NovelToon NovelToon
Kecanduan Ibu Tiri

Kecanduan Ibu Tiri

Status: tamat
Genre:Romantis / Cintapertama / Berondong / Selingkuh / Cinta Terlarang / Tamat
Popularitas:3.9M
Nilai: 4.7
Nama Author: Annisha A

Bagaimana jadinya jika seorang lelaki muda, tampan yg sebelumnya tidak pernah memiliki rasa ketertarikan kepada para wanita yang ada di sekitarnya, justru tertarik pada seorang wanita yang akan menjadi ibu tirinya?

Ya, lelaki yang memiliki nama lengkap Antonio Robert itu memang lah tampan, ia tinggi dan tentunya ia juga kaya raya karena memiliki seorang ayah pemilik pabrik makanan olahan yang merknya sudah sangat terkenal. Banyak gadis-gadis di kampusnya tertarik padanya, namun sayang hingga semester akhir Nio berkuliah di kampusnya, tak pernah ada satu wanita pun yang membuatnya tertarik. Dan tak di sangka, ia justru langsung terpikat pada pandangan pertama dengan seorang wanita yang di kenalkan oleh ayahnya sebagai calon ibu tirinya.

Rena, begitu lah namanya biasa disebut, wanita yang memiliki paras cantik menggoda, memiliki bibir yang terlihat begitu merekah, serta bentuk tubuh bak gitar spanyol hingga tak ada alasan bagi kaum adam untuk tidak menyukainya. Keramahan Rena pada Nio, nyatanya berhasil membuat Nio semakin tergila-gila padanya, bahkan ketika Rena resmi menjadi ibu tirinya, perasaan Nio tak kunjung pudar, justru semakin menjadi-jadi sejak mereka tingga bersama.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Annisha A, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ucapan menyayat hati

Jam telah menunjukkan pukul 21.15 malam, saat itu Nio tengah berdiri di balkon kamarnya, dengan segala macam pikiran yang membuatnya tidak bisa tenang.

"Dia bisa tertarik dan bersedia menikah dengan papa yang sudah paruh baya, jadi tentu saja tidak menutup kemungkinan kalau dia bisa saja juga suka pada pak Eko." Gumam Nio dalam hati.

"Lalu apa aku ini? Apa sejauh ini dia masih tidak memiliki perasaan padaku?" Gerutunya lagi.

Sisi lain di kamar Rena..

Saat itu Rena baru saja selesai mencuci muka dan sikat gigi, lalu ia beralih menuju meja riasnya dan mulai duduk di depannya. Ia mulai termenung, memandangi pantulan diri yang terlihat dari cermin. Kala itu Rena sudah memakai baju tidurnya yang seolah sudah menjadi ciri khasnya, apalagi kalau bukan memakai lingerie dress. Dress berbahan brokat transparan, sangat mini, bahkan talinya juga sangat tipis.

Saat itu sorot mata Rena semakin kosong, ia kembali memikirkan sikap Nio yang tadi mendadak berubah. Perasaan tak tenang mulai merasuki tubuhnya, ditambah pula rasa penasaran, juga ikut menjalar memenuhi isi kepalanya.

"Ada apa dengannya? Apa benar telah terjadi sesuatu antara dia dan mas Rudy? Atau,, ada masalah lain? Tapi apa?" Pikir Rena dalam hati.

Rena akhirnya hanya bisa menghela nafas panjang, memilih untuk tidak terlalu memikirkan hal itu. Tapi di saat yang sama pula, Rena kembali teringat jika sore tadi Nio ada beberapa kali menelponnya, tapi karena saat itu ponselnya dalam keadaan senyap, membuatnya tidak bisa mendengar apapun saat ada yang menelponnya.

"Oh tunggu, apa mungkin dia marah? Karena aku tidak mengangkat telponnya?" Tanya Rena lagi yang mulai mengerutkan dahinya.

"Tapi tadi, saat awal makan malam, sikapnya masih biasa saja." Tambahnya lagi.

Segala macam pertanyaan dan pikirannya tentang Nio nampaknya berhasil membuatnya semakin pusing dan penasaran. Rena tidak bisa terus di hantui rasa penasaran, ia pun akhirnya mulai bangkit dari duduknya dan berniat ingin bertanya langsung pada Nio.

"Apa sebaiknya aku tanya langsung saja padanya." Gumam Rena.

Rena dengan pelan, mulai membuka pintu kamarnya, melirik ke kanan dan ke kiri di sekitar luar kamarnya untuk memastikan jika tidak ada bi Inah maupun pak Eko di lantai dua. Saat itu, beberapa lampu dari lantai dasar juga terlihat sudah di padamkan, membuat Rena merasa sedikit lebih leluasa untuk keluar dari kamar meski hanya dengan memakai lingerie dress yang cukup transparan.

Rena pun berdiri tepat di depan kamar Nio, entah kenapa perasaan gugup lagi-lagi datang begitu saja hingga membuatnya jadi mendadak ragu untuk mengetuk pintu itu.

"Sebaiknya besok saja, lagi pula apa yang akan dia pikirkan kalau aku mengetuk pintunya dengan pakaian sangat minim seperti ini? Tentu dia akan berpikir jika aku sengaja ingin menggodanya." Gumam Rena dalam hati yang akhirnya mengurungkan niatnya untuk menemui Nio.

Rena pun akhirnya memilih untuk kembali masuk ke kamarnya, dengan lesu mulai membaringkan tubuhnya di atas ranjang.

Namun di saat yang sama, Nio juga semakin merasa tidak tenang dan berpikir jika apa yang ada di dalam pikirannya saat itu perlu ia bicarakan pada Rena.

Nio pun melirik ke arah jam yang terletak di atas nakas, saat itu jam sudah menunjukkan pukul 21.30 malam.

"Rena pasti sudah masuk ke kamar, aku perlu bicara dengannya!" Ucapnya seorang diri yang saat itu bergegas keluar dari kamarnya,

Tidak seperti Rena yang merasa ragu serta segan saat ingin mengetuk pintu kamar Nio, kala itu Nio justru tanpa ragu-ragu langsung mengetuk pintu Rena.

*Tok,,tok,,tok*

Rena yang baru saja ingin menyelimuti tubuhnya, sontak dibuat terkejut dan melirik ke arah pintu kamarnya.

"Siapa ya? Apa bi Inah?" Tanyanya seorang diri sembari mulai kembali bangkit dari atas tempat tidurnya.

*Tok,,tok,,tok*

Untuk kedua kalinya suara ketukan pintu terdengar, membuat Rena bergegas menuju pintu kamarnya dan langsung membuka pintu itu.

Kedua mata Rena sontak membulat saat mendapati Nio yang telah berdiri di depan pintunya.

"Ni,, Nio??!!" Ucapnya terkejut.

"Ada yang mau aku bicarakan! Boleh masuk??!" Tanya Nio datar.

Rena lagi-lagi melirik ke arah sekitar kamarnya, untuk memastikan kembali jika kondisinya aman.

"Masuklah." Jawabnya pelan.

Nio pun langsung masuk ke kamar Rena dan mengunci pintu kamarnya. Sementara Rena, ia langsung beralih menuju lemari, untuk meraih sebuah kimono agar tidak terlihat terlalu seksi di hadapan Nio.

"Percuma melakukan itu, aku sudah melihat semuanya!" Ucap Nio datar.

"Tidak apa, lagian kita hanya akan bicara!" Jawab Rena sembari mengikatkan tali kimono itu ke pinggangnya.

"Benar juga." Jawab Nio pelan.

"Nio, sekarang katakan, apa yang terjadi denganmu? Kenapa sikap saat selesai makan malam tiba-tiba berubah?" Tanya Rena yang justru lebih dulu menyerang Nio dengan pertanyaannya.

"Seingatku, aku datang kesini untuk bertanya padamu, bukan malah untuk menjawab pertanyaanmu." Ucap Nio datar.

Rena pun terdiam dengan tatapan yang tak biasa.

"Sekarang katakan, darimana saja kamu?" Kini, Nio pun perlahan mulai melangkah mendekati Rena.

"Tadi siang aku merasa jenuh dirumah, jadi tadi aku pergi ke pameran lukisan yang diadakan di gedung seni yang ada di pusat kota." Jelas Rena sembari tersenyum.

"Sampai malam??" Nio pun mulai menyedekapkan kedua tangannya di hadapan Rena.

"Tidak, tapi tadi aku singgah ke sebuah Resto, untuk membeli beberapa dessert untuk dibawa pulang. Tapi saat sore jalanan sangat macet, itu yang membuat lama."

Mendengar hal itu, Nio pun hanya mengangguk-angguk.

"Lalu bagaimana dengan kamu yang tidak menjawab telponku?" Nio nampaknya masih belum sepenuhnya merasa baik-baik saja.

Rena pun juga menjelaskan pada Nio jika ponselnya dalam keadaan senyap, hingga membuat Nio terdiam.

"Tunggu, apa kamu benar-benar marah karena hal itu?" Tanya Rena memastikan.

"Tidak." Jawab Nio menggeleng.

"Lalu kenapa? Apa ada masalah lain? Apa kamu bertengkar lagi dengan papamu?"

"Sama sekali tidak! Dia bahkan tidak pernah menelponku sekali pun untuk menanyakan kabarku."

"Hmm, apa masalahnya dengan Sonia?" Kali ini Rena sedikit ragu mengatakannya,

Namun hal itu sontak membuat Nio mendengus.

"Kenapa harus melibatkan Sonia dalam masalah ini? Jelas ini tidak ada urusannya dengan Sonia!"

"Lalu kamu kenapa? Bisa beritahu apa masalah sebenarnya?" Tanya Rena yang nampak semakin penasaran.

"Ada apa antara kamu dan pak Eko?" Tanya Nio spontan.

Mendengar hal itu, membuat dahi Rena sontak mengkerut.

"Maksudnya?"

"Apa telah terjadi sesuatu antara kamu dan pak Eko? Aku melihat, caramu tersenyum padanya sangat berbeda."

Rena pun seketika mendengus dan terkekeh seolah tak menyangka Nio bisa sampai punya pikiran yang terlalu jauh,

"Astaga!! Kenapa kamu sanggup berpikir begitu?"

"Tidak ada yang salah dengan pikiran semacam itu, mengingat kamu yang juga bisa tertarik dengan lelaki paruh baya seperti papaku. Pak Eko tidak terlalu buruk untuk ukuran seorang lelaki yang sudah matang, apa mungkin memang begitu seleramu??" Ungkap Nio.

Lagi-lagi Rena kembali mendengus, ia benar-benar semakin tidak menyangka pada Nio yang menilainya seperti itu.

...Bersambung......

1
Kinantiee
Nnnti
Lintong
semoga tidak ada yg seperti ini di dunia nyata,,, kasihan si wanita
Nur Hayati
Buruk
AGUSTINUS BEDA
Kecewa
AGUSTINUS BEDA
Buruk
MAYZATUN 🥰🥰🥰al rizal
NIO DAN RENA🔥🔥🔥
Nggenk Topan
duh ikutan dah dig dug
Nggenk Topan
terlalu banyak bicara kau nio.. akan memudarkan nafsuku aaahhh
Nggenk Topan
sssshhhhhhh
Satrya Oy
Luar biasa
Fr s
love bgt sama karyamu thor
Adam Sahrain
Luar biasa
Aisyah Putri
aahhhh
Wahyu
lebih bagus nya lebih mendteil👍❤️
Wahyu
👍👍❤️
Wahyu
👍👍👍❤️
Wahyu
dilanjut kutunggu 18 + nya
arul.tuanaya
Membosankan KNPA itu harus terjadi di saat temanya lagi pada nongki di rmh kan aneh otak si ugly basrtad peran utamanya Udha kek ODGJ kerasukan kecubung
arul.tuanaya
Ahahah apasihh idioitt tiap bab hanya itu SJa si ugly basrtad terdiam terpaku memandangi AHAHAAH Udha Kya orng kena raibes aj linglung trus entr klo di tnya Lo KNPA di jwb eh itu in blalala
arul.tuanaya
Ahahah slh Lo jga soniaa seharusnya tau lah itu ugly ngga ada perasaan sama Lo jdi trauma kan Udha di Ksi apa yang di mau mlh ugly basrtad ngomongnya ngga ada perasaan hhh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!