NovelToon NovelToon
Mahabbah Cinta Khalisa

Mahabbah Cinta Khalisa

Status: tamat
Genre:Tamat / Romansa-Percintaan bebas / Diam-Diam Cinta / Cinta Murni
Popularitas:290.9k
Nilai: 5
Nama Author: Mirna Samsiyah

"Apa itu mahabbah?"

Ketika mendapat pertanyaan itu Khalisa tidak bisa mendapat jawabannya hanya dengan berpikir satu atau dua hari, meski telah menghabiskan sebagian besar waktunya untuk memahami apa itu mahabbah ia tak akan bisa betul-betul mengerti.

Namun ada satu orang yang membuat Khalisa merasa jika dekat dengannya maka ia juga dekat dengan sang pencipta—dekat pula pada arti dari mahabbah.

Suatu hari di pertengahan bulan suci ramadhan, ia mengungkapkan perasaannya berharap mereka memiliki rasa yang sama dan mau menjalani ibadah paling lama yakni pernikahan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mirna Samsiyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

33

"Khalisa." Ica menerobos masuk ke ruang rawat Khalisa tanpa mengetuk pintu, ia terlalu terkejut ketika mendengar bahwa Khalisa jatuh dari motor tadi malam. Ica menatap lekat anak sulungnya yang terbaring di atas ranjang, meski Rindang bilang tak ada luka serius pada Khalisa tapi tetap saja sebagai orangtua ia sangat mengkhawatirkannya. Apalagi Khalisa tinggal jauh dari mereka.

"Mama, Khalisa nggak apa-apa kok." Khalisa merentangkan tangannya untuk memeluk Ica, di belakang sana Daniel menyusul lalu seorang wanita berpakaian syar'i seperti Ica juga masuk paling terakhir. Khalisa melambaikan tangan pada wanita yang sekarang tersenyum lebar padanya. Tidak seperti Ica dan Daniel yang memasang wajah khawatir, wanita itu justru tetap ceria.

"Beneran nggak apa-apa?" Ica meneliti Khalisa dari atas sampai bawah.

"Cuma ini doang." Khalisa menyingkap pet jilbabnya untuk memperlihatkan perban di pelipisnya.

"Ya ampun tetap saja ini luka apalagi di bagian kepala." Daniel menyahut.

"Papa, Khalisa nggak apa-apa." Khalisa mengulurkan tangan mencium tangan Daniel lalu Ica. "Tante nggak mau peluk aku nih?" Khalisa melirik wanita di belakang Daniel.

"Lagi antre nih nunggu giliran." Sahut wanita itu, ia adalah Dianis sahabat Ica sejak kecil. Jika Khalisa memiliki Rindang dan Huma maka Ica memiliki Dianis yang mau berbagi suka dan duka dengannya. Dianis melangkah mendekati Khalisa dan memeluknya.

"Tante apa kabar?" Khalisa merindukan Dianis dengan candaannya yang garing dan masakannya.

"Baik banget, kamu lihat kan badan Tante melar begini artinya Tante baik dan bahagia." Suara cempreng Dianis memenuhi ruangan.

"Ssshh." Khalisa meletakkan telunjuknya di bibir meminta agar Dianis memelankan suaranya.

"Ada apa?" Dianis berbisik.

Khalisa menoleh ke kiri melihat ke arah punggung Azfan yang sedang mendirikan shalat Dhuha. Dari tadi tak ada yang menyadari keberadaan Azfan karena terhalang oleh dinding kamar mandi.

"Khalisa, dia siapa?" Tanya Daniel.

"Azfan Pa, jadi semalem Rindang dan Azfan jagain aku tapi Rindang tadi pulang ambil baju ganti, mereka juga yang bawa Khalisa kesini."

Ica mengangguk mengerti, ia duduk di pinggiran ranjang mengusap lengan Khalisa. Sebenarnya mereka telah bertemu Rindang di airport tadi. Rindang memberitahu kejadian semuanya tapi ia meminta Ica dan Daniel tidak memperlihatkan kekhawatirannya pada Khalisa.

"Khalisa sudah berusaha membuat kita semua nggak khawatir sama dia, jadi Rindang mohon sama Tante dan Om untuk pura-pura nggak tahu tentang kejadian ini di depan Khalisa."

"Khalisa bawa motor siapa?" Tanya Daniel.

Khalisa tidak segera menjawab pertanyaan papanya, ia berjanji telah menceritakan semuanya pada orangtuanya.

"Sebenernya Khalisa bukan jatuh dari motor Pa." Khalisa menunduk, sebenarnya ia bisa saja menjawab asal dengan bilang jatuh dari motor Azfan atau Huma tapi ia tidak mau berbohong. Lebih baik Khalisa menceritakan semuanya meski harus kembali mengingat kejadian kelam tadi malam.

Ica menyentuh punggung tangan Khalisa yang tidak dipasangi infus, "Papa dan Mama udah tahu semuanya."

Khalisa mengangkat wajahnya terkejut, dari mana mereka tahu?

"Tadi Rindang jemput kami di airport dan dia juga sudah menceritakan semuanya." Ica menatap Khalisa teduh, ia amat mengkhawatirkan Khalisa tapi enggan memperlihatkannya di depan sang anak.

"Papa jamin hal seperti itu nggak akan pernah terjadi lagi sama kamu."

"Kenapa kamu nggak pindah kuliah aja di Banyuwangi?" Dianis tiba-tiba menyahut. Ia duduk di ujung sofa yang sama dengan Daniel.

Khalisa menggeleng, sebelum memutuskan untuk kuliah di Yogyakarta tentu ia telah memikirkannya matang-matang. Khalisa memang tak pernah menduga akan mengalami kejadian seperti ini setelah hampir satu tahun tinggal di Kota Gudeg ini.

Azfan yang sedang memanjatkan doa usai shalat dhuha hampir saja menoleh mendengar ucapan papa Khalisa, sejak mendengar suara orang lain yang masuk ke ruangan itu Azfan jadi tidak fokus shalat. Namun Azan tetap berusaha kembali khusyuk di rakaat terakhirnya.

Apakah Khalisa akan pindah? Azfan bertanya-tanya karena tidak mendengar jawaban Khalisa, bagaimana jika mereka tak pernah bertemu lagi.

"Kamu mau pindah apartemen, biar Papa carikan apartemen yang memiliki keamanan lebih terjamin."

"Pa, Khalisa suka apartemen itu, Khalisa akan jaga diri." Khalisa mengulas senyum untuk menenangkan papanya. "Apalagi sebentar lagi ujian, Khalisa mau fokus sama itu."

Azfan beranjak dari atas sajadahnya, ia melipat sajadah tersebut dan menyapa orangtua Khalisa.

"Maaf Azfan, kami mengganggu shalat mu." Daniel menerima uluran tangan Azfan yang hendak menyalaminya. Ia menggeser duduknya agar Azfan bisa duduk.

"Masya Allah ganteng banget." Dianis spontan memuji Azfan yang mengenakan sarung, baju koko dan kopiah.

Azfan terkejut mendapat pujian seorang wanita yang terlihat seumuran dengan Ica tersebut.

"Kalian ada hubungan apa, maksud aku kok kamu bisa jagain Khalisa disini?" Dianis yang selalu kepo itu mulai menginterogasi Azfan.

"Saya temen Khalisa Tante." Jawab Azfan dengan senyum canggung.

"Ya ampun Khalisa pinter banget pilih temen."

"Astagfirullah Tante aku nggak pernah pilih-pilih temen." Sahut Khalisa. "Azfan nggak usah didengerin omongan Tante Dianis emang suka ngawur."

Azfan mengangguk kaku.

"Tapi kamu setuju kan kalau Tante bilang dia ganteng?" Dianis melihat Khalisa.

"Ck udah deh, kamu kesini cuma mau godain Khalisa?" Tegur Ica pada Dianis yang hanya nyengir seolah tak berdosa.

"Setuju." Khalisa diam-diam menunjukkan jempolnya pada Dianis tanpa sepengetahuan Ica dan yang lain.

Dianis mengerlingkan mata menahan tawa karena ia tak pernah salah menilai seorang cowok. Walaupun usianya menginjak kepala empat tapi Dianis tetap bisa membedakan cowok ganteng dan tidak.

"Ngomong-ngomong Geza nggak diajak?" Geza adalah anak sulung Dianis yang sebentar lagi juga lulus SMA sama seperti Kafa.

"Ikut kok, barusan mampir ke minimarket dia."

"Azfan, terimakasih sudah menyelamatkan Khalisa, kamu melakukannya dua kali."

"Saya memang harus melakukannya Pak." Azfan terus teringat pada ucapan Renata yang menitipkan Khalisa kepadanya.

"Hm?" Daniel mengangkat alis melihat Ica, mereka saling pandang untuk beberapa saat.

"Mmm maksud saya—sebagai teman kami memang harus saling membantu." Azfan segera menambahkan kalimat yang bisa menimbulkan pengertian ambigu tersebut.

"Assalamualaikum." Suara seorang lelaki di depan pintu mengalihkan perhatian mereka.

Dianis yang berada paling dekat dengan pintu segera beranjak membuka pintu mempersilakan lelaki berkulit putih pucat itu masuk.

"Koko." Khalisa tidak terlalu terkejut dengan kedatangan Levin karena mereka sempat bicara ditelepon tadi.

Levin menyapa semua orang yang ada disana satu per satu lalu bertanya mengapa Khalisa bisa tiba-tiba dirawat di rumah sakit padahal semalam mereka sempat bertemu dan Khalisa baik-baik saja.

"Semalam Khalisa jatuh dari motor Huma." Jawab Ica mewakili Khalisa yang sedikit gelagapan mendapat pertanyaan Levin.

"Tapi udah nggak apa-apa kok." Tambah Khalisa sebelum membuat Levin khawatir berlebihan.

Levin bertanya-tanya kenapa Azfan lebih dulu berada disini dan mengenakan sarung yang memberikan kesan bahwa Azfan sudah lama berada disini, atau bahkan menginap. Tidak, tidak mungkin Azfan menginap.

"Maaf Ko jadi harus batalin janji kita."

"No, it's okay kita bisa makan bareng kapanpun." Levin mengulas senyum manis, "yang penting kamu sehat dulu."

"Duduk Vin." Daniel berpindah duduk di kursi samping ranjang agar Levin bisa duduk di sofa. "Memangnya kalian ada janji apa?" Ia melihat Khalisa dan Levin bergantian.

"Jadi Ko Levin mau traktir aku makan sama anggota komunitas mualaf juga bertepatan sama ulang tahun aku kemarin padahal aku bilang nggak perlu ngasih hadiah apapun." Jelas Khalisa.

Bibir Azfan sedikit berkedut, ia tidak tahu jika kemarin Khalisa berulangtahun.

"Kalaupun mau makan bareng nggak perlu pas Khalisa ulang tahun kan?" Sahut Ica.

"Iya Tante." Levin nyengir lebar memperlihatkan giginya yang putih dan rapi. "Ngomong-ngomong Azfan udah lama disini?"

"Iya." Azfan mengangguk. Sejak semalam.

Kini wajah Levin benar-benar muram kenapa Khalisa memberitahu Azfan tapi tidak memberitahunya. Jika bukan Levin yang menelepon lebih dulu pasti Khalisa tidak akan memberitahunya.

Seorang dokter dan perawat masuk ke dalam ruangan untuk memeriksa keadaan Khalisa. Dokter meminta mereka keluar terlebih dahulu kecuali orangtua Khalisa.

"Khalisa sudah melakukan CT Scan seluruh tubuh dan tidak ada luka dalam, kalau membutuhkan psikiater kami akan menjadwalkannya untuk Khalisa." Jelas dokter setelah melakukan pemeriksaan pada luka di pelipis Khalisa dan beberapa memar di betis serta lengan.

"Bagaimana Khalisa?" Ica melihat Khalisa yang masih memasang wajah ceria seolah ingin berkata bahwa semua baik-baik saja tapi semakin Khalisa seperti itu ia makin sedih dan tak ingin meninggalkan sang anak.

"Khalisa baik-baik aja kok." Jawab Khalisa.

"Baik kalau begitu obatnya jangan lupa diminum, besok saya akan periksa lagi kalau Khalisa membaik maka sudah boleh pulang." Dokter meninggalkan ruangan bersama perawat yang telah mengganti kantong infus dengan yang baru.

Ica bergerak untuk memeluk Khalisa, ia tahu Khalisa membutuhkannya meski telah berusaha sekuat tenaga menahan kesedihan.

"Mama dan Papa nggak usah khawatir, sebentar lagi kan Khalisa pulang ke Banyuwangi."

Ica mengangguk mengusap kepala Khalisa, meski sekarang Khalisa sudah beranjak dewasa tapi baginya Khalisa adalah putri kecilnya yang selalu butuh pengawasan dari dirinya dan Daniel. Namun ia juga tak bisa terus berada disini meninggalkan Zunaira dan Azmal dalam waktu yang lama.

"Kamu anak yang kuat." Ica mencium kening Khalisa dengan sayang, "menangis itu bukan perbuatan salah, kalah Khalisa mau nangis nggak apa-apa nangis aja."

Khalisa menggigit bibir, ia sudah menahannya sejak tadi pagi. Khalisa pikir setelah menangis hebat tadi malam di pelukan Rindang maka semua akan baik-baik saja. Namun setelah mendengar mamanya berkata demikian Khalisa tidak dapat menahannya lagi, ia memeluk mamanya dan menangis tanpa suara.

Daniel memalingkan wajah tak kuasa melihat sang anak hancur, tangannya terkepal kuat, ia tak akan memberikan ampun pada siapapun yang telah membuat anaknya seperti ini.

.

1
Mirna
Luar biasa
Kamrah Azizah
kereeen bageet
Hera
👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻
Rochis Khikma
mksh kk akhirnya happy ending...oh ya ada kelanjutannya untuk anak2 mereka gk kk?
Mirna: Udah ga ada kayaknya, ga kepikiran bikin lagi 😁
total 1 replies
Nina
di tunggu cerita yang baru kak mirna
Marsha Andini Sasmita
🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰
Marsha Andini Sasmita
👍👍👍❤️👍👍👍
Marsha Andini Sasmita
🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰
Titin Erawati
sukses selalu Thor, ditunggu cerita yg lainya,jgn lupa jaga kesehatan ♥️♥️♥️♥️♥️
34. Tiara Atikah
bagus banget😘😘😘😍
Mirna: Wah makasih Kak Tiara Atikah, nama kamu mirip Mahira—Mahira Atiqah 😁
total 1 replies
Jauza Lesmono
sukses terus kak dan di tunggu karya karya selanjutnya,salam sehat
Mirna: Makasih Kakak 😍
total 1 replies
RINAWATI AZZA
buat crita azka dewasa donk mbk...
Mirna: Nggak bosen sama keluarga Alindra? 🤣
total 1 replies
૦ 𝚎 ɏ ꄲ 𝙚 ռ
kak Mirna... sayangku..
makasih jg udah kasih kita bacaan yg positif bgt.. aku tunggu karyamu yg lain kak.. sukses terus kaka sayang...😘😘
q bakal kangen ma mereka pasti..😥
૦ 𝚎 ɏ ꄲ 𝙚 ռ: insyaa Allah ka Mirna...
kpn launching karya baru nih..hehe
Mirna: Makasih Akak Uyun sayangkuu 😍
Tetap setiap sama aku yah 😁
total 2 replies
Fat Tonah
terimakasih kasih telah update sebenarnya ndk terima cerita ni berakhir tp d tnggu novel dan cerita lain berikutnya love sekebon untuk authorx love love love
Mirna: Wah love dua kebon buat Kak Fat, makasih udah baca Mahabbah Cinta Khalisa
total 1 replies
૦ 𝚎 ɏ ꄲ 𝙚 ռ
Alhamdulillah... selamat Abi n umma. ...
Bundanya Abhipraya
hemm ga rela tamat dehhh
Bundanya Abhipraya
suka bgt persahabatan mereka...
Bundanya Abhipraya
selamat ya azka punya dede bayi cantikk... yg akur2.
Lusia
jangan tamat dulu ya kk, panjangin aja gak akan bosen
Mirna
yang pada nanya Zulaikha, fotonya ada di tengah-tengah Papa dan Mama nya ya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!