Devan, Pemimpin bisnis raksasa ditunangkan dengan Danisa. Seseorang yang berasal dari desa. Orang mengira jika tunangannya yang bernama Danisa itu adalah wanita yang tidak memiliki pendidikan tinggi dan tidak berbudaya, gila, bisu, tidak pantas untuk bersanding dengan Devan yang notabene nya berasal dari keluarga kaya raya lagi terpandang.
Semua tuduhan yang di alamatkan padanya, Danisa terima karena ia juga memiliki suatu misi rahasia. Yaitu mengungkapkan sebuah kasus yang mengorbankan keluarga nya. Danisa yang mendapatkan ilmu bedah turunan sang nenek yang merupakan seorang legenda di dunia kedokteran, sudah berhasil mengoperasi banyak orang hingga sembuh seperti sedia kala. Sampai pada suatu hari diketahui bahwa Danisa sebenarnya adalah orang yang ahli di bidang medis, semua orang langsung tercengang.
Penyamaran yang Danisa lakukan bukanlah tanpa sebab~
IG: @alana.alisha
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon alana alisha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35: Terhuyung
Rapat yang diadakan Devan secara dadakan berjalan dengan lancar. Walau dadakan, semua staff berusaha untuk tetap fokus pada materi yang disampaikan hingga rapat berakhir. Dari semua yang hadir, hanya Raga saja yang pikirannya terganggu karena memikirkan Danisa.
“Kita nge-teh diruanganku!” Ucapan Devan membuyarkan lamunan Raga. Ia melangkah keluar dari ruangan rapat diikuti oleh asistennya.
Sepertinya Devan belum tau kalau Danisa adalah cucu dari nenek Paula. Gumam Raga. Ia menjentik-jentikkan jari jemarinya ke meja, baru setelah itu pemuda ini bergerak mengikuti langkah Devan.
“Jauhi Danisa!” Pinta Devan setelah menyeruput tehnya. Raga menoleh.
“Jangan dekati tunanganku!”
Bagaimana mungkin aku bisa menjauhi Danisa, Dev? Kamu tidak akan mengerti. Aku sudah lama tersiksa dengan perasaan ini. Gumam Raga tanpa suara. Sesuatu yang kuat seperti meremas hatinya.
“Apa kau mencintainya?” Pertanyaan Raga membuat Devan terenyak.
“Ini bukan tentang cinta, ini tentang perjodohan! Bagaimana-pun Kami sudah ditunangkan” Sahut Devan diplomatis. Raga tersenyum masam.
“Raga, aku sangat menghargai hubungan persahabatan kita yang sudah terjalin lama. aku ingin persahabatan ini terus begini sampai kapanpun! Aku harap kau…”
Ceklek.
Belum sempat Devan menyelesaikan kalimatnya, Sarah sudah memasuki ruangan.
“Dev, kakek Cakrawangsa datang membawa Mr. Xavier ke perusahaan ini, mereka sudah menunggu di ruang rapat!” Lapor Sarah.
“Mr. Xavier?”
“Ya, seorang calon investor!” Sahut Sarah. Devan langsung melangkah keluar.
“Dev, tunggu! Biarkan aku memperbaiki dasimu! Di hadapan rekan bisnis, tampilanmu harus terlihat sempurna!” Sarah dengan cepat melesat dan meletakkan tangannya ke dada bidang Devan.
Sreeeegg
“Aku bisa memperbaikinya sendiri. Jaga batasanmu!” Devan menghempas tangan Sarah begitu saja.
Seorang asisten membuka pintu ruangan rapat. Tampak Kakek dan Mr. Xavier dan Cakrawangsa yang tengah berbincang. Tampilan Mr. Xavier yang serba hitam dengan mata yang sebelah tertutup seperti perompak bajak laut menarik perhatian Devan.
“Dev, perkenalkan. Ini Mr. Xavier yang akan menginvestasikan uang 27 miliar dollar ke perusahaan kita!” Ucap kakek sumringah. Beliau sangat bersemangat, pasalnya uang 27 Milliar Dollar US adalah jumlah yang tidak sedikit. Perusahaan mereka pasti akan bisa lebih maju dengan sangat pesat.
“Halo Mr. Devan!” Mr. Xavier mengajak berjabat tangan. Tidak seperti biasa, entah mengapa kali ini Devan terlihat ragu untuk bekerja sama.
***
Suasana gaduh terdengar dari kediaman Mira. Seorang ibu bernama Santi yang mengaku anaknya telah dianiaya hadir meminta pertanggungjawaban. Sebelum nya Santi meminta Ranti untuk bertanggung jawab, namun wanita sosialita tersebut malah mengarahkan nya pada Mira yang notabene nya sebagai keluarga dekat dari Danisa.
“Aku tidak sudi membayarmu sepeser-pun!” Sahut Mira angkuh. Ia mengangkat dagunya ke atas.
“Putrimu harus bertanggung jawab! Aku tidak akan segan menyeretmu ke kantor polisi jika sikapmu terus seperti ini!”
“Laporkan saja! Seharusnya kau meminta pertanggungjawaban pada Danisa, bukan padaku!”
“Tapi Kau ibunya!” Sambar Santi kehilangan kesabaran. Ia menarik kasar rambut Mira dan menghempaskannya hingga Mira terjengkang ke lantai.
“Wanita lakn*t!!” Mira tidak tinggal diam. Ia bangkit dan membalas perlakuan wanita tersebut hingga mereka terlibat baku hantam. Suasana semakin panas dan sengit.
Prok Prok Prok
Terdengar suara tepukkan tangan. Dengan tampilan yang sudah mengenaskan seketika mereka menghentikan pergumulan.
Jihan? Gumam Jihan dan Santi bersamaan. Tangan mereka masih menancap pada rambut saling menyilang. Jihan duduk di kursi memicingkan mata.
“Kenapa kalian sebodoh ini sih? Kau Santi, aku hanya menyuruhmu melapor pada Ranti agar ibu dari kekasihku itu semakin membenci Danisa. Itu saja! Kenapa kau malah menampilkan pertunjukkan di rumah Mira?!” Jihan menggeleng-gelengkan kepala. Gadis ini mensedekapkan tangannya.
“Dan kau Mira, Santi adalah orangku. Kalian benar-benar sangat konyol! benar-benar Ratu drama sejati! Aku tidak tau harus bahagia atau miris melihat pertunjukkan kalian! Entah hal ini akan bagus atau tidak di masa yang akan datang” Mereka sontak melonggarkan genggaman tangan di masing-masing rambut dan saling menatap.
“Jihan, kau belum membayarku. Aku sudah bersusah payah bekerja untukmu” Santi menghampiri Jihan dengan tampilan acak-acakkannya. Jihan menaikkan salah satu sudut bibirnya. Ia mengambil handphone dan langsung mentransferkan sejumlah uang.
“Tidak susah bekerja sama dengan ku kan?” Ucap Jihan menunjukkan layar handphonenya. Bak durian runtuh Santi kegirangan.
“Mari kita saksikan apa yang terjadi berikutnya!” Jihan tersenyum menyeringai.
***
Mr. Xavier sudah meninggalkan perusahaan milik keluarga Cakrawangsa setelah menemukan titik temu bagaimana mekanisme kerja sama yang akan mereka lakukan nanti. Kini baik Devan, Cakrawangsa maupun Raga duduk berkumpul di ruangan.
“Perusahaan kita lagi maju dengan sangat baik. Cakra Group tengah berada di atas puncak!” Ucap kakek Cakrawangsa bahagia. Perusahaan yang dirintis oleh nya berkat bantuan dari nenek Deborah Paula kini benar-benar maju pesat.
“Tapi walau begitu Dev, kita harus menguatkan akarnya. Agar tidak mudah di serang angin yang datang dari berbagai penjuru!” Lanjut Cakrawangsa. Devan mengangguk-angguk setuju.
“Dan...Kakek berencana untuk mempercepat pernikahanmu dengan Danisa, kakek akan memajukan tanggalnya!”
“Huk Huk Huk!” Raga yang tengah menyeruput teh merasa tenggorokannya mendadak tercekat.
“Raga. Are you okay, Nak?”
“It’s okay kek, hanya sedikit tersedak” Cakrawangsa mengangguk-angguk. Devan mendengus.
“Tidak ada alasan untuk menunda-nunda pernikahan kalian! Perusahaan lagi sedang maju-majunya. Semua juga dalam kondisi sehat juga prima” Lanjut cakrawangsa. Mendengar pernyataan tersebut hati Raga mencelos. Tubuhnya terasa kebas.
Oh Tuhan, apa aku memang tidak memiliki kesempatan membersamai Danisa? Raga berkaca-kaca. Pemuda ceria ini memang mudah menjadi melankolis jika bersinggungan dengan perasaannya.
Sreeeeg
Tiba-tiba seorang wanita membuka pintu. Ia berjalan cepat mendekati Cakrawangsa, Devan juga Raga.
“Pa, Devan harus membatalkan pertunangannya dengan Danisa!”
Deg. Apalagi ini?
“Ranti, apa maksudmu?” Semua orang yang berada di dalam ruangan terenyak. Semua atensi berpindah ke Ranti.
“Aku sudah tidak sanggup menghadapi wanita itu! Harusnya umurku bisa lebih panjang. Kalau begini caranya Aku bisa mati muda!” Ucap Ranti dengan wajah kusut. Ibu dari Devan ini benar-benar merasa tertekan.
“Ranti, duduklah terlebih dahulu. Tarik dan hembuskan nafasmu baru kau bicara!” Titah Cakrawangsa.
“Devan, katakan kalau kau akan membatalkan pertunangan kalian nak! Pa, pleaseee. Menikahi Danisa bukan hal yang baik! It doesn’t work! ” Ranti masih tetap memohon.
“Ma, sebenarnya ada apa?” Devan mengeluarkan suaranya. Ia bangkit mendekap Ranti yang tengah panik.
“Lagi-lagi Danisa berulah. Ibu dari gadis yang Danisa aniaya tadi datang ke rumah meminta pertanggung jawaban! Devan, kalian belum menikah saja sudah tak terhitung ulah yang gadis itu lakukan. Apalagi jika kalian menikah nanti, Mama tidak akan sanggup menghadapi kelakuan bar-bar nya. Dia pembuat onar dan pencari masalah!” Devan tercengang.
Hmh... Syukurlah. Sepertinya Aku memang masih memiliki harapan. Batin Raga.
“Benar sekali apa yang tante katakan. Maaf saya lancang. Saya hanya ingin mengantar kopi dan tidak sengaja mendengar perkataan tante!” Tiba-tiba Sarah masuk menenteng sebaki minuman.
“Sebenarnya Saya juga pernah melihat Danisa bertengkar hingga memelintir tangan seorang pria di jalan!” Ucap Sarah mengadu. Ranti terhuyung mendengarkan pengakuan dari sekretaris Devan tersebut.
“Sarah, sebaiknya kau keluar. Ini adalah pembicaraan keluarga. Tugas mu menangani pekerjaan kantor bukan malah memperkeruh keadaan!” Cebik Devan. Sarah bungkam. Ia dengan cepat keluar dari ruangan.
“Dev, kau mencintai mama kan? Kau percaya pada mama kan?”
***
Danisa tengah menghabiskan sisa makanan nya di sebuah café. Ia duduk memakai earphone mendengarkan berita terkini. Sejak menghadap prof. Lee, gadis cerdas ini seperti menemukan titik terang.
Handphonenya sudah daritadi berdering. Beberapa asisten sejak pagi terus menghubunginya. Danisa lebih memilih untuk rehat sejenak dari aktifitasnya yang padat. Namun sebuah pesan dari Professor Daniel menarik perhatiannya. Gadis ini tidak bisa untuk tidak membuka pesan tersebut.
Danisa, aku sudah mengetahui siapa orang yang ada di balik Jihan. Aku tau siapa orang tersebut!
Jantung Danisa sontak berdetak kencang.
***
Tinggalkan Jejak dengan Like Komen Vote juga Hadiahnya.... makasih 🌻🌻🌻