NovelToon NovelToon
Menjerat Hati Perjaka Tua

Menjerat Hati Perjaka Tua

Status: tamat
Genre:Tamat / Perjodohan / Nikahmuda / CEO / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:23.8M
Nilai: 4.8
Nama Author: Rossy Dildara

Demi menuruti permintaan terakhir dari sang Ayah, Citra rela menikah dengan seorang pria matang berumur 35 tahun yang bernama Steven Prasetyo.

Dipaksa? Tentu tidak. Citra dengan ikhlas dan senang hati menerima pernikahan itu meski selisih mereka 16 tahun. Bahkan, dia sudah jatuh cinta saat pertama kali bertemu dengannya.

Namun, sebuah fakta mengejutkan saat Citra mengetahui sebuah rahasia tentang alasan Steven menikahinya. Mungkin itu juga sebabnya mengapa sikap Steven selalu dingin dan menjaga jarak selama ini.

Sesungguhnya dia kecewa, tetapi entah mengapa semangat untuk mendapatkan cinta dari pria dewasa itu tak pernah pudar. Malah makin membara. Citra bertekad akan membuat pria yang membuatnya berdebar setiap hari itu jatuh cinta padanya. Bila perlu sampai tergila-gila.

Akankah Citra berhasil menaklukkan hati Steven? Atau justru dia menyerah dan lebih memilih meninggalkannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rossy Dildara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

35. Aku nggak mau

Citra menggeleng cepat. "Tapi aku nggak mau."

"Kenapa?"

"Karena aku menganggapmu teman."

"Hanya itu?" Udin memiringkan kepalanya lalu menatap Citra begitu dalam, tak lama dia pun tersenyum. "Kan aku sudah bilang teman jadi pacar itu bisa, Cit."

"Iya, tapi akunya nggak suka padamu, Din."

"Nggak sukanya kenapa?" Udin mengerutkan dahinya heran, lantas dia pun menyugar rambutnya yang basah karena keringat. Bahkan dia belum keramas seminggu lebih. "Kan aku ganteng Cit, masa kamu nggak mau sama aku?"

"Kamu bukan tipeku, Din," jawab Citra jujur.

Tak mungkin juga dia mengatakan kalau Udin jelek, rasanya tak pantas menghina sesama manusia. Dan tentunya meski sepolos-polosnya Citra, dia juga bisa membedakan mana laki-laki jelek dan tampan.

"Memang tipemu yang seperti apa?"

"Seperti Oppa Korea."

"Ah mereka mah semuanya kebanyakan plastik, Cit."

"Plastik apaan? Mereka manusia dan ganteng kok."

"Tapi aslinya jelek, malah lebih gantengan juga aku. Mereka tuh ganteng karena hasil operasi plastik."

"Jadi secara nggak langsung kamu bilang Om Ganteng operasi plastik dan aslinya jelek?" Citra menatap wajah Udin dengan kesal. Tampaknya dia salah mengartikan apa yang temannya itu ucapkan.

"Kok jadi ke Ommu, sih? Perasaan aku nggak ada bilang Om Ganteng operasi plastik deh."

"Tapi Om Ganteng mirip Oppa Korea, itu berarti kamu bilang dia operasi plastik."

"Ya kalau masalah itu sih aku nggak tahu."

Citra langsung berdiri dengan wajah merengut lalu memanggil ibu kantin, dia pun membayar makan siangnya.

"Sekalian aku bayarin juga, Cit."

"Bayar saja sendiri, siapa suruh menghina Om Ganteng." Citra melengos, lalu berlalu pergi meninggalkan laki-laki itu.

Setelah membayar, Udin lantas mengejar Citra, lalu mengenggam pergelangan tangannya.

"Kok kamu marah? Aku nggak ada menghina Om Ganteng."

"Jelas kamu menghina!" Citra menepis kasar lengan Udin dan menghentikan langkahnya.

"Ya sudah aku minta maaf. Terus bagaimana jawaban atas permintaanku? Kamu mau 'kan jadi pacarku?"

"Kan sudah kubilang kamu bukan tipeku." Citra mendengus kesal lalu berjalan cepat meninggalkan Udin.

"Ya sudah! Tapi jalan-jalannya jadi, ya?!" teriak Udin yang melihat punggung Citra sudah menjauh. Gadis itu sama sekali tak menoleh atau pun menyahut, lantas dia pun berdecak kesal. 'Aku mau Citra jadi pacarku. Dia gadis yang sempurna. Cantik, baik dan banyak uang. Kalau bisa dijadikan pacar ... pasti dia mau memberikan apa pun yang aku mau,' batinnya.

***

"Dih, kok Om Gugun lagi yang jemput?" Langkah kaki Citra berhenti di sebuah gerbang kampus saat melihat asisten papanya itu turun dari mobil. Dia tampak cemberut dan kecewa, sebab bukan Steven yang menjemputnya.

"Saya memang ditugaskan Pak Steven untuk selalu mengantar Nona Citra pulang." Gugun membukakan pintu belakang mobilnya, dan Citra pun segera masuk kemudian duduk dengan terpaksa.

"Aku duluan ya temen-temen, dah!" seru Citra pamit seraya melambaikan tangan pada Lusi dan Rosa. Keduanya itu tersenyum dan mengangguk kecil.

"Padahal aku maunya Om Ganteng yang jemput," keluh Citra. Dia menyandarkan punggungnya pada menyangga kursi dengan wajah cemberut.

"Pak Steven sibuk di kantor Nona, apa lagi dijam-jam siang begini." Gugun menatap Citra dari kaca depan mobilnya sambil mengemudi.

"Tapi 'kan ini jam makan siang, Om." Citra menatap jam pada pergelangan tangannya yang menunjukkan pukul 12.20. "Pasti Om Ganteng sedang istirahat. Masa nggak bisa jemput." Citra mengerucutkan bibirnya.

"Memang kenapa sih Nona kalau saya yang jemput? Bukannya sedari Nona sekolah SMP ... saya yang sering jemput, ya?"

"Ya nggak apa-apa sih, cuma aku maunya diantar jemput sama Om Ganteng." Kedua pipi Citra langsung merona saat tiba-tiba saja membayangkan wajah Steven.

Gugun menatap Citra dari kaca depan mobil, wajahnya terlihat masam. "Nona cinta sama Pak Steven?"

"Iyalah Om. Masa nggak, Om Ganteng 'kan pria sempurna. Dia adalah pria idamanku."

"Sebaiknya jangan Nona, Nona jangan mencintai Pak Steven."

"Lho, kenapa memangnya?" Citra juga melihat Gugun dari kaca depan mobil. Wajahnya tampak bingung sekaligus penasaran.

"Nona nantinya sakit hati."

"Sakit hatinya kenapa?" Seketika Citra seperti Dejavu, mengingat perkataan itu mirip dengan apa yang Steven ucapkan. "Kok ucapan Om sama seperti Om Ganteng, sih? Om Ganteng juga pernah bilang kayak gitu."

"Kalau cinta bertepuk sebelah tangan pasti sakit Nona."

"Maksudnya? Jadi Om berfikir kalau Om Ganteng nggak cinta padaku?" Wajah Citra mendadak merah padam, hatinya berdenyut nyeri.

"Iya, Pak Steven memang nggak cinta sama Nona, kan?"

"Kata siapa nggak cinta? Om Ganteng sudah cinta sama aku, Om!" tegas Citra, dia tampak tersinggung dengan apa yang Gugun katakan. Momen semalam sudah dia artikan kalau Steven telah jatuh hati padanya.

"Apa Pak Steven mengatakan kalau dirinya cinta sama Nona?"

"Nggak sih, tapi semalam Om Ganteng sudah membuktikan kalau dia cinta padaku."

Gugun membulatkan matanya dengan lebar. "Dia membuktikannya dengan apa?"

"Rahasia."

"Serius Nona, buktinya apa? Apa Pak Steven berbuat macam-macam?" tebak Gugun penasaran.

"Kan aku sudah pernah bilang kalau Om nggak boleh kepo." Citra memutar bola matanya dengan malas.

"Tapi ini penting buat saya Nona, saya harus tahu hal apa yang dilakukan oleh Pak Steven pada Nona."

"Dih, kok begitu? Semua orang punya privasi, Om. Dan Om nggak wajib tahu!" gerutu Citra marah.

"Ya itu memang benar, tapi saya hanya ingin memastikan kalau Pak Steven nggak akan melanggar janjinya pada almarhum Ayah Nona."

"Janji? Janji apa?" Mendadak terlintas tentang hal yang diucapkan Steven semalam, dan rasanya Gugun tahu sesuatu.

Gugun langsung menampar bibirnya sendiri sebab sudah keceplosan, mendadak dia terlihat gelisah.

"Janji apa, Om? Apa ada yang aku nggak tahu?"

"Nggak ada apa-apa kok, Nona." Gugun menggeleng cepat, aliran keringat pada dahinya mengalir. "Maksudnya itu janji supaya Pak Steven untuk selalu menjaga Nona, ya ... hanya itu saja."

"Terus hubungannya aku nggak boleh cinta sama Om Ganteng apa? Kenapa?" tanya Citra penasaran.

"Nggak ada hubungannya, tapi akan lebih baik jika seorang laki-laki dulu yang mencintai perempuan. Jangan sebaliknya, begitu maksud saya."

"Ah Om pasti berbohong!" tukas Citra tak percaya. Alasan seperti itu sangat lumrah, tetapi emosi Steven yang begitu meluap menandakan sesuatu yang pastinya sangat berat. "Apa janji Ayah sama Om Ganteng? Apa amanah Ayah? Om pasti tahu itu semua, kan?" hardik Citra.

"Nona ini bicara apa? Janji? Amanah apa maksudnya?" Gugun terlihat makin gelisah.

"Cepat beritahu! Om nggak usah berpura-pura!" tekan Citra yang mulai meninggikan nada bicaranya.

"Saya nggak tahu apa-apa Nona." Gugun menggeleng cepat.

"Turunkan aku sekarang!"

"Mau ngapain? Ini masih jauh dan—"

"Turunkan aku atau aku lompat!" ancam Citra berteriak seraya membuka pintu mobil. Dengan begitu cepat Gugun mengerem mobilnya.

Citra turun dari mobil lalu berlari menuju jembatan. Gugun yang melihat Citra hendak naik pada tanggul jembatan itu sontak membulatkan matanya.

...Mau ngapain, Cit?...

1
Nayosha
cuma di novel aja usia 60 th bisa Hamil...halusnya berlebihan ini/Facepalm/
Nayosha
hahahaha si Steven beneran ga jadi bungsu
Nayosha
semoga solusinya berhasil ...aamiin
Nayosha
jadi bingung KL begini....kasian ke 22 nya...
Nayosha
wah KL Dukunnya meninggal bakal panjang pencariannya
Nayosha
akhirnya terbongkar jg bahwa anaknya Tian masih ada...semoga cepet ketauan KL Silvi anaknya Tian
Nayosha
wuih hasil ngamennya banyak banget ya....cuma di sini kayanya ngamen dapet 2jt hanya beberapa jam
Nayosha
hadueueuh ngakakak bangettt SM kelakuan Tian dan Juna/Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Nayosha
Abi SM Aulia merasa TDK di hargai....mikir doooong....lah kalian sendiri menghargai Nissa dan keluarga Prasetyo ngga dg berselingkuh...karma berlaku tuh
Nayosha
lah yg dulu berkhianat siapa....ya wajarlah mereka ga respek Bi...untung aja Tian masih mau ngundang
Nayosha
waduh kepergok dech lagi ehem"
Nayosha
ya Ampuuun sempet" nya ya LG pesta bahas goyangan...kebangetan ini mah mesumnya/Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Nayosha
duh Juna provokator nich...ngomongin aset orang dewasa SM masa depan nikahin Silvi...
Nayosha
duh Juna provokator nich...ngomongin aset orang dewasa ...keukeuh SM masa depan nikahin Silvi...
Nayosha
ketahuan deh kuburan Tina kosong
Nayosha
hadeueueh si Opa bener pengertian banget....mudah"an Silvi cepat ketauan anaknya Tian...kasian tuh bayi di urus orang lain....padahal Tian pengen banget punya anak
Nayosha
duh si Juna ngebet banget ya mau nikahin Silvi
Nayosha
kayanya Mamih Nisa mau goyang ngebor
Nayosha
jadi si Opa ya yg ngebet nyuruh Tian kencingin Mulu Nissa
Nayosha
ya ampun Juna....kamu mah Mateng sebelum berkembang... bocil udh mau nikah aja
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!