menceritakan tentang seorang wanita yang terlahir lagi menjadi seorang mafia untuk membalaskan dendam
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ridwan jujun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pesona kenzo
"Akhirnya yang aku tunggu, kini kau libur juga!"
Liana menatap datar, sekarang dirinya bersama 3 pria yang duduk bersantai di halaman Mansion. Felix, Revan dan Lucas.
Sisanya tidak tahu kemana karena bangun tidur tadi ia tidak mendapati mereka, hanya 3 pria inilah yang tertinggal.
"Bagaimana kalau kita pikirkan jadwalnya?" senyum miring.
"Hentikan! Buang pikiran kotor mu!" kesal Liana.
"Itukan hal yang wajar, namanya juga keinginan,"
"Aku tidak ingin melihat mu, pergi!"
"Jangan begitu, semakin kau memberontak semakin kuat keinginan ku mengg0da mu," senyumnya memandang Liana.
Liana hendak berdiri ingin pergi namun terhenti kala melihat mobil mewah datang dari arah gerbang, semua tatapan mengarah ke mobil tersebut.
Semua pintu mobil terbuka nampaklah beberapa pria keluar dari mobil dan salah satu di antara mereka membawa koper hitam yang lumayan besar.
Itu yang lain.
"Wah, sedang bersantai di pagi hari rupanya. Ikut bergabung, boleh?" Carlos tersenyum.
"Jika tidak boleh?" datar Felix.
"Bukan ke kau!" tajam Carlos, "Pagi, sayang~ maaf pagi-pagi sekali kami pergi karena ada urusan jadi tidak bisa sarapan bersama," Carlos mengganti wajah sumringah nya.
"Tidak apa,"
Kenzo yang membawa koper meletakkan di atas meja kemudian membukanya.
Wah, terdapat banyak sekali tumpukan uang yang memenuhi isi koper ini pasti lebih dari jutaan uang.
"Kok cuma segini?" protes Lucas.
"Kau kira berapa?" lirik Kenzo.
"Ck, masa iya harga perusahaan nya hanya segini?"
"Ini bukan harga perusahaan, tapi kerugian nya!"
"Hasil dari perusahaan nya?!"
"Itu hasil yang berbeda, ganti rugi ya ganti rugi konsekuensinya beda lagi," senyum Kenzo miring.
"Kenapa tidak sekalian saja?!"
"Kau ini banyak protes, uang perusahaan nya akan di gunakan untuk pembangunan ulang milik kita, bod0h!" Elvano.
"Kenapa tidak ambil sahamnya saja?"
"Dari pada mengambil sahamnya yang kecil apa tidak kita bangun saja sendiri dengan yang besar!"
"Ah, terserah kau saja!"
Kenzo tersenyum, "Uang ini baru khusus untuk kita sendiri,"
𝘉𝘳𝘶𝘬!
Liana terkejut kala koper itu di letakan di depannya, Liana mendongak dengan mata membulat menatap Kenzo yang tersenyum.
"Bagaimana menurut mu, Liana-ku?"
Mereka semua menatap Liana dan membuat gadis itu gugup, apa maksud semua ini?
"Ke–kenapa, harus aku?"
"Karena ini juga milik mu,"
"Se–sepertinya tidak perlu, aku tidak membutuhkan nya,"
"Sungguh?"
"Ya! A–aku tidak membutuhkan ini," Liana menggeser koper ke depan.
"Lalu kau membutuhkan apa?"
"Tidak, tidak membutuhkan apa-apa,"
Kenzo menatap Liana, ia merasa tatapan Kenzo ini seperti mencari sesuatu dalam ekspresinya.
Pria itu sangat sulit untuk ditebak, ada saja kelakuannya yang secara tiba-tiba. Mata tajam di balik kacamata itu bisa saja sebagai tanda kode yang ingin dilakukannya hanya saja Liana tidak menyadarinya.
"Ah, aku tahu apa yang kau butuhkan," senyumnya.
Apa? Padahal dirinya tidak tahu ingin apa.
Kenzo berjalan mendekati Liana kemudian mengangkat Liana dengan cara digendong.
"Apa yang kau lakukan?!"
"Kau pasti membutuhkan asupan pagi," senyumnya.
"Asupan pagi?" bingungnya.
"Iya," angguk Kenzo sambil berjalan.
"Tapi aku sudah sarapan," Liana yang belum mengerti ucapan Kenzo.
Kenzo terkekeh.
"Asupan pagi gak harus sarapan juga," senyum Kenzo membenarkan kacamatanya.
"Lalu?"
Kenzo tersenyum lalu membisikkan sesuatu.
"Memakan mu,"
Liana membulatkan mata, "Apa?! Tidak, lepaskan aku!" Liana memberontak.
Kenzo tersenyum dan tidak melepaskan Liana dan terus berjalan mengabaikan Liana yang terus meminta diselamatkan oleh yang lain. Mereka menatap datar ke arah 2 orang yang sudah masuk ke dalam Mansion.
"Ternyata Kenzo bisa bersikap begitu juga," Revan.
"Jangan meremehkan orang yang terlihat polos di luar, bisa jadi dia lebih menyesatkan," Arion menarik kursi dan duduk.
Arion yang sudah paham dengan sifat Kenzo. Walaupun keduanya memiliki nama panjang yang hampir sama bukan berarti keduanya bersaudara, hanya saling memahami saja.
-
-
𝘚𝘙𝘜𝘜𝘒!
"Ke–kenzo ...."
Tatapan Kenzo yang datar sembari melepaskan jas yang ia pakai serta kacamata yang dilepas membuat pesona Kenzo semakin mengg0da. Ia tidak tahu kalau Kenzo tidak ada bedanya dengan yang lain yang brutal.
Kenzo menindihnya, kedua tangan Liana di tahan oleh Kenzo.
Parfum Kenzo semakin kuat di hidungnya, setengah dad4 yang terlihat karena kancing baju terbuka dan dasi longgar berwarna merah, rambut yang tadinya tertata rapih kini berantakan akibat Kenzo yang terus menyisir rambutnya dengan kelima jarinya.
Kegugupan ini sering terjadi jika dalam situasi seperti ini, ayolah ini bukan yang pertama kalinya.
Liana menutup matanya rapat, wajahnya memerah dan sangat malu.
Kenapa Kenzo terus menatapnya tanpa melakukan sesuatu? Bukannya Liana berharap Kenzo bakal melakukan adegan itu hanya saja dari pada ditatap terus setidaknya lakukan sesuatu jangan sampai membuatnya tambah malu.
Kenzo tersenyum puas.
"Sebenarnya aku bukan tipe yang memaksa, namun jika aku kelepasan beritahu aku. Aku akan berusaha semampu ku,"
Apa maksud berusaha semampunya? Kata itu seakan-akan Kenzo tidak bisa dihentikan walau dengan cara dipukul, tapi sepertinya tidak mungkin dia akan melakukan hal yang lebih dari ini. Yang lain saja bisa menahan diri kenapa Kenzo tidak? Seharusnya Kenzo lah yang mengerti dirinya.
Kenzo memulainya dengan menyantap bib1r Liana, selain fisik tubvh ternyata lid4h tak bertulang nya bisa dengan lihai bertarung di dalam.
Apakah mereka juga berlatih organ bagian dalam juga? Kenapa setiap mereka melakukan hal ini begitu pandai? Atau karena mereka memang sudah biasa bermain dengan wanita lain?
Pikiran itu tidak bisa di terima begitu saja, mana mungkin mereka melakukan hal itu? Saat pertemuan dirinya dengan mereka, mereka tampak seperti tidak ada ketertarikan pada siapa pun. Apakah ia terlalu cepat menilai mereka? Atau karena belum terlalu mengenal mereka?
Hanya saja keyakinan Liana bahwa mereka tidak mungkin bermain dengan wanita itu benar, tapi ia ragu lagi saat melakukan adegan ini.
Kelincahan, titik lemah, dan segala yang mereka lakukan adalah keinginan mereka sendiri. Mereka tahu titik lemah di lawan, jadi akan sangat sulit menghadapi mereka apalagi mereka bersekutu untuk mencapai tujuan yang sama.
Di sini dirinya tidak tahu ingin mencari bantuan pada siapa, Bi Desfa? Tidak mungkin, dia hanya pelayan yang bekerja untuk Tuannya. Ayah? Apalagi, malah Kevin yang menyebabkan semuanya.
Jadi, Liana harus melakukannya sendiri. Ingat, di sini dirinya hidup kembali untuk memperbaiki hubungannya dan kejadian-kejadian yang pernah terjadi seperti musuh-musuh mereka yaitu Arvin dan Marvin. Untuk sekarang, tidak ada tanda-tanda keberadaan 2 saudara itu, dan dengan begini ia harus meluangkan waktu bersama mereka.
Cengkraman tangan Kenzo melonggar kala Liana membalas lvm4tannya, kemudian Liana mengalungkan kedua tangannya ke leher Kenzo.
Baiklah, lakukan apa yang seharusnya di lakukan.
-
-
Liana melihat jam dinding, ternyata sudah siang. Ia melirik ke arah Kenzo yang sedang merapihkan pakaiannya yang lusuh. Tidak di sangka mereka menghabiskan waktu sampai lupa pada yang lain, tapi untung saja Kenzo bisa menahan diri dan sadar walaupun dalam pengaruh suasana.
Ia ingat betul bahwa Kenzo seperti sedang dalam nafsv yang membara, tapi Kenzo sadar bahwa mereka belum sepenuhnya saling memiliki dan Kenzo tidak mau kalau Liana membencinya karena kelepasan.
Si4l, ekspresi Kenzo yang mengg0da itu membuat Liana terus memikirkannya. Ia juga tidak tahu kenapa dirinya bisa seagresif itu, melihat leher Kenzo yang bekas cup4ngnya serasa bahwa ini bukan jati dirinya. Tapi itu atas perintah Kenzo sendiri, dia ingin leh3rnya digigit juga permintaan itu membuat Liana tidak habis pikir.
"Lukisan mu bagus juga," kata Kenzo mengusap leh3rnya di depan cermin.
"Hentikan! Jangan membahasnya!" Liana malu membalikan badannya.
"Tapi aku menyukainya, kau juga harus melihat lukisan yang ku berikan pada mu," senyum Kenzo bersandar.
"Ku bilang hentikan!" Liana menutup kedua telinganya.
Kenzo terkekeh kemudian berjalan menghampirinya.
"Besok kita akan pergi ke tempat proyek pembangunan, apa kau ingin ikut?" Kenzo memungut jasnya yang di lantai di depan Liana.
"Proyek pembangunan?"
"Yah, kita memutuskan untuk membangun sebuah perusahaan. Kau tahu, setelah dipikir-pikir membangun perusahaan pasti akan lebih menguntungkan,"
Oh ya, sebelumnya ia tidak pernah mendengar bahwa mereka memiliki perusahaan seperti kantor. Mereka selalu bekerja seperti transaksi il3g4l, tapi apakah ada kejadian ini di kehidupan sebelumnya? Mereka ini lebih fokus tugasnya sebagai Mafia, masalah menjadi pengusaha sepertinya tidak ada.
"Ntahlah, hari ini pun seharusnya aku menyelesaikan skripsi,"
"Itu mudah, kau bisa mengerjakannya besok,"
"Mudah dari mananya?! Aku belum menyelesaikan semuanya!"
"Aku bisa membantu mu,"
"Hah? Kau lulusan universitas juga kah?"
Kenzo menatap datar, "Aku tidak seb0doh yang kau kira. Begini juga aku pernah sekolah tingkat atas,"
Ah benarkah? Tapi kenapa malah jadi mafia dan bukannya pengusaha? Memang adakah perkuliahan jurusan mafia? Omong kosong.
"Tatapan mu seakan tidak percaya,"
"Ya, aku sama sekali tidak percaya. Memangnya ada sejarah kejuruan mafia?!"
"Kenapa tidak? Asal kau– tunggu, kau ... bilang apa?" Kenzo langsung tersadar.
"Hah? Apa?" tanya balik Liana.
"Darimana kau tahu tentang Mafia?"
Kenapa pertanyaan Kenzo .... astaga! Sepertinya Liana kelepasan lagi. Dalam kejadian ini seharusnya ia tidak tahu jati diri mereka yang sebenarnya, ia tahu saat dirinya diculik oleh musuh mereka dan memberitahu bahwa mereka adalah Mafia.
Bagaimana ini, Kenzo tidak mungkin akan percaya begitu saja dengan alasannya.
"A–ah, ten–tentu saja! Aku tahu mafia karena aku sering melihat film drama juga cerita-cerita dari orang lain, yah kau juga tidak percaya kalau mafia masih ada di zaman sekarang. Aku hanya bertanya, apakah Mafia juga ada dalam jurusan kuliah? Karena kau dan yang lain tampak seperti Mafia, bedanya kebanyakan Mafia itu pria tua dengan perut buncit." senyum Liana.
Kenzo menatap Liana.
“𝘔4𝘮𝘱𝘶𝘴, 𝘒𝘦𝘯𝘻𝘰 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘱𝘳𝘪𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘭𝘪𝘵𝘪 𝘴𝘦𝘮𝘰𝘨𝘢 𝘴𝘢𝘫𝘢 𝘥𝘪𝘢 𝘱𝘦𝘳𝘤𝘢𝘺𝘢 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘬𝘢𝘳𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘤𝘦𝘳𝘪𝘵𝘢 𝘬𝘶,”
"Kau ...."
•••
TBC.