"Jadi kamu melangsungkan pernikahan di belakangku? Saat aku masih berada di kota lain karena urusan pekerjaan?"
"Teganya kamu mengambil keputusan sepihak!" ucap seorang wanita yang saat ini berada di depan aula, sembari melihat kekasih hatinya yang telah melangsungkan pernikahan dengan wanita lain. Bahkan dia berbicara sembari menggertakkan gigi, karena menahan amarah yang menyelimuti pikirannya saat ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pertiwi1208, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
"Gavin, bagaimana perkembangan perusahaan kamu?" tanya Ayah Handoko. Saat ini beliau dan Gavin tengah makan siang bersama di sebuah restoran.
"Sejak Mery datang ke perusahaan, penjualan semakin meningkat," jawab Gavin sembari memakan hidangan makan siangnya.
"Ayah, sebenarnya ada yang ingin aku bicarakan," ucap Gavin.
"Hmb, aku tahu, kamu tidak mungkin mengundangku makan siang tanpa maksud," jawab Ayah Handoko sembari mengulas senyum, Gavin pun tersenyum juga.
Gavin segera merogoh saku bagian dalam jasnya, mengambil ponsel, dan segera menunjukkan sesuatu pada Ayah Handoko. "Apa ini?" tanya Ayah Handoko sembari menerima ponsel Gavin dan mulai melihatnya.
"Arya?" gumam Ayah Handoko saat melihat ponsel Gavin.
"Hmb," jawab Gavin sembari mengulas senyum dan mulai makan kembali.
"Apa ini nyata?" tanya Ayah Handoko setelah menggeser layar ponsel dan melihat beberapa foto Arya dengan istrinya, yang sedang tertawa lepas di pinggir jalan.
"Nyata Ayah," jawab Gavin dengan tersenyum.
"Kapan kamu mengambil foto ini? Apa Arya tahu?" tanya Ayah Handoko.
"Semalam, saat aku hendak ke rumahnya. Tentu saja Arya tidak tahu, dia bisa marah kalau aku ambil fotonya sembarangan," jelas Gavin.
"Hmb, benar juga," ucap Ayah Handoko sembari meletakkan ponsel Gavin ke atas meja.
"Tapi... " Ayah Handoko mengambil lagi ponsel tersebut, dan melihatnya sembari mengerutkan kening.
"Apa dia benar-benar bisa tersenyum seperti ini?" tanya Ayah Handoko dengan heran. Pasalnya Arya jarang sekali berbicara, apalagi tersenyum saat berada di rumah.
"Itulah Ayah, peristiwa yang sangat langka bukan? Maka dari itu, aku ingin segera menunjukkannya pada Ayah," ucap Gavin.
"Selama bersama Arya, aku tidak pernah melihatnya tersenyum seperti itu," imbuh Gavin.
"Tentu saja, kalian kan seperti kucing dan tikus," ucap Ayah Handoko.
"Ah iya, benar juga," ucap Gavin sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Gavin, kirimkan foto-foto ini padaku, aku akan menunjukkannya nanti, pada mamanya Arya dan juga pada besan," pinta Ayah Handoko sembari menyodorkan ponsel Gavin kembali. Gavin pun mengambil ponsel tersebut dan segera menuruti permintaan pamannya, yang sudah dianggapnya sebagai Ayah.
"Hebat juga Mery," monolog Ayah Handoko dalam hati.
"Gavin, bagaimana kalau aku mengundang mereka makan malam?" tanya Ayah Handoko.
"Boleh juga Ayah, tapi jangan malam ini," jawab Gavin.
"Kenapa?" sahut Ayah Handoko.
"Arya semalam bilang, kalau hari ini ada acara makan malam di rumah mertuanya, maka dari itu dia meminta izin," jelas Gavin.
"Hmmb," gumam Ayah Handoko sembari mengangguk tipis beberapa kali.
"Aku akan memberitahu Ayah nanti kalau mereka sudah masuk kerja kembali," ucap Gavin.
"Oke, Ayah akan menunggu kabar dari kamu," ucap Ayah Handoko sembari mengulas senyum.
***
Ting tong.
Sore itu, Mery turun dari mobil dan menekan bel yang ada di pagar rumahnya. Seorang wanita paruh baya pun segera keluar dari rumah mewah tersebut. "Non Mery?" ucap perempuan paruh baya tersebut dengan riang, sembari membuka gembok pagar.
"Bi Nanik," sapa Mery dengan tersenyum juga, sementara Arya hanya melihat mereka berdua dari dalam mobil.
Setelah pagar berhasil dibuka, Arya pun segera melajukan mobilnya dan memarkirnya di teras samping. Sementara Mery masih mengobrol dengan Bi Nanik. "Hmb, benar-benar anak yang ceria, dengan siapapun dia bisa mengobrol santai," gumam Arya yang baru saja turun dari mobil dan melihat istrinya tengah mengulas senyum beberapa kali dengan wanita paruh baya tersebut.
"Sini, biar Bibi bantu," ucap Bi Nanik yang melihat Arya membawa banyak kantong kresek.
"Makasih ya Bi... " ucap Mery sembari mengulas senyum kembali. Mery segera menggandeng lengan Arya dan masuk ke rumah bersama.
"Mery…" ucap Mama Erika dengan riang dan segera memeluk putrinya, setelahnya beliau juga menyalami menantunya.
"Masih jam segini kok sudah datang? Apa kalian tidak bekerja?" tanya Mama Erika.
"Arya sengaja mengambil cuti, agar kami bisa membantu," jawab Mery.
"Makasih ya Arya... kamu pengertian sekali," ucap Mama Erika dengan tersenyum bahagia.
"Iya Ma," jawab Arya yang masih terlihat sangat gugup di depan mertuanya.
"Kalian istirahat di kamar dulu, tadi sudah Mama bersihkan," ucap Mama Erika. Mery dan Arya pun segera berjalan ke lantai dua, ke kamar Mery.
***
"Kamu beristirahatlah disini dulu, aku akan buatkan minum," ucap Mery saat mereka sudah di dalam kamar.
"Oke," jawab Arya singkat. Mery pun segera pergi ke dapur yang ada di lantai satu.
Saat sudah sampai di dapur, terlihat mamanya sedang menghubungi ayahnya dan mengatakan, bahwa dia dan suaminya sudah berada di rumah. Mery mengulas senyum, karena suara mamanya terdengar sangat ceria saat membicarakan hal tersebut.
"Eh, Mery," ucap Mama Erika setelah menutup panggilan telepon dan melihat Mery berdiri tidak jauh dari dapur.
"Hmb... sudah menikah berpuluh tahun, juga masih romantis," ejek Mery pada mamanya.
"Harus dong," jawab Mama Erika dengan bangga.
"Semoga pernikahanku juga bisa selamanya seperti Mama dan Ayah, juga bisa romantis sampai tua," ucap Mery sembari berjalan menghampiri mamanya.
"Amiin," jawab Mama Erika dengan tulus.
"Mau apa?" tanya Mama Erika saat Mery membuka laci dan hendak mengambil gelas.
"Mau bikin kopi buat Arya," jawab Mery.
"Oh iya, lupa kalau kamu sudah punya suami," ucap Mama Erika sembari mengulas senyum. Mama Erika pun segera mengambil teko dan merebus air, sementara Mery menyiapkan racikan kopi susu. Tidak hanya untuk Arya, dia juga membuat untuk dirinya sendiri dan juga untuk mamanya.
***
Sementara itu Arya di dalam kamar mengedarkan pandangannya. Dia melihat kamar tersebut tertata dengan sangat rapi dan teratur, sama seperti kamarnya setelah kedatangan Mery. "Dia memang pandai mengatur kamar, tapi sangat tidak pandai mengatur dapur," ucap Arya sembari mengulas senyum.
Arya berjalan lagi dengan perlahan, di setiap meja yang ada di dalam kamar tersebut, hampir seluruhnya penuh dengan foto Mery dari berbagai usia. "Memang cantik sedari kecil," ucap Arya sembari mengambil salah satu foto yang ada di atas nakas.
Arya terus melihat-lihat kamar Mery bak sedang melakukan study tour.
Degh.
Hingga Akhirnya, ada salah satu foto Mery yang sangat menarik perhatiannya, foto tersebut ada di atas meja kecil di sebelah lemari. Arya mengerutkan kening sejenak dan segera mengambil foto yang ada di dalam pigura tersebut. "Nampak tidak asing foto ini," gumam Arya sembari mengerutkan keningnya.
Ceklek.
Tap.
Saat masih berpikir keras, tiba-tiba saja pintu kamar terbuka, sehingga Arya pun segera mengembalikan foto tersebut ke atas meja seperti semula. "Arya? Sedang apa?" tanya Mery sembari membawa kopi susu yang tadi dibuatnya.
"Hanya berkeliling saja, ternyata tatanan kamar ini hampir sama seperti yang ada di rumah," ucap Arya sembari menghampiri Mery.
"Benar, aku memang senang tatanan yang seperti ini," ucap Mery yang membuat Arya mengangguk beberapa kali. Mery segera membuka pintu balkon dan meletakkan minuman Arya di atas meja bundar yang ada di balkon tersebut.
"Kamu bersantai lah di sini, aku akan membantu Mama dulu," ucap Mery.
"Hmb, oke," jawab Arya dengan singkat dan segera duduk di kursi. Mery pun segera keluar.
"Arya." Namun saat sudah sampai di pintu, dia segera kembali ke balkon.
"Ya," jawab Arya.
"Apa... kamu tidak masalah aku tinggal sendiri?" tanya Mery.
"Memangnya kenapa? Aku kan bukan anak kecil yang masih menyusu," canda Arya. Mery pun hanya mencebikkan bibirnya.
"Jika butuh apa-apa telepon saja," ucap Mery.
"Oke, siap," jawab Arya dengan yakin.