaranya bergetar.

Prasetyo menatap putranya dengan mata penuh rasa bersalah. “Kamu… bukan anak kandung Ayah dan Ibu.”

Dunia Aldi seakan berhenti. “Apa…?” bisiknya tak percaya.

Mayang menunduk, air mata jatuh tanpa bisa ditahan. “Nak… Ayah dan Ibu sebenarnya hanya pembantu dan sopir dari orang tuamu yang asli.”

Aldi menggeleng keras, tawa getir lolos dari bibirnya. “Jangan bercanda, Yah. Aku tinggal di rumah ini sejak lahir. Bagaimana mungkin aku anak orang lain?”

“Orang tua kandungmu bernama Bastian Alhendra dan Shintya Alhendra,” lanjut Prasetyo pelan. “Mereka adalah pengusaha besar, orang baik yang sangat menyayangimu. Tapi… mereka dibunuh dalam sebuah kecelakaan tragis yang direncanakan oleh Darma Hadiwijaya—sahabat ayahmu sendiri.”

FLASBACK

Malam itu kantor sudah lengang, tapi sisa ketegangan masih menempel di udara. Lampu lorong yang temaram seolah ikut menyaksikan pertengkaran sengit yang baru saja pecah. Bastian Bagas Alhendra melangkah cepat, wajahnya merah padam, diikuti Sintya yang berusaha menjaga langkah meski hatinya ikut terombang-ambing.

Di parkiran, Mayang—baby sitter yang setia menemani keluarga itu—menggendong bayi kecil bernama Arvian. Ia masuk lebih dulu ke kursi belakang, sementara Bagas menghempaskan tubuhnya ke kursi kemudi. Nafasnya masih memburu, seperti bara yang belum padam.

“Dia… dia tidak bisa seenaknya, Sin!” suaranya pecah, jemari menggenggam setir terlalu kuat. “Korupsi, gelapkan dana, aku masih bisa diam. Tapi sekarang dia mau singkirkan aku! Aku nggak akan tinggal diam.”

Sintya menatap suaminya, wajahnya pucat, tapi ia berusaha tenang. “Mas, sabar dulu. Kita hadapi dengan kepala dingin. Jangan… jangan terbawa emosi.”

Bagas mendengus, napasnya berat. “Tidak ada sabar lagi, Sin. Besok aku adakan rapat pemegang saham. Aku akan tarik sahamnya, apapun caranya.”

Belum sempat kata itu selesai, cahaya silau menghantam pandangan mereka.

BRUUUUMMM!

Sebuah truk besar melaju dari arah berlawanan, seperti monster kehilangan kendali.

BRAKK! Suara besi menghantam besi, kaca pecah berhamburan. Mobil mereka terpental, berputar keras, lalu menghantam bahu jalan.

Jeritan bercampur tangis bayi memenuhi kabin.

Mayang terhuyung, tubuhnya dihantam serpihan kaca. Darah mengalir dari pelipisnya, tapi ia tetap mendekap Arvian sekuat tenaga, seolah hanya itu yang penting.

Di kursi depan, Sintya terkulai tanpa suara. Bagas masih bernapas, meski setiap tarikan napas terdengar seperti pisau yang mengiris paru-parunya.

Ponselnya bergetar di dashboard. Nama yang muncul: Darma Hadiwijaya.

Dengan tangan gemetar, Bagas meraih ponsel itu. “D… Darma…” suaranya serak, nyaris tak terdengar. “Tolong…”

Yang terdengar bukan pertolongan. Melainkan tawa dingin dari seberang sana.

“Hahaha… Bagas. Kau pikir bisa melawanku? Lihatlah, kau sudah remuk. Besok, perusahaan ini sepenuhnya milikku. Kau… sudah selesai.”

Bagas terbatuk, darah memenuhi bibirnya. “Kau… tidak… akan… bisa…” katanya patah-patah, lalu sambungan terputus.

Matanya perlahan menoleh ke kursi belakang. Mayang masih hidup, meski tubuhnya penuh luka. Bayi kecil itu menangis keras, wajahnya memerah.

“Mayang…” suara Bagas bergetar, hampir hilang. “Keluar… bawa Arvian… sejauh mungkin. Cari Prasetyo… jangan biarkan Darma menemukan anak ini.”

“Pak… saya… saya nggak bisa—” air mata Mayang jatuh bersama darah yang mengalir dari pelipisnya.

“Ganti… namanya,” Bagas menahan napas yang kian berat. “Anggap dia… anakmu. Demi keselamatannya.”

Tangis bayi menyayat malam.

Mayang meraih gagang pintu dengan tangan gemetar. Begitu ia melangkah keluar dengan Arvian dalam pelukannya, ledakan keras memecah malam.

DUAARRR!

Tak lama, Prasetyo muncul tergesa, wajahnya panik melihat istrinya berlumuran darah. Tanpa banyak tanya, ia membantu Mayang masuk ke mobil lain. Deru mesin memecah keheningan, meninggalkan kobaran api yang kini jadi makam keluarga Alhendra.

Air mata Aldi tak mampu ia bendung lagi . Dadanya terasa sesak, cerita dari ayahnya membuat dadanya seolah mendidih karna amarah . Orang tuanya di bunuh begitu keji oleh keluarga Hadiwijaya.

Tangannya mengepal keras . Aldi langsung berdiri dan keluar dari rumah tanpa mengatakan sepatah katapun.Aldi mengabaikan panggilan Prasetyo dan mayang dan tetap berjalan lurus menjauh dari rumah.

Keira hampir menjatuhkan gelas yang ia pegang ketika Aldi tiba - tiba muncul di hadapannya dengan wajah yang sembab karna tangisan.

“Mas Aldi?” suaranya pela. “Kenapa? Kamu kenapa mas ?”Keira meletakkan gelas di genggamannya ke atas meja lalu memegang bahu aldi kuat.

Tanpa menjawab, Aldi meraih tangan keira Genggamannya erat, terlalu erat.

“Bantu aku, Kei…” suara Aldi pecah.

Keira semakin bingung, “Bantu apa, Mas?"

“Ikut aku ke kota kei. Kita hancurin keluarga Hadiwijaya "

Keira tertegun. Kata-kata itu seperti menamparnya.

$$$$$$

Langkah Leo dan Kayla berakhir di taman belakang kantor. Senja melukis indah langit di atas mereka. Leo berhenti di depan bangku, merogoh saku jas, lalu mengeluarkan sapu tangan putih. Dengan telaten ia mengelap permukaan kayu, setiap gerakan pelan namun penuh perhitungan.

Kayla memutar mata. “Sok romantis banget…” gumamnya.

Leo menegakkan punggung, tersenyum tipis. “Harusnya kamu tersenyum manis saat diperlakukan begini.” Ia memberi isyarat agar Keira segera duduk.

Kayla menurut, tapi sambil menghela napas malas. “Iya, gue berbunga-bunga banget… bunga bangke.”

Leo hanya tersenyum sinis mendengar sindiran Keira yang begitu tajam. Leo beralih membuka Kotak kukis, satu potong diambil, lalu ia sodorkan tepat di depan wajah Kayla.

“Aaaa…” ucapnya genit.

Kayla menatapnya lama, lalu meraih kukis lain dan memakannya sendiri. “Gue punya tangan, kali.”ucapnya memasukkan sepotong kukis ke dalam mulutnya.

Senyum Leo retak. Ia pun menyuapkan kukis itu ke mulutnya sendiri.

Di sela kunyahan, Kayla melirik kukis di tangannya—senyum hambar muncul." Coba aja ini gorengan yang biasa Revan bawa… pasti udah gue lahap tanpa mikir."batinnya lagi-lagi menghela nafas.

Leo tak berhenti menatapnya. Matanya menelusuri wajah, jemari, bahkan tarikan napas Keira. Tatapan Leo yang terlalu lama, membuat Kayla gelisah.

“Lo kenapa sih? Ngelihatin gue kayak gitu.”ucapnya menatap Leo penuh selidik.

"Kenapa nggak ada reaksi? Harusnya kacang di kukis ini bikin dia gatal, lebam, sesak napas…" batin Leo, jemarinya refleks menyentuh tangan Keira, seolah memeriksa.

Kayla spontan menepis. Tatapannya menajam. “Apa yang lo rencanakan Leo?” suaranya rendah, mengandung ancaman.

Leo terdiam sepersekian detik, lalu menurunkan pandangan ke remahan di bibir Kayla. Dengan senyum tipis ia mengusapnya pakai ujung jari.

“Kamu makan seperti anak kecil, liat berantakan banget."

Kayla membeku sesaat, napasnya tercekat. Tapi cepat-cepat ia mendorong tangan Leo. “Gue tahu, lo ada maksud lain.”

“Maksud kamu apa?” Leo tetap tenang, nada suaranya datar. “Aku hanya khawatir kamu terluka di pekerjaanmu. "

Kayla terkekeh hambar. “Lucu. Biasanya juga lo yang bikin gue luka-luka.”

Leo mengabaikan sindiran itu. "Tetap nggak ada reaksi? Apa aku salah pilih jenisnya? " Tatapan Leo lagi- lagi jatuh pada kotak kukis , ia masih begitu bingung dengan reaksi Keira yang tidak sesuai dengan rencananya.

Dari balik rimbun bugenvil, sepasang mata menatap tajam tanpa berkedip. Helaan napasnya berat, tersengal, seolah dada terlalu sempit menahan gejolak. Bibirnya terkatup rapat, tapi sudutnya bergetar halus, tak mampu menyembunyikan amarah yang mendidih. Jemarinya mengepal keras, urat di pergelangan menonjol seiring tegangnya tubuh yang menahan diri.

Senja di hadapannya begitu indah, tapi di wajahnya hanya ada bayangan getir—alisnya mengerut, matanya berkilat. “Kebahagiaan itu seharusnya bukan milikmu, Keira.”

.

.

Bersambung...

1
Alyanceyoumee
si tntri jahat banget
Alyanceyoumee
yah kasian revan
Pandandut
kok aku jadi gimana gitu ya leo panggil kek gitu/Facepalm/
Pandandut
lha ngapain dilihat orang lu jahat koo
Pandandut
salah siapa jahatt
Iqueena
Kasian Revan, di rumah itu dia jadi sasaran kejahatan smua keluarganya
Iqueena
Yah, salah ngomong 🤦🏻‍♀️
Iqueena
Kita sama penasarannya Kayla
Bulanbintang
Eh, siapa nih?
Bulanbintang
Nah lho, pikiranmu jadi kenyataan, Kay.🤣
Bulanbintang
Enteng banget 😭
TokoFebri
Revan dan Kayla. semoga kerja sama kalian ini bisa membuat Leo hancur.
Yoona
kasian banget Kayla hidup ny nggak tenang mulu
Septi Utami
coba jujur aja, kei. barangkali Aldi justru bisa membantu kalian...
Dewi Ink
ada something pasti
Pandandut
sinting banget ni mamah
Iqueena
WHAT??????
Iqueena
Ya emang lu pura-pura, singa barong
Alyanceyoumee
hmmzz memang kasih sayang orang tua sangat berpengaruh besar dalam tumbuh kembang anak. laaah kaya Bu bidan aja saya🫣
TokoFebri
ya Ampun Kay.. kenapa terjebak dengan permainan Leo?
Keira lebih baik jujur saja. tapi aku tau maksud dari diam mu.
Kutipan Halu: diam salah bicara apalagi serba salah emang kak😔
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!