Cerita ini adalah sekuel dari BOSS GILA KU, jadi biar mengerti alurnya mending baca dulu aja BOSS GILA KU.
"Aku gak benci sama kamu, aku cuma gak mau ada sangkut pautnya sama kamu. Apapun itu." Rena
"Tapi aku mau dan aku akan bikin kamu terus tersangkut sama aku." Roby
Rena seorang gadis manis nan polos, belum pernah berpacaran. Namun hatinya kini terpaut pada sosok sang ASISTEN kepercayaan boss tempatnya bekerja. Pria misterius yang sikapnya sulit ditebak, sampai dimana peristiwa membuatnya membenci dan menjauhi pria itu.
Roby sang ASISTEN yang memiliki latar belakang keluarga suram, masa lalu yang rumit dan suram harus dia jalani semasa remaja. Hingga dia bertemu dengan pemilik RENS CORP dan menjadikannya asisten kepercayaannya.
Roby harus kembali berurusan dengan masa lalu dan orang-orang yang membuat hidupnya berantakan.
Bagaimana kelanjutan kisah cinta R couple, mampukah menghadapi lika-liku peliknya percintaan.
Area 21+
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Andriana vhe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Suasana pagi
Pagi pun menjelang, Rena masih merasa aneh karena mulai hari ini dia harus menyiapkan segala keperluan Roby persis seperti seorang istri pada suaminya.
Saat ini waktu masih menunjukan pukul 6 pagi, setelah memastikan Kafka sudah kembali tertidur selepas menyusu, kemudian Rena menuju ke kamar Roby.
Dengan perasaan ragu-ragu, Rena mengetuk pintu kamar Roby. Namun setelah beberapa kali mengetuk pintu tetapi tidak ada jawaban dari dalam. Rena perlahan mencoba membuka pintu kamar Roby yang ternyata tidak dikunci, Rena berjalan dengan sangat pelan menuju ke arah tempat tidur dimana Roby masih tertidur lelap disana.
Rena berhenti tepat di bibir ranjang, dia mencoba membangunkan Roby dengan memanggil namanya.
"Rob, Roby bangun." Roby masih bergeming dan terlihat membenarkan posisinya.
"Roby bangun, kamu ke kantor gak?" kali ini Rena memanggil dengan sedikit mengguncangkan badan Roby.
Namun tetap saja Roby masih asik bergelut dengan selimutnya dan malah menaikkan kembali selimutnya hingga menutupi dada.
Karena tidak sabar, Rena mencoba menarik selimut yang dipakai oleh Roby. Meskipun dengan sedikit mengeluarkan tenaga, akhirnya Rena bisa menyingkirkan selimut itu. Namun alangkah terkejutnya Rena saat melihat apa yang ada dibalik selimut itu.
"Astagfirullah." Rena sontak menutup matanya dengan kedua tangannya, saat melihat Roby yang tertidur hanya dengan menggunakan handuk di pinggangnya dan sedikit tersingkap.
Saat tengah menenangkan jantungnya, tiba-tiba Rena kembali berteriak.
"Aaaaaa. Roby kamu kenapa tidur cuma pake handuk sih, cepat pake celana dong " Rena berteriak saat dia mencoba membuka tangannya secara perlahan. Rena melihat Roby yang berdiri di depannya dengan handuk yang sudah terjatuh di lantai.
"Kenapa?, kamu malu. Kan kamu udah pernah ngerasain." ucap Roby pelan tepat di telinga Rena.
"Jangan sembarangan Roby." bentak Rena.
"Kalau gitu buka mata kamu." bisik Roby.
"Enggak."tolak Rena tegas, enak saja suruh membuka mata. Walaupun dia pernah merasakannya, tapi Rena masih malu kalau harus melihat secara langsung rudal balistik milik Roby, yang sudah membuahkan hasil seorang Kafka.
"Kalau kamu gak mau buka mata, biar aku yang buka baju kamu."ancam Roby dengan seringai diwajahnya.
" Enak aja." Rena tanpa sadar membuka matanya. "Eh, kamu gak..." Rena menggantung kalimatnya.
"Kirain dia gak pake apa-apa tadi, ternyata celananya pendek banget dan ketat lagi. Duh kok itunya nonjol banget ya." batin Rena.
"Enggak apa?, kamu mikir aku gak pake apa-apa ya." goda Roby.
"Issh sembarangan." elak Rena yang malu Roby mengetahui apa yang dia pikirkan.
"Apa kamu mau kalau aku gak pake apa-apa. Iya!" Roby tersenyum smirk.
"Enggak ada ya, udah cepetan mandi." Rena berbalik arah ingin keluar dari kamar Roby, namun baru 3 langkah Roby menggendong Rena dan membawanya menuju kamar mandi.
"Aaa, Roby kamu mau ngapain?" Rena berontak di dalam gendongan Roby.
"Diem, kalau gak mau kamu jatuh nanti."
"Iya, tapi turunin aku."
Roby menurunkan tepat disamping bath up.
"Ngapain aku dibawa kesini?, aku udah mandi kok."
"Siapa yang nyuruh kamu mandi!, apa jangan-jangan kamu mau mandi bareng aku ya." Roby merangkul pinggang ramping Rena.
"Ngaco kamu, trus kamu mau apa bawa aku kemari. Jangan bilang kamu minta dimandiin sama aku ya."
Rena langsung menutup mulutnya dengan tangannya sendiri "Ih ngapain sih gue pake ngomong gitu. Duh kesannya gue parno banget deh." umpatnya pada diri sendiri.
"Boleh juga tuh, kayanya kamu pengen banget ya mandiin aku. Aku sih gak papa ikutin mau kamu, dari pada ntar kamu ngambek." ledek Roby yang melihat wajah Rena yang memerah.
"Makin ngaco, udah ah cepetan kamu mau apa?" tanya Rena yang sudah tidak sabar, dia takut Kafka akan terbangun dan menangis mencari dirinya.
"Kamu udah gak sabar banget sih." Roby semakin mempererat pelukannya.
"ROBY." Rena memelototkan matanya karena sudah kesal Roby terus menggodanya.
Ini baru sehari dan dia sudah mulai darah tinggi, bagaimana bila terus-menerus harus menghadapi tingkah konyol Roby yang sedang timbul. Bisa-bisa dia stroke muda-muda.
Roby terkekeh "Kamu belum isi bak mandinya, gimana aku mau mandi coba."tunjuknya dengan menggunakan dagu.
"Kenapa gak ngomong dari tadi sih?" protes Rena sebal lalu mulai menyalakan air untuk mengisi bak air.
"Ya kamu kenapa gak peka?" kilah Roby.
"Emangnya aku paranoid, eh paranormal!. Ya aku mana tau, aku kan gak pernah melayani orang seperti ini sebelumnya." gerutu Rena.
"Mulai sekarang kamu harus biasa."
"Ih gak jelas." Rena mulai beranjak pergi, namun lagi-lagi Roby memanggil.
"Ren."
"Apa lagi sih Rob?" Rena mendengus kesal.
"Kamu belum tuangin parfumnya."
"Astaga Roby, kamu kan bisa pilih dan tuang sendiri."
"Tapi aku maunya kamu yang pilihin, aku yakin selera kamu pasti bagus."tawar Roby.
"Manja banget sih, aku kaya lagi ngurusin suami aja." gerutu Rena pelan tapi masih bisa di dengar oleh Roby.
"Kalau gitu kita nikah aja."ajak Roby serius, namun Rena berpikir Roby sedang menggodanya.
Rena tidak menjawab, dia langsung menuju ke rak tempat menyimpan parfum beraneka ragam.
Rena mencoba meraih salah satu botol yang beraroma terapi, tapi karena tubuhnya yang mungil Rena jadi sedikit kesusahan. Roby yang melihat itu langsung membantu meraih botol yang di mau, Roby berdiri tepat dibelakang tubuh Rena.
Roby menghirup aroma leci yang berasal dari rambut Rena. Roby mulai aa menyingkirkan rambut Rena ke arah samping sambil sesekali mengecup leher, Rena hanya terdiam sambil meremas pinggiran wastafel seraya menikmati ciuman Roby.
"Sayang, nikah yuk."
...----------------...
...----------------...
...----------------...
Maaf ya part ini agak ngawur, lagi ngeblank otaknya. Tapi mau up,
Jadilah part gak jelas ini.
Mohon mangap ya kak
Next
👏👏👏👏👏
💪💪💪💪💪💪