"Kamu mau pilih Daniel atau aku?"
"Jangan gila kak, kita ini saudara!"
Arjuna tersenyum tipis, seolah meremehkan apa yang dimaksud Siren.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cayy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Curhat
Seperti yang direncanakan kemarin, pagi ini dengan semangat Siren menunggu Martin karena dia akan berangkat bersama Martin menuju rumah Kay yang kira-kira setengah jam dari rumah Siren.
Dia sudah pamit juga dengan orang tuanya, kalau dengan Arjuna tentu tidak, entah kenapa laki-laki itu diam sejak kemarin.
Dan dia juga tidak membahas tentang kameranya yang hancur, tidak mungkin jika Arjuna tidak tau karena pasti kamera itu terhubung langsung dengan salah satu benda elektroniknya seperti yang dibilang Daniel kemarin.
"Woy Siren!!" teriak Martin dari atas motornya, Siren kaget lalu dia berlari mendekati Martin.
"Ngelamun lagi?"
"Enggak ah, tadi balesin chat nya ayang dong"
"Huekkkk ....ayang..udah cepet naik"
Siren pun naik ke motor Martin.
Mereka tiba dirumah besar Kay, ternyata Luna sudah disana kapan dia berangkat tiba-tiba sudah datang duluan.
"Dijemput Kay lo ya?" tanya Siren
Entah kenapa wajah Luna memerah dan sedikit panik, untungnya pada saat itu Kay keluar.
"Masuk..masuk.."
"Lo jemput Luna kan Kay?" ulang Siren ke Kay
"Iya dong, kenapa?"
"Uluh...uluh...mana nggak mau jawab si Luna, udah jadian nih ceritanya?"
"Siapa yang jadian?" tanya Martin yang baru datang karena habis memarkirkan motornya di garasi Kay.
"Gak ah.." jawab Luna
"Belum..doain aja" sahut Kay
"Oalahhh lama amat nih gue lihat-lihat" ucap Martin
Kay dan Luna hanya saling lirik, sepertinya sudah ada sesuatu tapi entah apa itu, Martin pun merangkul bahu Kay masuk kedalam rumah, jadi Siren juga mendekati Luna.
"Saran gue waktu itu belum lo lakuin?" tanyanya lirih takut Martin dan Kay mendengarnya.
"Gue ragu banget anjir, jadi gue belum sempet tanya"
"Gimana sih, eh..tapi gue lihat kayaknya lo mulai suka sama Kay, bener nggak?"
Luna tersenyum kaku.
"Ya..mungkin sih, ah tauk ah gue bingung ayo masuk"
"Haha...gapapa kali Lun"
"Udah ah jangan dibahas lagi, malu"
Siren hanya tertawa, mereka duduk bergabung bersama Martin dan Kay. Dan ternyata dimeja sudah tersaji banyak cemilan.
"Ini semua buat sendiri Kay?" tanya Siren
"Gak lah, sebagian beli makan ayo makan gak usah sungkan"
Siren mengambil kue bolu pandan yang sudah dipotong sedang.
"Eh..gue tetep penasaran njir, masalah apa yang lo maksud kemarin?" tanya Martin ke Siren.
Kay dan Luna ikut mengangguk, sepertinya memang ada kecanggungan pada mereka berdua.
"Janji jangan jauhin gue ya"
"Lah..kenapa harus jauhin?" tanya Luna
Siren menarik nafasnya dalam-dalam, dia perlu cerita tentang Arjuna kepada teman-temannya siapa tau mereka bisa bantu karena kalau dipendam sendiri rasanya kepalanya mau meledak.
"Gue pengen banget kabur dari rumah"
"Kenapa?" tanya Luna antusias
"Pertama-tama gue mau ngasih tau ke kalian kalo kak Arjuna itu kakak angkat gue, dia diadopsi orang tua gue sekitar sepuluh tahun lalu"
"Sumpah?"
Siren mengangguk, mereka semakin serius mendengarkan cerita Siren, Martin sampai ganti duduk disebelah Siren.
"Jadi hari sebelum kita ujian waktu itu dia ngaku ke gue kalo suka sama gue sejak kecil dan bilang kalo nanti usia gue udah legal buat dinikahin dia bakal nikahin gue.."
"Parahnya lagi dia udah bilang ke orang tua gue soal itu.." lanjutnya
"Mereka setuju?" tanya Martin
Siren mengangguk pelan.
"Gue nggak tau kenapa mereka bisa setuju, tapi dilihat dari perlakuan mereka selama ini kayaknya mereka emang lebih sayang ke kak Arjuna dibanding gue.."
"Ya ampun, trus gimana nanti Ren? Kok gue jadi ikut sakit hati sih" ucap Luna
"Gue nggak tau, gue bingung...dia sempet ngancem gue dari awal"
"Ngancem gimana?" kali ini Kay yang bertanya
"Ternyata dia pasang kamera tersembunyi di boneka gue, dan yah...kalian pasti bisa nebak apa isinya sekarang, karna kamera itu ada dikamar gue..itu yang dijadiin bahan ancaman ke gue"
Luna menepuk bahu Siren pelan, untuk menenangkan karena kedua mata Siren berkaca-kaca.
"Daniel tau Ren?" tanya Martin
"Tau, dia yang bantuin gue buat temuin kameranya kemarin, udah dihancurin juga kok kameranya tapi masalahnya gue harus bisa dapet rekamannya biar dia nggak bisa ngancem gue lagi"
"Handphone?" tanya Martin lagi
"Mungkin.."
"Tapi..dia udah apa-apa in lo belum selama dia ngaku ke elo?" tanya Luna
"Dicium udah, selebihnya nggak pernah dan gue nggak mau itu terjadi..gue kecewa berat sama semua keluarga gue tau nggak ..masa dirumah nggak ada tempat buat berlindung, gue harus kemana?"
Martin, Luna, dan Kay saling pandang, mereka ikut merasakan sedih yang dialami Siren.
"Gimana kita bisa bantu?"
Siren menggeleng, dia mengusap air matanya yang sudah berhasil jatuh dari tadi.
"Gue cuma mau curhat..karna rasanya mau gila ngadepin dia, kalaupun kalian nggak bisa bantu gue juga nggak papa kok"
"Jangan gitu Ren, nanti kita pikirin caranya sekarang lo tenangin diri lo dulu deh" ucap Martin
Luna memeluk Siren, dia mungkin akan langsung bunuh diri andai berada diposisi Siren karena seganteng apapun laki-laki itu kalau dia bersikap obses kepada adiknya, semuanya akan terasa menjijikkan.
"Udah...udah gak usah sedih lagi, mending sekarang kita makan makan dulu habis itu ngerjain tugas, nanti kita pikirin lagi caranya biar lo bisa keluar dari lingkaran setan itu" ucap Kay
Luna melepas pelukannya, Siren mengangguk.
"Maafin kita ya karna nggak tau masalah lo sejak awal"
"Nggak Lun, emang gue aja yang belum cerita, gue cuma takut kalo kalian jauhin gue"
"Gak lah ngapain kita jauhin elo, yang ada kita mau bantu lo biar nggak ada diposisi itu lagi" jawab Luna
"Gue nggak nyangka laki-laki sekalem kak Arjuna ternyata se menyeram kan itu" ucap Luna
"Ya makanya jangan suka sama dia, tuh sama Kay aja" jawab Siren
Luna reflek memandang Kay, lalu menggeplak pelan lengan Siren.
"Siren ...ih.."
"Ciee malu-malu nih" ledek Martin
"Udah...jadian aja, kelamaan kalian" sahut Siren
"Luna tuh bikin lama, gue sih pengen banget" jawab Kay
"Apaan sih lo" ucap Luna malu-malu
Siren tertawa begitu juga dengan Martin, sementara Kay senyam-senyum sendiri karena melihat Luna yang malu-malu.