NovelToon NovelToon
Basmara

Basmara

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Playboy / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Romansa
Popularitas:175
Nilai: 5
Nama Author: keisar

Basmara, dalam bahasa sansekerta yang berarti cinta dan tertarik. Seperti Irma Nurairini di mata Gervasius Andara Germanota, sebagai siswa anak kelas 11 yang terkenal Playboy menjadi sebuah keajaiban dimana ia bisa tertarik dan penuh kecintaan.

Namun apalah daya, untuk pertama kalinya Andra kalah dalam mendapatkan hati seseorang, Irma sudah ada kekasih, Andrew, seorang ketua OSIS yang terkenal sempurna, pintar, kaya, dan berbakat dalam non akademi.

Saat terpuruk, Andra mendapat fakta, bahwa Irma menjalani hubungan itu tanpa kemauannya sendiri. Andra bangkit dan memerjuangkan Irma agar sang kakak kelas dapat bahagia kembali.

Apakah Andra berhasil memerjuangkan Irma atau malah perjuangan ini sia-sia?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon keisar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 29: Latihan

Andra keluar dari mobil, tak terasa matahari akan segera tenggelam dan diganti malam. "Mama yakin mas Varo nggak marah?" tanya Andra pada Rachel yang masih berada didalam mobil.

"Yakin," Rachel menongolkan kepalanya dari kaca mobil.

"Ma, gesper mas Varo aja melayang pas tau aku bolos, apalagi di skors," Andra tak percaya.

Rachel keluar dari mobil. "Terserah kamu kalo nggak percaya," ia menenteng tas berantainya dan berjalan lebih dulu menuju rumah.

Andra menghela napas. "Tenang, mas Varo udah pulang, jadi nggak mungkin pake gesper," laki-laki memejamkan mata, berpikir sangat keras, tak lama ia kembali membuka mata, sebuah senyuman tercetak.

"Satu-satunya senjatanya cuma sendal rumahannya!" Andra berjalan menuju rumah, ia busungkan dadanya, terlihat jelas bahhwa ia sedang percaya diri kanan mentok. "Seenggaknya kalo dipukul nggak sakit."

Andra membuka pintu sedikit, menongolkan kepalanya dari celah pintu, seketika bulu kuduknya merinding, bagaimana tidak? Tatapan tajam menembus kacamata persegi Alvaro, alis tebalnya menurun, menambah aura mengintimdasi.

"Duduk," titah Alvaro sembari menunjuk sofa disampingnya, suaranya terdengar dingin.

Andra mengangguk dan segera berjalan menuju tempat yang ditunjuk Alvaro, ia tahu, kalau suara sang paman sudah begini, berarti Alvaro tidak mau dibantah.

Baru saja Andra menaruh pantatnya diatas sofa, Alvaro langsung melontarkan pertanyaan. "Kenapa kamu tiba-tiba mukul Andrew?"

"Eee..." Andra berpikir keras. "Nyari adrenalin aja."

"Yaelah Dra, sentil jakun brimob juga bisa," adrenalin adalah alasan memukul orang? Orang utan pun tahu bahwa itu adalah omong kosong.

"Hahaha..." Andra tertawa canggung. "Bener juga, gak kepikiran aku, mas."

"Dra," suara Alvaro terdengar mengeras, Andra langsung melirik kearah tangan kanan Alvaro yang ditaruh disamping kanannya, terlihat tangan yang dihiasi luka-luka itu mengepal kuat.

"Oke-oke, aku bakal jelasin, jangan emosi," Andra menyerah untuk berbohong. "Kak Irma tiba-tiba menjauh dari aku sama yang lain, ternyata dia diancam sama Andrew dan dipukulin," Andra pun menjelaskan secara panjang kali lebar kali tinggi.

Tanpa sadar Alvaro menggertakkan giginya. "Anak bapak sama aja kelakuannya," lirihnya terdengar kesal.

"Dra," panggil Alvaro membuat remaja yang awalnya menunduk menatap pahanya, kini menatap Alvaro. "Mas tau kelakuan Alex, dia nggak akan diam aja ngelihat harga diri keluarganya diinjak-injak begini."

"Mas mau nanya sama kamu, kamu mau ngehabisin waktu skors selama dua minggu itu buat malas-malasan, atau latihan untuk melawan?" Alvaro memberikan tawaran.

Andra terdiam, memikirkan keputusan yang harus ia pilih. "Kalo gua latihan, takutnya tangan gua ng—" batin Andra terpotong, ketika ia mengingat kembali tubuh Irma yang lebam-lebam.

"Latihan!" ucap Andra dengan lantang, Alvaro tersenyum kecil melihatnya.

............

Setelah menerima tawaran Alvaro, sang paman langsung membawanya kedalam mobil dan menyetir ke suatu tempat.

Pabrik tua yang dipenuhi lumut, pintu besar pabrik terbuka lebar, mungkin sebagian orang akan ketakutan, jauh dari hiruk pikuk kota dan pohon-pohon besar tumbuh disekitarnya.

(Kira-kira seperti ini)

Tapi berbeda dengan Andra, sebagai orang kota yang suka hal-hal baru, ini adalah harta karun! Tanpa mendengar penjelasan dari Alvaro, Andra langsung berlari memasuki pabrik.

"Waaa!" teriak Andra, seketika teriakannya bergema di pabrik gelap dan besar itu.

Klek!

Lampu menyala, Andra menyipitkan matanya, melihat beberapa seragam bela diri, samsak dan alat latihan lainnya. "Ini punya siapa mas?" Andra menengok kesana kemari, Alvaro berdiri didekat pintu, didepan saklar.

Alvaro berjalan menghampiri Andra. "Fahri."

"Hah?" Andra memasang wajah bingung. "Sejak kapan papa punya beginian? Dan kok bisa dia dapet ini semua?"

Alvaro merangkul, kemudian ia menghela napas. "Dulu pas dia masih SD dan mas SMA, mas takut Fahri gak ada yang jagain karena biasanya mas pulang malem akibat kerja, jadinya mas masukin dia ke perguruan silat.”

“Dalam empat bulan, dia dikeluarin karena ngehabisin senior sampe masuk rumah sakit, mas pun masukin ke beberapa perguruan, dan berakhir sama,” Alvaro menutup penjelasan.

Andra tercengang tak percaya. “Gila, pantes bisa lawan empat sampe lima orang.”

“Ah,” Andra teringat kembali pertanyaan yang sempat ia lupakan. “Mas ngapain bawa aku kesini?”

“Kamu mau latihan kan?” tanya Alvaro dan Andra mengangguk dengan tatapan penuh semangat. “Sebelum mas latih, mas mau tau, sampai mana semangat kamu itu.”

Andra menaikkan satu alisnya. “Terus?”

Alvaro melebarkan kedua tangannya. “Lawan mas.”

Andra tampak kaget. “Hah?! Mas yakin? Umur mas kan udah kepala empat, ntar encok gimana?”

Alvaro menggertakkan giginya. “Jangan ngeremehin mas!” ia berlari dan melayangkan tinjunya yang tertuju pada dada Andra.

Walaupun sudah menahannya, rasa sakitnya tetap terasa, Andra terjatuh, Alvaro menatapnya dengan tatapan meremehkan. “Segini doang kemampuan kamu?”

Andra mengepalkan tangannya, ia berdiri dan menatap Alvaro dengan kesal. “Ini baru awal mas,” ia ingin melepaskan penyangga tangannya, tapi…

Bugh!

Alvaro kembali menyerangnya, memukul tepat di perutnya, ia melirik tajam. “Dalam pertarungan, nggak ada yang namanya tunggu-tungguan Dra!”

Andra bertekuk lutut, mengusap perutnya yang terasa panas, air liurnya kelur perlahan, napasnya terengah-engah. “Bangsat!” ia melepas penyangga tangannya.

Andra menggerakan tangannya yang patah, untunglah masih bergerak sedikit, ia mengelap air liurnya dengan mata yang tertuju pada Alvaro. Andra melempar penyangga tangannya ke arah Alvaro, membuat pandangannya terhalang, saat Alvaro berhasil menyingkirkannya, Andra memukulnya.

Bugh!

Alvaro terjatuh, ia mengelap sesuatu yang keluar dari hidungnya, tak lama ia tersenyum ketika melihat apa yang keluar, darah. “Boleh juga.”

Tidak menyia-nyiakan kesempatan, Andra menendang Alvaro, tapi sang paman berhasil menangkap dan menjatuhkannya, Alvaro berdiri dan memandang Andra senang. “Pintar juga kamu Dra!”

Alvaro duduk diatas perut Andra, lalu memberikan belasan pukulan ke wajahnya, tak lama ia terhenti

ketika Andra tidak bergerak lagi. “Pingsan?” pikirnya, Alvaro bangkit berdiri, membalikkan badannya, mengeluarkan rokoknya dan ingin membakarnya.

“Mas,” suara Andra terdengar berat, di dampingi oleh napas yang tak teratur.

Brak!

Bersamaan dengan Alvaro yang menengok, Andra melayangkan pukulannya, Alvaro terhempas beberapa meter, terlihat Andra memegangi dadanya. “Panas…panas…panas!”

Mereka berdua berlari, terjadilah pertukaran pukulan, tendangan, darah mulai jatuh membasahi lantai.

…..

Andra dan Alvaro, mereka berdua terkapar, menatap langit-langit pabrik, napas mereka sangat tidak teratur. Kancing kemeja lengan panjang Alvaro terbuka semua, memperlihatkan kutungnya yang basah, sedangkan pakaian Andra yang robek-robek.

Pelipis Andra mengeluarkan darah, matanya bengkak biru keunguan. Sedangkan Alvaro, sudut bibirnya terluka dan hidungnya mengeluarkan darah.

Andra menatap Alvaro. “Jadi gimana mas? Mau ngelatih aku?”

Alvaro balas menatap Andra. “Sialnya…” ia menggantungkan ucapannya sembari tersenyum. “Iya, mas akan ngelatih kamu.”

“Yes!” seru Andra sembari memeluk Alvaro. “Makasih mas.”

Alvaro menepuk panik pundak Andra. “Udah udah! Mas ngerasa sesek!”

“Hehe.”

To Be Continue

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!