Zainna Keisha Nugraha, seorang Mahasiswi kampus ternama di Jakarta harus menerima pernikahannya dengan seorang Profesor yang merupakan salah satu dosennya yang berstatus sebagai duda beranak satu. Inna menerima pernikahan ini karena sudah terlanjur sayang pada Putri kecil yang sangat manis dengan nasib yang sama dengannya yaitu ditinggalkan oleh ibu kandungnya. Namun Inna juga harus menelan pahit bahwa suaminya masih sangat mencintai istri pertamanya dan sangat sulit untuk Inna dapat menggantikannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon desih nurani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tiga Puluh Lima
Malam hari, Inna masih sibuk dengan macbook dihadapannya. Ia melihat Elya yang sudah tertidur memeluk dirinya seperti biasa. Sudah dua malam Elya tidur bersama mereka.
"Anak Mama sudah tidur rupanya." Kata Inna meletakkan macbooknya di atas nakas. Lalu membenarkan posisi tidur Elya. Inna mengecup kening Elya begitu lembut. Dan kembali mengerjakan tugas kampusnya.
"Kamu belum tidur?" tanya Samuel yang baru keluar dari kamar mandi.
"Belum Mas, banyak tugas minggu lalu yang belum selesai." Sahut Inna tanpa melihat lawan bicaranya.
Samuel yang merasa diabaikan pun langsung menghampiri Inna dan duduk disebelahnya. Samuel menarik pinggang istrinya, dan itu berhasil membuat Inna terkejut.
"Mas, jangan ganggu dulu. Tugas Inna belum selesai." Rengek Inna mulai kesal.
"Besok lanjutkan, malam ini kita tidur." Samuel mengecup leher Inna. Ia terus menggoda istrinya.
"Gak bisa, Mas. Besok semua tugas harus dikumpul." Protes Inna yang masih sibuk dengan macbooknya. Samuel merasa kesal karena terus di abaikan. Ia menarik macbook istrinya dan meletakkan di atas nakas.
"Mas!" Seru Inna tak percaya dengan perbuatan suaminya.
"Siapa dosennya? Mas bisa meminta izin. Mas tidak suka diabaikan, Sayang." Ujar Samuel menatap Inna tajam.
"Tapi Mas...." belum selesai Inna bicara, Samuel lebih dulu menyosor bibirnya. Inna terbelalak, kaget dengan serangan dadakan suaminya. Cukup lama mereka terhanyut dalam pergumulan. Inna sama sekali tak dapat menolak. Samuel selalu berhasil menghipnotisnya.
Perlahan Samuel melepaskan pagutannya. Menatap wajah sang istri yang merah padam. Inna terlihat menghirup udara dengan rakus, karena kehabisan stok oksigen. Dan itu berhasil membangunkan gairah Samuel.
"Mas menginginkannya, Honey." bisik Samuel semakin menciptakan rona merah di pipi Inna. Dan itu sangat menggemaskan.
"Tapi disini ada Elya, Mas." Sahut Inna dengan napas yang tak beraturan. Jujur, saat ini ia juga menginginkannya.
"Tidak jadi masalah. Kita bisa mencari tempat lain." Kata Samuel yang langsung mengangkat Inna, lalu membawanya ke kamar sebelah. Kemudian keduanya kembali menghabiskan malam yang cukup panjang.
***
"Elya bangun, Sayang." Inna menepuk pipi Elya yang masih terlelap. Sudah menjadi rutinitasnya untuk membangunkan Elya maupun Samuel. Dua orang itu sama-sama memiliki kebiasaan susah bangun.
"Elya masih ngantuk, Ma." Rengek Elya tanpa berniat untuk membuka mata.
"Jangan malas, Elya harus sekolah. Ayo bangun. Nanti telat." Kata Inna mencubit pipi Elya lumayan keras. Dan itu berhasil membangunkannya.
"Sakit, Ma." Inna tergelak melihat wajah kesal Elya yang menggemaskan.
"Mandi, lalu bersiap." Kata Inna mengendong Elya ke kamar mandi. Elya memeluk Inna dan kembali memejamkan matanya.
Setelah selesai membantu Elya bersiap, Inna langsung turun menuju meja makan. Di sana Samuel sudah duduk manis dengan pakaian santainya.
"Loh, Mas belum bersiap?" tanya Inna yang tak biasa melihat Samuel masih santai di jam segini.
"Hari ini kita akan menghabiskan waktu di rumah, Sayang." Sahut Samuel sambil menikmati kopi buatan istri tercinta.
Inna mengernyitkan keningnya. "Maksud Mas kita libur lagi? Inna gak setuju Mas, sudah banyak pelajaran yang terlewat. Lagian mana bisa kita seenaknya bolos, Mas?" Protes Inna yang tak habis pikir dengan pemikiran suaminya.
"Siapa bilang tidak bisa? Mas sudah menghendel semuanya. Jadi kamu hanya bisa mengikuti keinginan suami kamu ini." Kata Samuel dengan santai. Lalu menyantap roti dengan lahap.
"Enak banget sih kamu ngomong Mas, emangnya kamu pemilik kampus apa?" Inna mulai kesal pada suaminya. Inna memang belum tahu jika kampus tempatnya belajar itu milik kelurga Willson. Lebih tepatnya milik sang suami.
"Memang iya." Jawab Samuel santai.
"Ck, bisa aja kamu Mas." Inna meletakan roti selai di piring Elya. Lalu ia pun ikut sarapan.
"Kamu tidak percaya jika suami kamu ini pemilik kampus?" tanya Samuel yang dijawab gelengan oleh Inna. Bahkan wanita itu terlihat acuh. Inna berpikir jika kampus itu milik Pak rektor. Karena tidak mungkin Samuel sang pemilik, sedangkan ia hanya menjabat sebagai dekan kampus.
"Ya sudah kalau tidak percaya, yang pasti hari ini kamu tidak boleh pergi ke kampus." Ujar Samuel tersenyum penuh arti. Inna yang mendengar itu langsung melayangkan tatapan tak suka.
"Tapi mas...."
"Tidak apa bantahan, Sayang." Potong Samuel yang berhasil membuat Inna tambah kesal.
Lalu tak lama Elya datang dan bergabung untuk sarapan. Gadis kecil itu memang sangat pintar di usianya saat ini. Bahkan Samuel sebagai ayahnya merasa heran. Usia Elya baru menginjak enam tahun, tetapi anak itu bersikap seolah anak di usia tujuh tahun.
"Hai sayang, kenapa lama sekali?" tanya Samuel pada Elya. Namun Elya hanya diam karena masih mengantuk.
"Seperti biasa Elya susah untuk bangun. Sama seperti Papanya." Sahut Inna tersenyum kecut.
"Benarkah?" tanya Samuel sambil menatap Inna yang sedang meneguk susu.
"Ya, memang seperti itu bukan? Ayah dan anak sifatnya memang tidak jauh beda."
"Mama, Elya mau susu coklat." rengek Elya menatap Inna penuh harap.
"Baiklah Tuan putri, biar Papa yang habiskan susu putihnya." Inna meletakkan gelas susu milik Elya di hadapan Samuel.
Samuel yang melihat itu cuma bisa menggeleng pasrah.
"Sebentar, Mama buat dulu." Kata Inna sebelum beranjak ke dapur.
Tidak lama, Inna kembali dengan segelas susu coklat. "Ini susunya, dihabiskan supaya anak mama cepat besar." Kata Inna memberikan gelas itu pada Elya.
"Terima kasih, Ma." Ucap Elya yang langsung meminumnya. Inna hanya tersenyum melihatnya. Lalu menatap Samuel yang sejak tadi terus memperhatikanya.
"Sudah selesai?" tanya Samuel melihat jam ditanganya. Ia harus segera mengantar Elya sekolah.
"Sudah, Pa." Sahut Elya sambil tersenyum manis.
"Kalau begitu kita berangkat sekarang. Jangan sampai terlambat." Ajak Samuel yang langsung bangkit dari duduknya.
Inna membantu Elya turun dari kursi dan membawakan tasnya. Lalu mereka pun menyusul Samuel.
"Dadah Mama." Elya melambaikan tangannya pada Inna.
"Dadah sayang. Belajar yang baik." Balas Inna saat mobil Samuel mulai beranjak pergi.
Inna kembali masuk ke rumah. Ia duduk diruang keluarga dan memutuskan untuk menonton tv. Menunggu Samuel kembali. Beberapa menit, Inna merasa sangat bosan. Inna terus memindahkan siaran tv karena tidak ada yang menarik untuk ia tonton. Namun, tangannya terhenti saat siaran tv sedang menayangkan acara masak memasak. Inna kembali mendapat ide untuk menghilangkan rasa bosan, sudah lama sekali ia tidak bermain di dapur. Mungkin membuat kue akan menghilanhkan rasa bosan.
"Em, sepertinya bisa dicoba." Kata Inna yang langsung mematikan televisi, lalu beranjak ke dapur. Inna terus bersenandung sambil mengeluarkan semua bahan yang diperlukan untuk membuat kue. Setelah itu Inna memakai apron dan mulai membuat adonan.
Samuel yang baru pulang, merasa heran mendengar suara bising di dapur. Ia pun langsung beranjak ke dapur, dan melihat sang istri tengah berkutat dengan beberapa alat masak. Samuel bersandar di pintu dapur, menyaksikan istrinya yang asik sendiri. Setelah puas menonton, Samuel mendekati Inna dengan langkah pelan. Kemudian memeluknya dari arah belakang. Sontak Inna terperanjat kaget dan langsung berbalik. Samuel tergelak melihat wajah tegang Inna.
"Astagfirullah, Mas. Inna kaget tau gak?" Kesal Inna.
"Kamu serius banget, emang lagi buat apa?" tanya Samuel memperhatikan wajah cemberut istrinya.
"Inna mau buat kue, Mas." Jawab Inna kembali melanjutkan pekerjaannya.
"Mas boleh bantu?" tanya Samuel lagi tanpa berniat melepas pelukkannya.
"Boleh, tapi jangan mebuat kekacauan." Sahut Inna sambil menambahkan tepung ke dalam adonan. Samuel mengubah posisinya berdiri di disebelah Inna. Memperhatikan Inna yang sedang membuat adonan.
"Ok." Samuel hendak memegang adonan, tetapi Inna langsung menahannya.
"Stop! Cuci tangan dulu sampai bersih dan pake ini." Timpal Inna memberikan apron pada Samuel. Samuel menerimanya dan memakai benda itu. Lalu ia mencuci tangannya sampai bersih.
"Sudah, yang mulia ratu." Kata Samuel yang berhasil mengundang tawa istrinya.
Samuel menatap Inna yang sangat serius. Lalu ia melihat tepung yang menganggur di depannya. Sifat jahilnya pun mendadak muncul. Tanpa Inna sadari, Samuel membaluri tangannya dengan tepung.
"Sayang, sini Mas lap keringatnya." Tanpa banyak berpikir, Samuel langsung mengusap wajah istrinya. Alhasil wajah Inna kini dipenuhi oleh tepung. Samuel tertawa puas.
"Ya ampun, Mas. Mata Inna perih." Inna memejamkan matanya, membuat Samuel panik dan merasa bersalah.
"Maaf, Sayang. Tadi niatnya mau bercanda." Kata Samuel langsung mencuci tangan. Kemudian membersihkan wajah Inna. Namun, tanpa Samuel sadari, tangan Inna mulai bergerak untuk mengambil tepung. Dengan cepat, Inna menangkup wajah Samuel. Kini wajah suaminya berhasil dipenuhi tepung.
"Satu sama!" Inna berseru sambil tertawa riang. Ia sangat senang karena berhasil mengerjai Samuel. Samuel mengerang geram. Inna yang merasa terancam pun sedikit menjauh.
"Awas kamu ya," ancam Samuel hendak menangkap Inna. Namun ia kalah gesit, karena Inna berhasil mengelak. Inna berlari menjauh. Karena geram sudah di kerjai, Samuel mengambil tepung dan mulai mengejar istrinya. Mereka terus berlari layaknya anak kecil yang tengah main kejar-kejaran.
"Sudah Mas, Inna nyerah." Kata Inna yang mulai kelelahan karena terus berlari. Ia tak sanggup lagi untuk berlari. Samuel tersenyum penuh kemenangan, ia mendekati istrinya dan langsung membalurkan tepung di wajah cantik istrinya. Inna pasrah dan memilih untuk memejamkan matanya. Saat ini mereka sangat mirip seperti anak kecil.
"Dua satu." Kata Samuel membuat Inna mengerucutkan bibirnya. Ia tak pernah mau kalah dari Samuel, tetapi ia sudah tak sanggup untuk berdiri.
"Kamu cantik, mirip badut." Timpal Samuel membuat Inna semakin kesal.
"Jahat banget sih." Ketus Inna memukul lengan Samuel. Namun, dengan cepat Samuel menangkap tangannya. Mengunci mata coklat istrinya sangat erat. Samuel mendekatkan wajahnya dengan wajah Inna. Bahkan bibir keduanya hampir bertemu, sebelum suara bel rumah mengejutkan keduanya. Samuel berdecak kesal. Selalu saja ada pengganggu kesenangannya. Inna tertawa saat melihat wajah Samuel yang lucu saat sedang kesal.
"Siapa sih yang berani menganggu kesenangan kita?" Kesal Samuel beranjak untuk melihat siapa yang bertamu. Dengan perasaan kesal Samuel membuka pintu rumah. Sontak mulutnya terkatup rapat saat melihat seseorang yang berdiri di depan pintu.
"El...."
ceritanya keren,bagus
dan mantap
sukses
semangat
mksh
Ini kata Jidan pada Samuel
"Lepaskan dia kalau lo tdk bisa balas cintanya, karena gue yang akan mencintai dia, biarin dia bahagia, sudah cukup selama ini dia menderita"
Tau tidak Jidan itu kekasihnya didi dan di episode 28 dia melamar didi. Ini keistimewaan pebinor di novel2 egois, apapun kelakuannya selalu dibenarkan,
Kenapa novel harus egois dan tidak adil, pelakor dilakanat dibuat hina dan dihancurkan sedangkan pebinor begitu dipuja2, diistimewakan, dispesialkan, apapun salahnya selalu dibenarkan
Simple pertanyaan untuk author
Jika suami atau kekasihmu sangat perhatian dan membela mati matian istri orang lain, dan suami mengatakan seperti Jidan katakan pada samuel, (ini kata Jidan pada samuel "Lepaskan dia kalau lo tdk bisa balas cintanya, karena gue yang akan mencintai dia, biarin dia bahagia, sudah cukup selama ini dia menderita"). Apa kau akan bilang suamiku hebat karena perhatian dan mau merebut istri orang dan mencintai istri orang ituu
Ini kata Jidan pada Samuel
"Lepaskan dia kalau lo tdk bisa balas cintanya, karena gue yang akan mencintai dia, biarin dia bahagia, sudah cukup selama ini dia menderita"
Tau tidak Jidan itu kekasihnya didi dan di episode 28 dia melamar didi. Ini keistimewaan pebinor di novel2 egois, apapun kelakuannya selalu dibenarkan,
Kenapa novel harus egois dan tidak adil, pelakor dilakanat dibuat hina dan dihancurkan sedangkan pebinor begitu dipuja2, diistimewakan, dispesialkan, apapun salahnya selalu dibenarkan
Simple pertanyaan untuk author
Jika suami atau kekasihmu sangat perhatian dan membela mati matian istri orang lain, dan suami mengatakan seperti Jidan katakan pada samuel, (ini kata Jidan pada samuel "Lepaskan dia kalau lo tdk bisa balas cintanya, karena gue yang akan mencintai dia, biarin dia bahagia, sudah cukup selama ini dia menderita"). Apa kau akan bilang suamiku hebat karena perhatian dan mau merebut istri orang dan mencintai istri orang itu