Menceritakan tentang seorang gadis soleha bernama Aisyah yang mengajar di sebuah pondok pesantren yang jatuh hati dengan seorang pria yang merupakan anak angkat dari pemilik ponpes tersebut. Cintanya ternyata tidak bertepuk sebelah tangan, karena sang pria idaman itu juga mencintainya, akan tetapi ia harus merasakan kekecewaan ketika harapannya untuk menikah dengan pria idamannya itu kandas karena sang pemilik ponpes justru menginginkan ia untuk menikah dengan putra kandungnya yang lumpuh. Akankah Aisyah menerima perjodohannya dengan lelaki yang divonis lumpuh itu?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Its Zahra CHAN Gacha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CA 35 # Mencoba Kabur dari Pondok
Aisyah berusaha mendekati kerumunan santri yang terlihat dihalaman pondok. Ia melihat dua orang santriwati yang sedang berkelahi, mereka terlihat saling jambak sampai kerudung mereka terlepas.
"Hentikan!!" teriak Aisyah
Seketika keduanya langsung berhenti dan merapikan kerudungnya.
"Kalian berdua ikut aku!" ajak Aisyah
Kedua gadis itu kemudian mengikuti Aisyah ke ruangannya.
"Duduk!" titah Aisyah
Keduanya segera duduk didepan Aisyah
"Apa yang membuat kalian berkelahi?" tanya Aisyah
"Santri baru ini ustadzah, dia suka malakin anak-anak, terus dia juga sok jagoan, serta sering ngebully santriwati lainnya," jawab Ratih
"Nadia, santriwati baru pindahan dari Jakarta. Apa benar yang dikatakan oleh Ratih?" tanya Aisyah
"Bohong!, dia hanya iri sama aku ustadzah. Dia tidak suka karena teman-temannya sekarang lebih memilih berteman denganku daripada dengan dia," jawab Nadia
"Baiklah, saya belum bisa memutuskan siapa yang benar dan siapa yang salah, karena aku harus mencari bukti-bukti dan juga informasi dari teman-teman kalian. Jadi sebagai hukuman karena kalian telah berbuat onar dan mengganggu para santri yang sedang belajar, dengan membersihkan Mushola setelah itu hafalkan juz 12 sampai jus 14, kalau sudah selesai setor kepada saya," ujar Aisyah
"Aku bending ustadzah, masa hukumannya disamakan, sudah jelas aku hanya korban masa harus disamakan dengan Ratih," ucap Nadia
"Bukankah sudah saya katakan tadi, saya belum bisa memutuskan siapa yang benar dan salah, karena harus mengumpulkan bukti-bukti dahulu, jadi status kalian itu sama, jadi tidak boleh protes?, mengerti?" tanya Aisyah
"Iya!!" jawab keduanya
"Sekarang kalian berdua bersihkan dulu mushola Pondok Pesantren putri, setelah itu baru hafalan!" ucap Aisyah
Keduanya kemudian pergi menuju ke Mushola santri putri.
"Kalau setiap hari seperti ini lama-lama aku tidak betah juga!" gerutu Nadia
Gadis itu kemudian mengeluarkan ponsel yang ia selipkan di balik roknya.
"Mending telepon ka Satrio, dia pasti bisa bantuin aku buat kabur dari penjara ini," gumam Nadia
"Hallo ka, " sapa Nadia
"......"
"Tolong Nadia ka, Daddy mengirim aku ke Pondok Pesantren Darunnajah di Wonosobo, aku gak betah ka, disini kaya dipenjara, aku mau pulang!!, kaka tolong jemput aku!" rengek Nadia
"......."
"Iya ka, Nadia tunggu ya...bye, Love you" gadis itu kemudian mengakhiri obrolannya dan memasukkan ponselnya ke dalam roknya,
**Greep!!
Seseorang berhasil mengambil kembali ponselnya dari dalam roknya.
"Ustadzah!!" teriak Nadia kaget
"Siapa yang mengijinkan kamu membawa handphone di pesantren ini!" ucap Aisyah
Nadia tampak ketakutan melihat sorot mata Aisyah yang berubah menakutkan tidak lagi ramah seperti biasanya.
"A...a..ku sengaja membawanya tanpa sepengetahuan pengurus pondok," ucap gadis itu gugup
Aisyah segera memeriksa ponsel Nadia, dan betapa terkejutnya ia ketika melihat banyak sekali koleksi film dewasa di ponsel santriwati baru itu.
"Astaghfirullah!!, Sepertinya untuk sementara ponsel ini saya sita sampai orang tua kamu datang untuk mengambilnya baru saya kembalikan," ucap Aisyah meninggalkan gadis itu
"Sial!!, kenapa bisa ketahuan sih!" sesal Nadia
"Sukurin!, makanya jadi orang jangan sok jagoan disini, sekarang baru rasa kan kamu!" ejek Ratih
"Bacot!, diem lo!, lo kerjain aja tugas lo gak usah kepoin orang!" bentak Nadia
"Diih nyolot!, kasian deh kamu!" ledek Ratih
"Diam!!, sekali lagi lo ngomong, gue patahin leher lo!" Ancam gadis itu
Ratih langsung diam mendengar gertakan Nadia.
"Duh gimana caranya gue tahu ka Satrio udah sampe sini apa belum ya," ucap Nadia
"Mana itu ponsel satu-satunya, gimana bisa kabur coba kalau kaya gini!" keluhnya
"Hey kenapa gak pinjem sama Mas Bejo saja, pasti dipinjemin," batin Nadia
Gadis itu segera bergegas menuju pos penjagaan pondok, ia kemudian menghampiri dua orang sekuriti yang sedang berjaga-jaga.
"Assalamualaikum Mas Bejo?" sapa Nadia ramah
"Waalaikum salam Nadia, tumben malam-malam kesini, ada pa toh?" tanya Bejo
"Mas, boleh pinjem hpnya ga?, Nadia mau telpon daddy, uang aku habis jadi aku minta daddy buat transfer uang," ujarnya lembut
"Kalau buat Nadia apa sih yang gak, monggo silahkan dipake," jawab Bejo menyodorkan ponselnya
"Makasih ya Mas," ucap Nadia
"Sama-sama cah ayu," jawab Bejo
Gadis itu segera menghubungi kaka kandungnya itu.
"Halo ka, ini Nadia, " sapa Nadia
"Iya halo, kenapa?" tanya Satrio
"Kakak sudah sampai mana?, handphone aku disita ka jadi aku tidak bisa menghubungi kaka lagi, jadi gimana nanti aku bisa tahu kalau kakak sudah sampai pondok?" tanya Nadia
"Paling aku sampai disana subuh, nanti aku bunyikan klakson motor kaka dengan kencang, supaya kamu dengar!, makanya setelah adzan subuh pasang kupingmu supaya bisa dengar klakson motor kaka," jawab Satrio
"Kok kaka bawa motor sih, bukannya mobil?" tanya Nadia
"Mobil kaka disita Daddy, lagian cepetan pakai motor, bebas macet!" jawab Satrio
"Tapikan capek kak," keluh Nadia
"Sudah jangan manja, sekali-kali naik motor apa salahnya sih, lagian kalau tidak mau ya sudah aku mending balik lagi!" ancam Satrio
"Iya-iya, aku mau," jawab Nadia
Nadia kemudian mematikan teleponnya dan memberikan ponsel itu pada Mas Bejo.
"Makasih ya Mas, eeh ini sedikit buat ganti pulsanya, maklum tadi udah aku habisin, hihihi..." ucap Nadia
"Oalah...gak papa cah ayu, nanti Mas Bejo bisa beli lagi, santuy aja!" jawab Bejo
"Ok deh Mas, thank you!" sahut Nadia
"Sama-sama Nadia,"
Nadia segera kembali ke kamarnya.
"Gak sabar nunggu ka Satrio," ucapnya lirih
Malam ini Aisyah sengaja Menginap di Pondok karena ada jadwal mengisi kajian seusai sholat subuh.
***Tin...tin...tin!!
Suara bising klakson motor Satrio membuat Aisyah keluar untuk mengecek siapa yang datang. Ia berjalan menuju ke gerbang dan membuka pintu gerbang yang masih digembok itu.
"Siapa yang datang ke Pondok subuh-subuh gini!" gumam Aisyah
"Duh kenapa lampu depan gerbang mati lagi, gimana bisa tahu siapa yang datang kalau gini!" ucap Aisyah
Ia kemudian mendekati sebuah motor sport yang berhenti tak jauh dari pintu gerbang.
"Itu dia Nadia, kenapa lama banget sih baru keluar!" ucap Satrio
"Cepetan naik!" teriak Satrio ketika Aisyah mulai mendekat
Aisyah bingung ketika laki-laki itu menarik lengannya dan menyuruhnya untuk segera naik ke atas motornya.
"Gc!, keburu siang nih!, dasar manja gitu aja lama!" cibir Satrio ia tidak tahu kalau gadis itu bukan adiknya Nadia. Karena suasana subuh yang gelap ditambah lampu penerang jalan mati. Sehingga ia mengira kalau wanita didepannya adalah adiknya.
"Kamu siapa?" tanya Aisyah
"Pakai nanya lagi, kakak kamulah masa kamu lupa," jawab Satrio
"Tapi aku ini anak tunggal, jadi tidak mungkin punya kakak," jawab Aisyah
Ia mulai curiga dengan lelaki dihadapannya itu.
"Jangan-jangan dia orang jahat, atau satriwan yang janjian kabur dengan santriwati!" batinnya
"Gokil!!, ternyata pesantren bisa ngerubah sifat manja lo jadi pelawak, hahaha..." sahut Satrio
"Udah naik, bisa ketahuan nanti kalau lama-lama berdiri di sini," ajak Satrio
"Benarkan dugaanku!, dia mau kabur dari pondok ini!" gumam Aisyah
"Kaka!!" teriak Nadia
Mendengar teriakan adiknya Satrio segera melepaskan tangan Aisyah .
"Kalau Nadia ada di sana, lalu siapa cewek ini," gumam Satrio