NovelToon NovelToon
Misteri Permainan Takdir

Misteri Permainan Takdir

Status: tamat
Genre:Poligami / CEO Amnesia / Pengasuh / Tamat
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Sagitarius-74

Maya yang kecewa dengan penghinaan mantan suaminya, Reno, mencoba mencari peruntungan di kota metropolitan.. Ia ingin membuktikan kalau dirinya bukanlah orang bodoh, udik, dan pembawa sial seperti yang ditujukan Reno padanya. "Lihatlah Reno, akan aku buktikan padamu kalau aku bisa sukses dan berbanding terbalik dengan tuduhanmu, meskipun dengan cara yang tidak wajar akan aku raih semua impianku!" tekad Maya pada dirinya sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sagitarius-74, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

SALAH SASARAN

"Maafkan aku, Murni. Aku sudah memberimu obat perangsang. Aku belum yakin kamu itu anakku. Dunia ini luas, kamu belum tentu anakku! Kalau kamu anakku, aku gak akan nyakitin kamu." Bu Ratna terdiam, ia teringat kembali masa lalunya ketika melahirkan.

"Kalau seandainya suamiku jujur mengatakan anakku dimana, aku gak akan marah sama dia! Aku cuma heran, apa maksudnya mas Herman menukar anakku dengan Pram? Aku yakin, dulu aku tidak berhalusinasi atau salah dengar. Aku yakin, mas Herman menukar bayiku!" Bu Ratna memejamkan matanya.

Malam itu Bu Ratna tak bisa tidur dengan tenang. Entah kenapa semenjak Murni mengatakan kalau dia 'anak pungut', Bu Ratna menginginkan anak kandungnya kembali. Tapi ia tak tahu harus cari kemana..

Pagi itu, suasana di rumah Made masih terasa mencekam. Setelah kejadian semalam, Murni masih belum sadar sepenuhnya. Ia hanya terbaring lemas di tempat tidur dengan tatapan kosong.

Made merasa iba sekaligus marah. Ia marah pada Bu Ratna yang telah merusak istrinya.

"Kenapa Ibu melakukan ini pada kami?" gumam Made, menatap Murni dengan sedih.

Sementara itu, Bu Ratna sedang menyiapkan sarapan di dapur. Ia tampak tenang seolah tidak terjadi apa-apa.

"Made, sarapan sudah siap," panggil Bu Ratna dengan nada ceria.

Made menghampiri Bu Ratna dengan wajah masam. "Ibu, aku ingin bicara," ujarnya.

"Bicara apa? Ayo sarapan dulu," jawab Bu Ratna, mengalihkan pembicaraan.

"Tidak, Bu. Aku ingin tahu kenapa Ibu memberikan obat perangsang pada Murni?" tanya Made dengan nada tinggi.

Bu Ratna terkejut. Ia tidak menyangka Made akan tahu tentang hal itu.

"Apa maksudmu, Pram? Ibu tidak mengerti," elak Bu Ratna.

"Jangan berbohong, Bu. Aku tahu semuanya. Ibu sengaja melakukan ini agar aku ilfil pada Murni, kan?" desak Made.

Bu Ratna menghela napas. Ia tahu tidak ada gunanya lagi menyangkal.

"Iya, memang benar. Mamah melakukan ini. Mamah ingin agar kamu ilfil dan menceraikan dia," jawab Bu Ratna dengan jujur.

"Kenapa, Bu? Apa salah Murni? Bukankah semalam Ibu sudah dekat dengan Murni?" tanya Made, bingung.

"Murni tidak pantas untukmu, Made. Kamu pantas mendapatkan wanita yang lebih baik, yang sepadan denganmu! Semalam Mamah memberinya hadiah itu sebagai imbalan akan tugas yang akan Mamah kasih untuk dia nanti," jawab Bu Ratna tanpa ada rasa salah sedikitpun.

"Tugas? Maksudnya tugas apa, Bu?" Made makin heran dengan perkataan Bu Ratna. Ia merasa, Bu Ratna memberi sesuatu pada Murni semalam tidak ikhlas, tapi ada sesuatu dibalik pemberiannya.

"Ah, sudahlah! Kamu gak usah bingung! Tugasnya, ya.. Jadi seorang Ibu. Sebentar lagi dia melahirkan. Dia akan bertugas jadi seorang ibu. Begitu, Pram." Bu Ratna berkelit.

"Baiklah Bu, aku percaya. Tapi ibu bilang tadi Murni tak sepadan untukku. Apa yang Ibu maksud?" tanya Made, penasaran.

Bu Ratna tersenyum. "Kamu akan tahu nanti," jawabnya misterius.

Setelah sarapan, Made bersiap-siap untuk pergi bekerja. Sudah beberapa hari Made cuti, hari ini Maya minta Made untuk masuk, berhubung Maya sudah kembali dari Jakarta.

Bu Ratna yang sudah mengetahui akan kedatangan Maya, sudah menyiapkan rencana lain untuk menghancurkan Maya.

"Pram, ini kopinya. Minumlah sebelum berangkat," kata Bu Ratna, menyodorkan secangkir kopi pada Made.

Made menerima kopi itu dengan ragu. Ia merasa curiga dengan sikap Bu Ratna yang terlalu baik padanya.

"Ibu tidak memasukkan apa-apa ke dalam kopi ini, kan?" tanya Made, sedikit curiga.

"Tentu saja tidak, Pram. Mamah hanya ingin memberikan yang terbaik untukmu," jawab Bu Ratna dengan senyum manis.

Made menghela napas dan meminum kopi itu hingga tandas. Ia berharap tidak terjadi apa-apa pada dirinya, seperti apa yang terjadi pada Murni.

Tanpa sepengetahuan Made, Bu Ratna telah memasukkan obat perangsang sisa semalam ke dalam kopi tersebut . Obat itu akan membuat Made lupa ingatan sementara dan melakukan hal-hal di luar kendalinya.

"Semoga berhasil," gumam Bu Ratna dalam hati.

Di Pram's Hill, pagi itu Maya sedang sibuk mengawasi para karyawannya. Ia kini menjadi seorang wanita karir yang sukses dan disegani oleh banyak orang.

"Selamat pagi, Bu Maya," sapa Made, menghampiri Maya dengan senyum ramah.

"Selamat pagi, Made," jawab Maya, berusaha bersikap profesional. Walau jantungnya langsung berdebar ketika melihat Made kembali. Rasa kangen yang tak terbendung setelah beberapa hari tak bertemu, ia tahan. Maya tersiksa dengan itu semua.

Tiba-tiba, Murni datang menghampiri mereka. Ia mengenakan pakaian yang sangat terbuka dengan perhiasan memenuhi lengan dan lehernya begitu mencolok. Murni berjalan dengan gaya menggoda dan dipaksa agar seperti orang kaya.

Sengaja Bu Ratna membawa Murni ke kafe, dengan maksud agar Murni menggoda Made. Dan ketika obat yang sudah menyatu dengan darah Made bereaksi, Murni dan Made akan melakukan aktivitas suami-istri. Maya pasti akan menyaksikan dan hatinya hancur, perceraian pasti akan terjadi.

"Hahaha.. Tunggu saja siaran langsung yang akan kamu saksikan, Maya!! Tak lama lagi kamu akan minta cerai pada anakku! Otomatis harta yang kau miliki akan jatuh ke tanganku, selama anakku masih amnesia." tawa Bu Ratna dalam hati.

Bu Ratna pura-pura duduk dengan tenang di kursi teras depan kafe. Padahal ia menunggu momen penting yang sudah di rencanakannya.

"Hai, Mas," sapa Murni, merangkul lengan Made dengan manja. Kemudian ia mencium lama bibir Made dengan berjinjit, berhubung tubuhnya hanya setengah dari Made.

Maya terkejut melihat kedatangan Murni. Ia merasa aneh dengan kedatangan seorang Ibu muda hamil tiba-tiba datang dan sangat manja terhadap Made. Apalagi kemesraan yang sengaja Murni umbar, menambah rasa jijik Maya pada Murni.

"Yang, apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Made, berusaha melepaskan diri dari rangkulan Murni.

"Aku ingin menemani Mas bekerja," jawab Murni dengan nada genit.

"Tidak perlu.. Aku bisa bekerja sendiri," tolak Made. Made gugup, ia tak enak pada Maya.

"Ayolah, Mas. Aku bosan di rumah," rengek Murni. Sengaja ia berlaku lebih manja dari biasanya, agar Made tergoda. Itupun atas perintah Bu Ratna.

Maya merasa muak dengan pemandangan ini. Ia tidak tahan lagi melihat kemesraan Made dan Murni di depannya.

"Made, bisa bicara sebentar?" kata Maya dengan nada dingin. Hatinya panas melihat kemesraan yang dilakukan Murni, apalagi mendengar panggilan 'sayang' yang dilontarkan Made pada Murni.

"Tentu, Bu," jawab Made, mengikuti Maya ke ruangannya.

Selama perjalanan ke ruang kerjanya, Maya berpikir keras, "Ya Allah, apa aku suudzon atau perempuan itu benar-benar istrinya Mas Pram?.. Dia hamil, jangan-jangan dia hamil anak Mas Pram! Apalagi Mas Pram panggil dia, sayang." Pikiran Maya gelisah dan tak menentu.

Murni merasa kesal karena Maya telah mengganggu rencananya dan membawa Made pergi. Ia tahu Bu Ratna ingin ia melakukan sesuatu yang memalukan di depan Maya. Tapi kenyataan yang ada jadi merubah rencana sebelumnya!

Bumil itu tak bisa berbuat apa-apa selain terpaku melihat kepergian dua orang atasan dan bawahan itu berjalan, menjauh darinya.

Bu Ratna yang melihat Made dari kejauhan berjalan beriringan dengan Maya, mengira Maya itu Murni. "Hahah.. Bagus Murni! Ajak suamimu ke tempat aman! Lakukan dengan semangat!"

Bu Ratna mengendap-endap mengikuti Maya dan Pram dari kejauhan. Melihat mertuanya berjalan mengikuti Made, Murni merasa perlu mengikutinya.

Ketika Made dan Maya sudah masuk ke ruang kerja Maya, Bu Ratna mengerem langkahnya, ia terpaku di ambang pintu ruang kerja Maya. Ternyata Made yang berjalan di belakang Maya lupa menutup pintu hingga pintu tersebut sedikit terbuka.

"Yes!! Untung pintu tak Pram tutup. Aku bisa memonitor semuanya.." Bu Ratna tersenyum puas.

Murni berdehem, Bu Ratna mendengar namun pura-pura tak melihat ke belakang, karena ia yakin itu Maya..

"Kasihan kamu, Maya.." Senyum Bu Ratna langsung mengembang. Tanpa menoleh ke belakang, ibu setengah baya itu bergeser ke samping dengan maksud untuk memberi celah agar penampakan di ruang kerja Maya terlihat oleh orang yang ada di belakangnya.

"Awas saja kamu, Maya," gumam Murni. Hatinya panas melihat suaminya kini sedang berduaan dengan Maya di ruang kerja.

Di dalam ruangan Maya, suasana terasa tegang. Maya menatap Made dengan tatapan kecewa.

"Made, kenapa kamu membawa wanita itu ke sini? Dia siapa?" tanya Maya dengan suara sedikit tinggi. Rasa cemburu mulai merasuki pikirannya. Apalagi perempuan itu sedang hamil besar! Menambah tensi darah Maya naik.

"Maafkan aku, Bu. Aku tidak tahu dia akan datang," jawab Made, merasa bersalah.

"Kamu tahu aku tidak suka dengan tingkahnya yang nyelonong begitu saja ke tempat kerja. Jawab Made! Dia siapa? Kenapa kamu panggil dia sayang? Ada apa diantara kalian?!" tanya Maya, mulai emosi.

Maya membentak Made dengan berteriak histeris, lupalah Maya kalau kini ia adalah bos Made, Bukan pasangan yang sedang cemburu.

"Dia itu..." Made tak bisa meneruskan kata-katanya, ia takut menyakiti hati Maya. Walau ia belum yakin Maya istrinya berhubung ia masih amnesia, tapi Made tak mau membuatnya kecewa.

Belum sempat Made meneruskan kata-katanya, tiba-tiba kepalanya terasa pusing dan pandangannya mulai kabur. Ia memegangi kepalanya dengan erat.

"Made, kamu kenapa?" tanya Maya, khawatir. Amarahnya redam seketika melihat Made seperti kesakitan.

"Aku tidak tahu, Bu. Aku merasa aneh," jawab Made dengan suara lemah. Tubuhnya terasa panas, sementara senapannya mulai keras dan gelisah..

Tanpa diduga, Made menarik Maya ke dalam pelukannya dan menciuminya dengan ganas. Maya terkejut dan berusaha melepaskan diri, tapi Made semakin kuat memeluknya.

"Made, apa yang kamu lakukan? Lepaskan aku!" teriak Maya, panik. Nafasnya tersengal karena sesak oleh serangan Made yang membabi buta.

Namun, Made tidak menghiraukan Maya. Ia terus menciumi Maya dengan penuh nafsu. Ia melihat Maya seperti Murni, wanita yang sangat ia cintai.

Di luar ruangan, Murni dan Bu Ratna sedang mengintip dari balik pintu. Mereka menyaksikan adegan tak senonoh yang dilakukan Made pada Maya

Bu Ratna yang berdiri di depan Murni, tak menyadari kalau yang ada di belakangnya adalah Murni. Ia menyangka di belakangnya adalah Maya.

"Bagus, Made. Lakukan yang terbaik," bisik Bu Ratna dengan senyum licik.

Murni merasa panas melihat Maya dicumbu Made. Apalagi kini Maya malah membalas ciuman Made. Mereka saling memagut satu sama lain bagai mengunyah permen karet.

keduanya bekerja sama saling melepas kain yang menempel ditubuh mereka masing-masing, hingga mereka kini dalam keadaan bak bayi umur satu hari.

Made merasakan dua melon besar mendesak dadanya, ia merasa familiar dan pernah merasakan hal itu sebelumnya, tapi ia tak ingat dimana.. Hanya rasa nyaman yang ia rasakan. Made mengeluarkan dua melon itu dari bungkusnya, dan kini ia menyesapnya dengan lahap.

Maya yang sudah lama tak merasakan itu jelas lupa daratan, ia tak sadar kalau saat itu dua pasang mata sedang memperhatikannya.

Kini Maya sama ganasnya dengan made. Mereka berdua bagaikan dua pegulat profesional yang sedang bertarung di atas ring.

"Ya, bagus Made! Ayo teruskan perjuanganmu!! Biar si Maya itu tahu rasa! Ternyata anakku hiper juga! Hahaha.. Maya, lihatlah atraksi menggiurkan ini," gumam Bu Ratna. Hatinya senang karena rencananya merasa berhasil.

"Murni, murni.. Kamu terlihat seperti gadis polos, tapi pelayanan pada suamimu tenyata buas juga! professional. Tak salah aku jadikan kamu alat balas dendamku. Hahhaha.." Bu Ratna kembali tertawa senang.

Hati Murni mendidih melihat pemandangan itu.. Kedua tangannya meremas ujung baju yang ia pakai..

"Mas Madeeee....!!" Murni Berteriak keras, jelas hal itu sangat mengejutkan Bu Ratna yang sedang asyik menonton siaran langsung dari dalam kantor Maya.

Selaput gendang telinga Bu Ratna seakan mau pecah akibat teriakan Murni.

Bu Ratna menoleh ke belakang, ia kaget bukan main karena yang ada di belakangnya tenyata Murni! Bukan Maya seperti yang ia harapkan.

"Lho, lho, lho.. kamu, Murni?.. Bukankah aku suruh kamu bersama Made? Kalau kamu di sini, terus yang lagi sama Made itu siapa dong?" Bu Ratna mengkerutkan kening, ia langsung panik!

"Mah, Mamah bikin jebakan untuk diri sendiri! Yang di dalam itu justru Maya! Mamah ingin Maya sakit hati, tapi yang sakit hati justru aku, Mah!" teriak Murni histeris.

Tangisnya tak bisa ia bendung, Murni menangis keras dan ia mulai mengamuk, melempar semua barang yang ada di kafe.

Bu Ratna tak bisa berkata apa-apa.. Ia terpaku bagai patung manekin yang di pajang di etalase toko. Tubuhnya kaku tak bisa berbuat apa-apa...

1
Tie's_74
Semoga ceritaku bisa menghibur yaa.. mohon dukungannya🥰
Tie's_74
Dari bab ini, bisa dipetik pelajaran, bahwa dalam hidup ini kita jangan cepat menyerah. Sesulit apapun Tuhan berikan ujian pada kita, kita jangan cepat menyerah dan selalu semangat menjalani hidup. Karena laut pun tak selamanya pasang, ada masanya surut. Begitupun dengan kehidupan kita. Ada saatnya kita di uji, tapi bila kita tak cepat menyerah, yakinlah kalau badai akan segera pergi, berganti dengan balasan yang setimpal dari Tuhan akan Perjuangan kita. Akan indah pada waktunya.. Untuk para pembaca setiaku, selalu semangat ya.. Semoga kita sehat selalu dan diberikan rezeki lancar, Aamiin.. /Heart/
Tie's_74
Dari bab ini, kita bisa ambil pelajaran, jangan menilai orang dari luarnya ya guys.. Dengan usaha dan kerja keras, yakinlah bahwa hidup kita akan lebih baik. dan tentunya, kita harus percaya diri.. 😁.. Selalu semangat untuk semua pembaca setiaku. 🙏🏻🤗
Tie's_74
Makasih Kaka komennya.. 🙏
Codigo cereza
Terharu banget
Tie's_74: makasih komennya, Kaka 🙏🏻🤗
total 1 replies
Hao Asakura
Ceritanya keren, bahasanya juga mudah dimengerti!
Tie's_74: makasih komennya kakak... 🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!