Kecanduan Ibu Tiri
Nio, begitu nama sapaan lelaki yang memiliki nama lengkap Antonio Robert itu, lelaki yang memiliki tinggi sekitar 178 cm, dengan alisnya yang tebal beserta kulit yang berwarna sawo matang itu, terlihat tengah berjalan menyusuri koridor gedung kampusnya bersama dua orang teman lelakinya.
Saat itu, ada begitu banyak pasang mata yang terus memandanginya, terutama kaum hawa, karena tak bisa di pungkiri, aura Nio seolah begitu kuat hingga mampu menarik perhatian banyak wanita yang ada di kampusnya. Namun sikap Nio yang terkesan cuek, membuatnya jadi tidak terlalu menggubris setiap wanita yang ingin mencoba mendekatinya.
Tak lama suara deringan sebuah ponsel pun tiba-tiba saja terdengar, suara deringan itu berasal dari saku celana Nio. Nio pun segera merogoh saku celananya untuk meraih ponselnya yang terus berdering, dahinya seketika sedikit mengkerut saat tulisan "Papa" terpampang nyata di layar ponselnya itu.
"Ya pa, ada apa? tumben menelpon ku." Ucapnya begitu menjawab panggilan masuk itu.
"Apa kau masih di kampus?"
"Iya, kenapa?" jawabnya singkat.
"Papa ingin mengajakmu untuk makan siang bersama." Jawab sang papa.
Mendengar hal itu, sontak saja membuat Nio mendengus sembari tersenyum sinis, langkahnya pun seketika terhenti dan memilih memberi kode pada dua temannya untuk berjalan duluan.
"Apa aku tidak salah dengar?" Tanya nya yang masih seolah tak menyangka dengan apa yang barusan ia dengar.
"Tentu tidak, memangnya apa yang salah saat papa mengajakmu makan siang bersama?"
"Tentu saja aneh, karena selama lebih kurang 13 tahun sudah lamanya, papa tidak pernah punya waktu untuk makan bersama denganku." Ungkap Nio.
"Kau tau papa begitu sibuk mengurus pabrik dan itu pun untuk masa depanmu juga. Sudah lah jangan membahas itu, ini bukanlah waktu yang tepat."
"Maaf aku tidak bisa! karena aku masih sibuk dengan skripsiku siang ini."
"Emm begitu, lalu bagaimana dengan nanti malam?" Tanya papanya lagi.
Lagi-lagi hal itu pun berhasil mengundang tanda tanya dan rasa heran pada diri Nio.
"Makan malam bersama? Nanti malam?"
"Iya"
"Ada apa sebenarnya? Bukankah hal ini sangat aneh dan mencurigakan?" Tanya Nio yang mulai penasaran.
"Baik lah Nio, begini, papa ingin mengenalkan seseorang padamu." Jelas sang papa secara singkat.
"Seseorang? Siapa?" Dahi Nio pun kembali mengernyit.
"Nanti juga kau akan tau, maka dari itu papa harap kau bisa luangkan waktumu nanti malam."
Nio pun terdiam sejenak sembari mulai berfikir singkat siapa gerangan seseorang yang dimaksud oleh ayahnya itu, di tambah lagi rasa penasaran yang cukup mengganggunya.
"Emm baik lah."
"Bagus, nanti papa akan mengabarimu lagi dimana kita akan makan malam"
"Ok" Jawab Nio singkat.
Akhirnya sambungan telpon itu pun berakhir, Nio kembali berjalan dengan membawa rasa penasarannya. Namun sikap Nio yang cuek membuatnya tak ingin terlalu larut dalam rasa penasarannya itu, di tambah lagi hubungannya dengan sang ayah yang tak terlalu baik membuatnya tak ingin terlalu peduli.
Tik tok tik tok tik tok
Jarum jam berputar seakan begitu cepat, kini waktu sudah menunjukkan pukul 17.45 sore. Nio yang mulai penat memandangi laptopnya di sebuah cafe pun akhirnya menutup rapat laptop itu dan menyudahi sejenak tugas skripsinya untuk hari itu. Setelah melirik jam tangannya, ia pun akhirnya beranjak dari Cafe yang sejak siang tadi ia tongkrongi dan memilih langsung pulang.
Setelah menempuh waktu lebih kurang setengah jam, kini mobil yang di tunggangi oleh Nio pun telah terparkir sempurna di garasi mobil rumahnya. Dengan langkah santai ia terus melangkah memasuki rumahnya, lalu menapaki anak tangga menuju kamarnya yang berada dilantai dua.
*Ceklek*
Suara pintu kamar yang dibuka, kini akhirnya Nio telah masuk ke kamar yang bernuansa hitam putih, sebuah kamar dengan aroma maskulin khas lelaki, dengan beberapa lukisan dan poster artis wanita luar negeri yang begitu ia kagumi pun terpajang nyata di salah satu sisi dinding kamarnya.
"Huh lelah" Celetuknya saat menghempaskan tubuhnya ke kasur.
Baru beberapa saat menjatuhkan tubuhnya di kasur empuk miliknya, tanpa ia sadari, matanya pun perlahan mulai melayu hingga akhirnya ia tertidur begitu saja.
Hingga entah sudah berapa lama ia tertidur dengan begitu pulasnya, kini suara deringan ponselnya pun kembali membuatnya tersentak.
"Ya." Jawabnya dengan suara khas orang baru bangun tidur.
"Kau tidur?" Tanya papanya.
"Iya, baru bangun." Jawabnya masih dalam keadaan mata kembali terpejam.
"Astaga, sudah jam brapa ini, papa sudah otw menuju restoran."
"Menuju restoran? Lalu untuk apa mengatakannya padaku?" Tanya Nio yang sepertinya belum sepenuhnya sadar.
"Astaga Nio, bukankah kita sudah sepakat untuk makan malam bersama malam ini?"
Mata Nio pun seketika membulat, akhirnya ia ingat jika malam ini ia sudah setuju untuk makan malam bersama ayahnya.
"Ayo cepatlah bersiap dan segera datang ke restoran yang sudah papa kirimkan alamatnya melalui pesan."
"Iya, iya aku mandi dulu."
Nio pun segera menyudahi panggilan itu, ia mulai bangkit sembari meregangkan ototnya yang terasa sedikit kaku dan kemudian langsung beranjak mandi.
Tak butuh waktu lama, hanya dalam beberapa menit saja kini Nio pun keluar dari kamar mandi sudah dalam keadaan segar dengan hanya menggunakan selembar handuk yang melingkar di pinggangnya.
Tak terlalu peduli dengan acara makan malam itu, ia pun memilih berpakaian biasa saja, memakai kaos polos dengan di lapisi sebuah kemeja yang kancingnya sengaja di biarkan terbuka.
Setelah selesai, ia pun segera melajukan mobilnya menuju sebuah restoran yang cukup mewah di kota itu, dan untungnya lokasinya tak terlalu jauh dari rumah mereka.
Setibanya di restoran, tangan ayahnya pun langsung terlihat sedang melambai-lambai ke arahnya, Nio yang melihat itu pun langsung kembali melangkah untuk menghampiri ayahnya.
"Duduk lah." Ucap ayahnya dengan wajahnya yang terlihat begitu berbinar malam itu.
Nio pun duduk di sebuah kursi yang berhadapan dengan ayahnya, matanya pun tak bisa diam dan terus menyisir setiap sudut restoran.
"Bukankah ada seseorang yang mau diperkenalkan padaku? Lalu dimana orang itu? Siapa dia?" Tanya Nio tanpa basa basi.
"Hehehe iya, tunggu lah sebentar, orangnya sedang ke toilet sebentar." Jawab ayahnya dengan sebuah senyuman yang semakin melebar.
Berbagai jenis menu makanan pun mulai dihidangkan bahkan saat Nio belum memesan apapun. Karena meski pun ia dan ayahnya begitu jarang berkomunikasi intens, namun seorang ayah tetap lah akan menjadi ayah yang tau dan hapal dengan menu kesukaan anaknya.
"Ini, papa sudah memesankan menu kesukaanmu," Ayahnya pun tersenyum sembari mendekatkan sepiring kepiting saus padang yang memang menjadi favorit Nio.
Kala itu Nio tak menjawab dengan kata-kata, ia hanya membalasnya dengan sebuah senyuman tipis.
... Bersambung.... ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments
Wahyu
dilanjut kutunggu 18 + nya
2024-11-22
0
Nova Iia
dilanjut thor
2024-09-14
0
nuraeinieni
aq mampir thor
2024-08-27
1