Tania Wijaya adalah seorang putri kaya raya yang terbuang karena persaingan bisnis sang ayah, harus bangkit belajar beladiri dan melakukan penyamaran menjadi seorang model.
Pertemuan tak sengaja dengan seorang pria keras kepala. Segala cara Tania lakukan demi menghindari pria itu. Namun, takdir berkata lain saat Tania terjebak dalam jeratan cinta yang di rencanakan Milan, kakak dari pria yang dicintainya.
Bagaimana perjalanan hubungan Tania setelah tahu Milan memiliki tunangan? Ikuti terus keseruan kisahnya.
***
Noted: Novel ini mengandung unsur beladiri/ Action yang tidak cocok untuk di bawah umur. Harap bijak memilih bacaan. Novel ini juga hanya tulisan fiksi pengarang. So harap berkomentar sopan ya reader yang budiman.
Novel ini sedang tahap revisi. Mohon maaf atas ketidaknyamanannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lintang Lia Taufik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Akhir Sebuah Harapan
🌟 Jangan lupa LIKE, FAVORIT, dan RATE 🌟
~ Happy Reading ~
Mungkin ini cinta sejati
Berusaha mengubur segala ketidakmungkinan
Untuk kita lewati lorong-lorong kehidupan
Rengkuh jiwa itu
Dan ... peluk resah hatinya
Gapai dan genggam jemarinya ... lalu rasakan
***
Suasana rumah Milan serasa sepi, bukan berarti tidak berpenghuni. Namun, rasa takut dan juga tak nyaman tercipta setelah Milan mengutarakan niatnya.
Masih hening.
"Tania!" panggil Milan, tanpa ragu sedikitpun.
Tania, yang saat itu sedang duduk di sebelahnya sambil meremasi ujung pakaian yang dikenakan karena cemas, menoleh kaget. Parasnya langsung berubah, ketika melihat sosok Milan tiba-tiba menelengkan kepalanya menatap lekat wajahnya tepat di depan matanya.
"Katakan keputusan kamu, kami menunggu," kata Milan, seolah yakin sekali, jika gadis yang dipaksanya untuk hidup bersama tidak akan menolak.
"Aku mencintaimu, jangan ragu tentang rasaku."
"Terimakasih," sahut Tania, berusaha meredam debar jantungnya yang mulai tak terkendali sementara matanya mengedar ke arah lain.
"Aku bisa apa? Aku menerima, meski sebenarnya tidak rela, Pak Milan tetaplah yang berkuasa 'kan?" Tania memundurkan wajahnya sedangkan tangannya memiliki mendorong Milan agar sedikit menjauh.
Sementara itu, Burhan dan Raffa hanya menatap aneh ke arah keduanya.
"Panggil saya cukup dengan nama saja, Milan. Saya belum tua, umur saja baru dua sembilan," geramnya, wajahnya masih sama sok ganteng seperti sebelumnya.
"Kalian seperti anak kecil, jadi bagaimana? Masih mau menikah?" tanya Raffa ragu-ragu.
Milan tersenyum kecut, "Jika aku tidak menikahinya sekarang, apa yang akan kalian rencanakan selanjutnya?"
"Sudah, Milan! Menikahinya di rumah keluarga kamu saja, malam ini secara agama. Besok Kita adakan pernikahan resmi secara agama dan juga negara," jelas pria paruh baya bernama Burhan.
"Baiklah, ayo bergegas sebelum malam aku setuju," sahut Milan yang kemudian segera bangkit dari tempat duduknya. Mereka kemudian pergi ke mansion milik Gerry dengan menggunakan mobil yang sama.
***
Tania duduk memaku seorang diri usai melangsungkan prosesi pernikahan secara agama, di sudut ruangan mansion milik Gerry. Kepalanya bersandar di sebuah sofa king size berbahan beludru berwarna merah maroon.
Tania nampak cantik dengan balutan kebaya modern berbahan dasar satin sutra yang di padu padankan dengan brokat berwarna putih, lengkap dengan sanggul modern yang berhiaskan bunga asli yang terdiri dari melati putih dan juga mawar merah.
Wanginya semerbak, menusuk hidung siapapun yang berada di sekelilingnya.
Tatapan matanya kosong, banyak hal yang kini ia pikirkan melintas di benaknya. Rasa takut mulai membayanginya. Ia begitu takut jika nanti tujuannya untuk menemukan jati diri Milan pudar. Bagaimana jika Milan pelaku yang mengambil alih harta milik peninggalan Reyhan? Bagaimana jika bukan? Lalu siapa?
Pikiran Tania benar, Milan bukan pria yang mudah ditebak. Butuh waktu lama untuk mengenalnya. Berpura-pura menerima keadaan mungkin cukup membantu.
"Tania," panggil seorang pria, suaranya terdengar tidak asing di telinga Tania.
Seketika Tania menoleh, membuang semua rasanya meski kini dadanya mulai sesak. Edo Mulai berjalan mendekat, sehingga memaksa Tania bangkit dari tempat duduknya.
"Aku sudah menikah! Aku istri kakak kamu sekarang," tukas Tania, memberikan peringatan agar Edo tersadar dengan status barunya.
Tatapan Edo berubah sendu, raut mukanya berubah pucat pasi. Namun, tidak menyulutkan niat kedatangan.
"Jika suatu saat nanti, kamu kecewa dengan pernikahan yang terjadi secara paksa ini ... aku selalu menunggumu. Jangan ragu mengungkapkan apapun tentang kamu dan perasaan kamu." Edo meraih kedua tangannya telapak tangan Tania dan menggenggamnya ketika berbicara.
"Edo ... jangan seperti ini," balas Tania, ia berusaha menahan bulir bening yang hampir saja membanjiri pipi mulusnya. Kepalanya bahkan mulai menengadah.
"Takdir orang tidak ada yang tahu, awalnya aku menyerah. Tapi aku percaya jika pertemuan kita bukan sebuah kebetulan. Jangan aku putuskan untuk menunggu," ucap Edo. Kemudian ia mencium punggung tangan Tania secara bergantian, kemudian melepaskan genggamannya.
Sementara Tania memilih diam membisu. Ia bahkan menghindari tatapan mata Edo yang masih menatapnya tajam. Tentu saja alasannya mereka masih saling mencintai. Edo pria yang ramah dan juga baik. Bukan itu saja ia juga sosok yang penyabar dan juga sederhana selama kedekatannya dengan Tania selama ini.
"Tania," panggil Milan, mengagetkan keduanya.
"Ya," sahutnya cepat, lalu segera melangkah menghampiri Milan meninggalkan Edo yang masih berdiri menatapnya. Di tempat yang sama, Gerry dan Raya memperhatikan mereka.
Tak lama kemudian, Raffa dan Burhan menemui Milan dan juga Tania memberikan sebuah ucapan selamat lalu bergegas pergi.
Mata Milan melirik memperhatikan Edo yang ternyata mengikuti mereka hingga di halaman mansion. Dengan tergesa-gesa Milan berjalan dan membuka pintu mobilnya sembari mendorong Tania hingga terduduk di kursi mobil.
Raut wajah Tania tidak menunjukkan rasa takut sama sekali, meski sebenarnya hatinya berontak dan ingin menjerit.
Seringai licik kembali Milan tampakkan ketika mesin mobil mulai berderu dan melaju dengan kecepatan tinggi menuju rumah miliknya sendiri. Masih di Bogor, tetapi di tempat yang berbeda. Meski tak sebentar mansion ayahnya, tetapi bangunan berdesain Eropa klasik terlihat jelas jika rumah tersebut terkesan mewah.
Milan terasa leluasa ketika bersama sopir pribadi, tentu saja ini bisa melancarkan aksinya.
Sesekali ia melirik Tania yang terlihat begitu kaku menyembunyikan rasa takutnya.
"Apakah kamu takut?" tanya Milan, tentu saja tidak sekedar menggoda. Ada tujuan di balik ucapannya.
"Tidak," jawab Tania singkat, berusaha acuh. Lalu memalingkan wajahnya ke arah lain untuk memecahkan kegugupan yang menderanya.
"Benarkah?" tangannya. Lagi. Entah kenapa, pertanyaan Milan yang diulang seperti ini justru membuatnya semakin gugup saja.
"I-iya," jawab Tania yang justru tergagap.
Milan menahan tawa. Namun, buku jemarinya mengelus dan menggenggam telapak tangan Tania yang bertengger di pangkuan gadis ayu itu.
Tania menarik dan mengibaskan tangan Milan. Membuat pria itu semakin bertekad ingin membuat Tania ketakutan.
Tak lama kemudian, mobil terhenti di halaman rumah yang tentu saja ketat dengan penjagaan pengawal pribadi Milan.
Jantung Tania semakin berdegup kencang. Terlebih saat Milan menarik tubuhnya secara paksa agar berada di gendongannya. Sungguh pemandangan yang membuat siapapun yang melihatnya tercengang.
Tania tertunduk malu sementara kedua tangannya dikalungkan di leher Milan yang berjalan memasuki rumahnya.
"Hei, tatap aku. Apa kamu tidak pernah di gendong seperti ini? Aku hanya berusaha menggantikan posisi Om Reyhan saat ini," desis Edo. Seketika Tania menatap lekat wajah pria yang dibencinya namun kini berjarak amat dekat, begitu jelas sketsa wajah Milan terpahat. Napas Tania semakin memburu ketika hembusan napas Milan semakin menghangat menerpa wajahnya.
— To Be Continued
🌠Hola semua, mohon maaf karena keterlambatan update ya. Selain level belum muncul, dan karya ini belum kontrak juga jadi Lintang pilih nimbun Bab dulu, nanti kalau udah waktunya akan rutin dan aku usahakan minimal dua Bab ya. Jadi bantu naikin level dengan minta jempolnya dong temen-temen, sama komentar sebanyak-banyaknya ya. Spam juga boleh.
🌟 Terimakasih banyak sudah berkenan mampir membaca karyaku. Semoga kalian juga sudi memberi jempol dan meramaikan kolom komentar ya, kalian pasti penasaran dengan siapa Tania akan menikah bukan? Jadi jangan lupa minta jempolnya ya guys. Salam hangat Lintang untuk kalian.
Salam cintaku.
Lintang (Lia Taufik).
Found me on IG: lia_lintang08