"Menikahlah lagi mas! Aku ikhlas!"
Kalimat yang pada akhirnya menjadi boomerang bagi pernikahan Sekar Indraswari
Keluarga besar Adrian Baskara sang suami, menuntut hadirnya penerus bagi keluarga, membuat Sekar mengambil keputusan yang begitu menyakitinya
hadirnya wanita lain sebagai madu perlahan memaksa Sekar meninggalkan indahnya mahligai cinta bersama Adrian
Kemana takdir akan membawanya? akankah pertemuan dengan seorang duda beranak satu bernama Alvaro menjadi awal kebahagiaannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon e_Saftri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mencari Sekar
Sekar kini telah berada dikamarnya, kamar yang bahkan berkali-kali lipat lebih besar dari kamarnya dirumah lama
Wanita cantik itu berdecak kagum, rasanya tidak percaya jika dirinya bisa tinggal dirumah sebesar ini
Tok
Tok
Sekar melangkah menuju pintu dimana terdengar jika seseorang tengah mengetuk
"Tante?"
"Kamu tidak punya baju kan? Ini, Tante bawakan" Kanaya menyerahkan beberapa paperbag kearah Sekar
"Itu baju Tante sih, tapi masih baru kok. Belum pernah Tante pake, semoga cocok sama kamu"
"Terima kasih Tante, Sekar gak tau kalau gak ada Tante gimana"
"Tante bosen deh denger kamu bilang makasih" Sekar terkekeh "Sekarang kamu istirahat! Jangan begadang! Nanti Tante minta pelayan untuk antarkan makan malam kamu kesini"
"Gak perlu Tan, Sekar bisa ambil sendiri"
"Gak usah ngebantah! Pokoknya kamu nurut aja sama Tante!"
"Mak.."
Kanaya menggerakkan jari telunjuknya kekiri dan kanan "Berhenti bilang makasih! Telinga Tante panas dengernya!"
Sekar tertawa, entah kenapa dirinya nyaman bersama Kanaya. Terbesit keinginan agar memiliki mertua sebaik Kanaya
"Kamu istirahat! Tante keluar dulu!" Kanaya mengusap lengan Sekar sebelum akhirnya meninggalkan kamar itu
***
Adrian kembali kerumah saat hari hampir gelap, ia berpikir akan minta maaf pada Sekar karena sempat membentaknya tadi
Adrian tak tenang, entah apa yang merasukinya hingga bisa meninggikan suaranya pada sang istri
Pintu dibuka, tak ada Sekar disana. Lilis menghampiri majikannya itu "Gimana keadaannya mbak Widia, mas?"
Adrian menghela napasnya, ada rasa sesak jika mengingat bahwa dirinya kehilangan calon buah hatinya
"Widia baik-baik aja, hanya saja bayinya tidak bisa diselamatkan!" Adrian tertunduk lesu
"Astagfirullah!" Lilis terkejut "Lilis ikut prihatin ya mas"
"Makasih Lis" ujar Adrian pada asisten rumah tangganya itu "Oh iya, dimana Sekar? Apa dikamar?"
"Mbak Sekar?" Lilis mengerutkan keningnya "Mbak Sekar tadi ikut nganterin mbak Widia kerumah sakit, dan sampai sekarang belum pulang"
Adrian terkejut, jika tidak dirumah, lalu dimana sekarang istrinya berada
"Tapi didepan ada mobilnya?"
"Itu tadi si Faisal yang bawa, terus dia kerumah sakit lagi pake ojek, buat ambil mobilnya mbak Widia" Jelas Lilis, dirinya memang tak bertanya mengenai mobil Sekar yang dibawa lebih dulu
"Astaga Sekar!"
Lilis yang melihat raut kepanikan dari sang majikan segera bertanya "Emangnya mbak Sekar kenapa mas?"
"Terjadi perdebatan dirumah sakit dan Sekar pergi dari sana siang tadi!" Jelas Adrian
"Astaghfirullah, mas cepet cari mbak Sekar! Lilis takut mbak Sekar kenapa-kenapa, mbak Sekar lagi hamil"
Adrian diam, mencoba meresapi ucapan asisten rumah tangganya "Sekar hamil?"
Lilis mengangguk, ia sudah melihat hasil tespek yang Sekar letakkan diatas meja rias saat dirinya membersihkan kamar majikannya itu
"Kamu gak bercanda kan Lis?"
"Buat apa Lilis becanda mas, pagi tadi Lilis bantuin mbak Sekar buat periksa dan hasilnya positif"
Adrian segera berlari menuju kamar, ingin membuktikan sendiri kebenaran ucapan Lilis
Adrian masuk, suasana sepi menyelimuti kamar, tak ada sambutan seperti biasanya, tak ada wajah cantik serta senyum manis Sekar disana
Pria itu melangkah, mendekat kearah meja rias dimana sebuah kotak panjang berukuran kecil diatasnya diikat pita berwarna merah muda
Adrian meraih kotak yang terlihat seperti hadiah, tangannya gemetar saat melihat didalamnya sebuah benda pipih yang menunjukkan dua garis berwarna merah
Tubuhnya melemah, cairan bening perlahan turun membasahi pipinya. Ketakutan mendominasi dirinya
Ia genggam benda pipih itu dan didekapnya di dada yang kini terasa sesak. Membayangkan bagaimana keadaan sang istri diluar sana dengan kondisinya yang tengah mengandung
"Sekar.."
Lirih Adrian berucap, seolah tenaganya tak cukup untuk sekedar berteriak memanggil nama istrinya
"Maafkan aku sayang! Kamu dimana? Pulanglah sayang"
Setelah cukup lama bersama rasa sesalnya, Adrian mengusap air matanya dengan tangan lalu mengeluarkan ponsel dari saku
Dengan tangan gemetar pria itu mencari nomor kontak istrinya, setelah mendapatkan gegas ia melakukan panggilan
"Halo sayang" cepat Adrian berucap ketika panggilan telepon itu tersambung
"Maaf mas ini siapanya?" Adrian mengerutkan keningnya, memastikan lagi jika dirinya tidak salah dalam menekan nomor
"Ini nomor istri saya! Mas ini yang siapa? Dimana istri saya?" Cecar Adrian, bahkan pria itu sudah berdiri setelah sebelumnya duduk bersandar pada badan tempat tidur
"Ohh, saya dari tadi mau menghubungi keluarganya tapi HP-nya gak bisa dibuka karena pake password!" Suara dari seberang terdengar
"Apa yang terjadi pada istri saya?"
"Istri mas mengalami kecelakaan di jalan Cempaka!"
Degh
Adrian tak mendengar lagi ucapan pria yang kini memegang ponsel istrinya, satu hal yang membuatnya hancur adalah sang istri mengalami kecelakaan
"Halo, halo mas"
"I-iya, sekarang bagaimana kondisi istri saya?" Suaranya melemah, bahkan Adrian tak sanggup lagi untuk berdiri
"Tadi sama yang nabrak dibawa kerumah sakit, tapi saya kurang tau rumah sakitnya dimana"
Tak ingin menunggu lama, Adrian segera meminta untuk bertemu pria itu dijalan tempat istrinya mengalami kecelakaan
Adrian akan mencari jejak keberadaan Sekar, bila perlu dirinya akan mendatangi semua rumah sakit dikota ini demi menemukan sang istri
Mobil melaju dengan kecepatan tinggi, jalanan cukup padat namun Adrian tak peduli, yang kini ia pikirkan adalah keselamatan istri serta calon anaknya
Pikiran-pikiran buruk mulai menghampiri, rasanya menyesal pun tak berguna karena tak dapat mengembalikan istrinya
***
Adrian turun dari mobilnya, disana seorang pria berdiri disamping motor matic berwarna hitam seolah memang sengaja menunggu kedatangannya
"Mas suaminya korban?" Tanya pria berjaket jeans itu
"Iya mas, saya yang tadi telepon!"
"Ohh.. ya sudah, ini Hp punya istrinya!" Pria tinggi itu menyerahkan ponsel milik Sekar padanya
Adrian hancur, itu benar milik Sekar. Lalu dimana wanita itu sekarang
"Terima kasih mas" Adrian menunduk hormat "Oh iya mas, kalau boleh tau orang yang nabrak istri saya ciri-cirinya seperti apa?"
"Dia ibu-ibu, Keliatannya sih orang kaya mas, mobilnya warna putih dan mahal kayanya" Tak ada petunjuk yang berarti, alhasil Adrian harus mendatangi setiap rumah sakit demi menanyakan keberadaan istrinya
Mobil melaju, tak jauh dari tempat kecelakaan adalah rumah sakit tempat Widia dirawat, besar kemungkinan jika Sekar juga ada disana
"Coba cek lagi mbak, apa benar gak ada pasien kecelakaan yang dibawa kesini siang tadi?"
Adrian mendesak seorang wanita yang berdiri dibalik meja resepsionis. Suaranya bergetar menahan kekhawatiran akan keadaan sang istri yang tidak ia ketahui kondisinya
"Maaf mas, tapi sepanjang siang tadi memang tidak ada pasien wanita yang jadi korban kecelakaan" Jawab wanita berseragam putih itu
Adrian berlalu, tak ada waktu untuk mendesak. Dirinya mencoba untuk berpikir dimana penabrak itu membawa istrinya
udh bener dpt mantu sekar.... eeee mlah g ada syukurnya...