NovelToon NovelToon
Pembalasan Dendam Sangkara

Pembalasan Dendam Sangkara

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Lari Saat Hamil / Anak Yatim Piatu / Identitas Tersembunyi
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: apriana inut

Sangkara, seorang pemuda yang menjadi TKI di sebuah negara. Harus menelan pil pahit ketika pulang kembali ke tanah air. Semua anggota keluarganya telah tiada. Di mulai dari abah, emak dan adek perempuannya, semuanya meninggal dengan sebab yang sampai saat ini belum Sangkara ketahu.

Sakit, sedih, sudah jelas itu yang dirasakan oleh Sangkara. Dia selalu menyalahkan dirinya yang tidak pulang tepat waktu. Malah pergi ke negara lain, hanya untuk mengupgrade diri.

"Kara, jangan salahkan dirimu terus? Hmm, sebenarnya ada yang tahu penyebab kematian keluarga kamu. Cuma, selalu di tutupin dan di bungkam oleh seseroang!"

"Siapa? Kasih tahu aku! Aku akan menuntut balas atas semuanya!" seru Sangkara dengan mata mengkilat.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon apriana inut, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 28

Sangkara terus menatap email yang di kirim ulang oleh Ello. Berulangkali dibaca dan diperhartikan, namun kata-kata dan data-data di email itu tidak berubah. Bahkan satu huruf pun tidak ada menghilang atau bergeser.

“Bagaimana? Benar kan dugaan gue, Kara?” celetuk Ello.

“Ini benaran ya bang? Bukan rekayasa atau editan?”

Bibir Ello menyeringai sinis, “lo masih tidak percaya dengan apa yang ada di sana? Orang gue gak mungkin melakukan hal yang curang, Kara. Lagian juga untuk apa dia mengedit atau merekayasa semua ini. Gak ada untungnya bagi dia!”

Sangkara terdiam, dia menarik napas berulang kali. Di depannya masih terpampang email, dan juga bukti screenshoot yang berisi percapakan dokter Adit dengan Intan. Namun, saat itu dokter Adit belum menjadi dokter seperti sekarang. Dia masih koas di salah satu rumah sakit di Jakarta.

“Jadi, om Adit emang cari emak ya, bang? Tapi kenapa dia share dan sebarkan foto emak, abah dan Rara. Padahal dia bisa langsung menemui emak, tanpa harus melakukan kayak gini!”

“Kalau itu, gue gak tahu! Mendingan lo cari tanya sendiri sama orang. Gue yakin, dia pulang karena masalah ini. Kalau si Intan-Intan gak melaporkan masalah ini ke polisi, mungkin dia gak akan pulang!”

Kepala Sangkara mengangguk-angguk, “oke, gue paham, bang!” sahut Sangkara tersenyum. “Gue akan sembuh! Setelah itu gue akan menyelidiki semuanya!”

“Good! Yang penting lo sembuh dulu!”

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

Di desa, kepala desa serta jajarannya dan beberapa warga di periksa oleh pihak kepolisian. Mereka di intergorasi berulang kali hingga mereka merasa sangat lelah dan menyesal karena sudah menutupi kasus kematian keluarga Sangkara. Sedangkan Intan, dia tidak bisa di tahan walau sudah mengakui semua perbuatan yang pernah dia lakukan terhadap Rara. Dia hanya di jadikan saksi, dan sewaktu-waktu polisi membutuhkan keterangannya lagi. Dia di minta untuk kooperatif.

“Pak, saya tidak di tahan saja? Tidak apa-apa, pak. Saya ikhlas kok masuk penjara, dari pada saya pulang dan di hantui sama Rara lagi!”

“Intan! Sadar apa yang kamu ucapkan? Rara sudah tiada, mana mungkin dia menghantui kamu lagi. Cukup dulu kamu sering fitnah dan mengatai dia segala macam. Sekarang jangan lagi!” seru Indra yang kebetulan ada di ruangan atasannya.

“Memang benar, Ndra! Rara  datang! Di-dia datang dan ngajak terus natap aku penuh amarah. Aku takut, Ndra. Atau kamu mau temani aku di rumah?”

Indra menyeringai sinis, “walaupun di dunia ini wanita yang tersisa hanya kamu, aku tidak akan menikahi kamu! Lebih baik aku sendiri!”

“Indraaa…”

“Saya permisi, pak. Ada hal yang harus saya urus lagi,” pamit Indra kepada atasannya. Meninggalkan Intan yang masih terus menatap harap kepada dirinya.

Akhirnya mau tidak mau, Intan pun harus kembali pulang ke rumahnya. Dia  sangat takut pulang, karena di matanya sosok Rara terus menghantuinya.

Sementara di ruang lain, kepala Desa dan beberapa orang yang warga desa di tahan karena menyembunyikan kejahatan. Mereka tidak bisa melawan atau menolak penahanan tersebut. Karena mereka sekarang sadar, apa yang mereka lakukan dulu membuat keluarga Sangkara merugi.

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

Satu minggu kemudian, kondisi Sangkara sudah membaik. Dia memutuskan untuk mendatangi rumah keluarga ibunya. Berharap di sana masih ada dokter Adit. Agar dia bisa menanyakan semua yang mengganggu pikirannya kepada dokter Adit.

“Sangkara…!!!”

“Hai, boleh aku masuk?” sapa Sangkara dengan kepala di miringkan agar bisa melihat ke dalam rumah.

Opa Herman langsung membuka pintu rumahnya dengan lebar. Dia mempersilahkan cucunya untuk masuk. Selain itu juga, dia berteriak kencang memanggil sang istri yang tengah berada di dapur.

“Iya, mas. Ada apa?”

“Lihaaat, ma! Siapa yang datang?”

Wanita paruh baya menoleh kearah yang di tunjuk oleh sang suami. Matanya melotot sempurna, “Sangkara, cucu oma!!!” serunya. Dia langsung berlari kearah Sangkara dan memeluk tubuh pemuda itu dengan erat.

“Alhamdulillah, kamu mau datang ke rumah oma. Oma senang banget sayang. Ayoo, duduk! Kamu mau minum apa? Mau makan apa?”

Sangkara hanya mengulas senyum tipis, “apa aja deh, oma. Aku bukan orang yang pemilih dalam hal makan dan minum!”

Oma Maya menganggukkan kepalanya, dia pun memerintahkan asisten rumah tangganya untuk membuatkan minum kepada Sangkara. Setelah itu, dia kembali mengajak Sangkara untuk mengobrol.

“Oh ya, Oma. Kemaren aku sempat lihat om Adit pulang? Dia masih di sini atau udah balik ke desa lagi?”

“Adit sudah kembali ke desa. Memangnya kenapa, sayang? Kamu ada perlu sama Adit?”

Sangkara terdiam dan berpikir sejenak, “iya, oma. Ada hal yang ingin aku tanyakan sama om Adit?”

“Maaf, kalau boleh oma dan opa tahu, masalah apa?”

Sangkara menatap sepasang suami istri yang sudah tua itu secara bergantian, “masalah penyebaran foto emak, abah dan Rara.”

“Maksud kamu?”

Sangkara pun menjelesakan semuanya kepada kedua orangtua emaknya. Mulai dari pengakuan Intan sampai akhirnya dia mendapatkan bukti jika Adit lah yang menghubungi dan memberi Intan sejumlah uang.

“Aku gak tahu apa tujuan om Adit, oma, opa. Menurut aku, karena foto dan alamat keluarga tersebar, pelaku jadi tahu keberadaan keluarga aku. Dan akhirnya terjadilah tragedi itu. Karena dari waktu penyebaran foto ke tragedi itu tidak begitu lama. Hanya berselang satu minggu saja.”

Opa Herman dan Oma Maya saling tatap. Mereka sama sekali tidak tahu apa yang di lakukan oleh anak bungsunya itu. Selama ini mereka memang selalu di kabari oleh Naya atau Lilis. Tapi tidak rutin tiap bulannya.  Mereka hanya dapat kabar terkadang satu tahun satu kali atau satu tahun dua kali. Hanya saja, beberapa tahun belakangan ini mereka tidak dapat kabar.

Bukan tidak ada usaha untuk mencari kabar anaknya. Sepasang suami istri itu tidak menemukan jejak anaknya. Karena Naya tidak pernah mengatakannya kepada mereka, bahwa dia dan suaminya sudah berganti identitas dengan nama lain.

“Opa tidak tahu, Kara! Adit tidak pernah cerita sama kami.”

“Hmm, aku boleh lihat atau masuk ke dalam kamar om Adit? Siapa tahu aku menemukan petunjuk ATAU sesuatu sebagai jawaban dari pertanyaan aku tadi?”

Opa Herman dan Oma Maya saling tatap. Mereka merasa Sangkara mencurigai anak bungsunya. Namun, jika mereka berada di posisi Sangkara, pasti mereka melakukan hal yang sama.

“Silakan, Kara! Lakukan apa yang kamu ingin lakukan. Jika memang benar Adit terlibat dalam kematian kakaknya, hukum dia dengan hukuman setimpal! Perbuatan yang di lakukan oleh pelaku kepada anak Opa, tidak bisa di maafkan begitu saja!”

“Terimakasih, opa atas kepercayaannya!”

Dengan diantar Opa Herman, Sangkara masuk ke dalam kamar Adit. Sementara opa Herman, langsung kembali menemui istrinya yang tengah menghubungi Adit.

Sejenak Sangkara berdiri di tengah-tengah kamar. Matanya bergerak liar menatap dan memperhatikan setiap sisi serta sudut kamar. Matanya menyipit melihat sebuah buku yang tampak beda dari buku yang lain.

“Gotcha! Akhirnya ketemu!” seru Sangkara tersenyum senang.

1
Nurhartiningsih
waduh...jangan2 dokter Adit bagian dari mrk..
Pelita: Hmm, mungkin kali ya kak...? Tunggu aja bab berikutnya...

Hmm... Mungkin kali ya kak? Jawabannya tunggu di bab selanjutnya...😁
total 1 replies
Taufik Ukiseno
Karya yang keren.
Semangat untuk authornya... 💪💪
Taufik Ukiseno
😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!