Di dunia yang hanya menghargai bakat spiritual dan aliran Qi yang sempurna, ia terlahir sebagai "Tanpa Akar". Sementara teman sebaya disibukkan dengan meditasi dan pil kultivasi, Lian memilih jalan yang menyakitkan: ia mengukir kekuatannya dengan darah, keringat, dan Latihan Tubuh Besi yang brutal, menolak takdir yang telah digariskan langit.
Ketika Desa Lingshan dihancurkan oleh serangan mendadak. Lian secara tidak sengaja menelan sebuah artefak kuno: Giok Tersembunyi.
Giok itu tidak hanya memberinya Qi; ia menipu Surga, memberikan Lian jalur kultivasi yang tersembunyi dan lebih unggul. Kekuatan ini datang dengan harga: ancaman yang ia hadapi di Alam Fana hanyalah bayangan dari musuh-musuh kosmik yang ingin merebut kembali Giok yang merupakan Fragmen Takdir.
Kisah ini adalah tentang seorang pemuda yang dihina, yang menggunakan tekadnya untuk menghadapi musuh dari Alam Abadi, dan membuktikan: Bakat adalah hadiah, tetapi kehendak adalah kekuatan sejati
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kokop Gann, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Simpul Tiga Sungai
Perjalanan menuju Simpul Tiga Sungai memakan waktu dua hari penuh, membawanya lebih dalam ke wilayah yang dikendalikan oleh Sekte Seribu Pedang. Peta Mo Ya sangat akurat, menunjukkan jalur patroli "Pembersih" dan Formasi pengawasan tersembunyi.
Pada sore hari kedua, Lian menemui ujian pertamanya. Dia bersembunyi di balik pohon besar saat mendengar suara tawa arogan. Sepasukan patroli "Pembersih" tingkat rendah—lima murid Fondasi Qi—berjalan santai di jalur utama.
"Aku dengar Tetua Kuan gagal dalam misinya," kata salah satu murid. "Bagaimana mungkin seorang 'Pembersih' gagal menangkap Anomali fisik?"
"Kudengar Anomali itu menghancurkan Benteng Pilar Besi hanya dengan tinjunya," balas yang lain. "Itu pasti monster, bukan manusia."
"Omong kosong," kata pemimpin patroli itu, seorang pria dengan aura Fondasi Qi Puncak. "Itu hanya rumor yang dibesar-besarkan oleh Kapten Gao Yan untuk menutupi ketidakmampuannya. Jika aku bertemu Anomali itu, Pedang Qi-ku akan..."
Lian tidak tertarik mendengar sisa bualan mereka. Dia perlu melewati mereka tanpa terdeteksi.
“Langkah Giok Hampa.”
Lian mengaktifkan teknik gerakan barunya. Dia menyalurkan Ketiadaan Giok ke kakinya. Dia tidak mencoba berlari. Dia mencoba untuk "Menolak" Aturan bahwa dia harus berinteraksi dengan ruang di antara dia dan tujuannya.
Dunia di mata Lian sedikit kabur. Dalam sekejap mata, dia melesat maju sepuluh langkah, melintasi jalur terbuka tempat patroli itu berjalan, dan muncul kembali di balik semak-semak di sisi lain.
Tidak ada suara. Tidak ada pergeseran udara.
Pemimpin patroli itu tiba-tiba berhenti bicara. "Kau dengar itu?" "Dengar apa?" "Tidak... tidak ada apa-apa," gumam pemimpin itu, merasakan hawa dingin yang aneh di tengkuknya, seolah-olah hantu baru saja melewatinya. Dia menggelengkan kepalanya. "Ayo lanjut."
Lian sudah jauh. Teknik itu sempurna. Mobilitasnya kini tak tertandingi.
Dia tiba di lokasi Simpul Formasi Tiga Sungai saat senja. Peta Mo Ya membawanya ke sebuah air terjun besar yang tersembunyi di balik tebing-tebing lumut. Sekte Seribu Pedang sangat arogan; mereka tidak membangun benteng di sini. Mereka menyembunyikan Simpul Formasi mereka di bawah tanah, di pertemuan tiga sungai bawah tanah, percaya bahwa alam itu sendiri adalah pelindung terbaik.
Pelindung sebenarnya adalah Formasi Logika Alami.
Saat Lian mendekati air terjun, dia merasakannya. Itu bukan dinding fisik seperti di Benteng Pilar Besi. Itu adalah tekanan mental yang halus, sebuah kesadaran yang memindai segala sesuatu di area itu.
Ini adalah Formasi semi-sentien. Peta Mo Ya menggambarkannya sebagai "Pikiran Penjaga".
Formasi ini tidak mencari Qi. Ia mencari Maksud dan Logika. Jika ia mendeteksi Maksud untuk Menyakiti atau Logika yang Kacau (seperti kultivator iblis), ia akan segera memicu alarm di markas "Pembersih" terdekat dan menjebak penyusup dalam lingkaran ilusi tak berujung.
Lian berdiri di depan tirai air terjun. Dia bisa merasakan Formasi itu memindai pikirannya.
“Aku di sini untuk menghancurkan Simpul,” pikir Lian.
BZZT!
Tiba-tiba, dunia di depan Lian bergeser. Air terjun itu tampak membeku. Dia melangkah maju, tetapi mendapati dirinya kembali ke tempat dia mulai. Dia mencoba lagi. Dia kembali lagi.
"Terdeteksi," bisik Lian. Formasi Logika Alami telah mengidentifikasi "Maksud untuk Menyakiti"-nya dan menjebaknya dalam lingkaran logika spasial.
Dia tidak bisa melawan Formasi ini dengan kekuatan fisik. Dia harus mengalahkan Logikanya.
“Jika Maksud-ku adalah masalahnya,” pikir Lian, “maka aku harus tidak memiliki Maksud.”
Lian duduk di depan air terjun, mengabaikan lingkaran ilusi. Dia menutup matanya dan mengaktifkan teknik pertahanan mental barunya dari Kitab Pemurnian Jiwa Langit.
"Perisai Jiwa Ketiadaan."
Dia tidak mencoba melawan Formasi itu. Dia melakukan sebaliknya. Dia membentuk energi Jiwa-nya menjadi perisai pasif yang terinspirasi oleh Inti Gioknya. Perisai itu tidak memblokir; ia menyerap dan melenyapkan.
Pikiran Lian menjadi kosong. Keinginannya untuk menghancurkan Simpul, kemarahannya pada Sekte Seribu Pedang, ingatannya tentang Zhe—semuanya ditarik ke dalam Perisai Jiwa dan dilenyapkan menjadi Ketiadaan mental yang murni dan dingin.
Pikirannya kini menjadi cermin yang tenang. Dia adalah batu. Dia adalah air. Dia tidak memiliki Maksud. Dia hanya ada.
Formasi Logika Alami memindainya lagi. Ia mencari Maksud, mencari Logika. Ia tidak menemukan apa-apa. Pikiran Lian adalah "nilai nol". Itu adalah anomali yang tidak bisa diproses oleh Formasi itu. Bagi Formasi itu, Lian tidak ada.
Lingkaran ilusi spasial itu lenyap.
Lian membuka matanya. Dia berdiri dan berjalan menembus tirai air terjun. Formasi Logika Alami mengabaikannya, menganggapnya sebagai bagian dari alam.
Di balik air terjun, sebuah gua gelap terbuka. Lian menyalakan batu api kecil. Peta Mo Ya memandunya menuruni tangga batu yang licin, jauh ke dalam perut bumi.
Dia bisa mendengar gemuruh tiga sungai bawah tanah yang bertemu.
Setelah berjalan satu jam, dia tiba di sebuah gua raksasa. Di tengah gua, tergantung di udara, adalah Simpul Fisik Formasi Tiga Sungai.
Itu adalah kristal raksasa berwarna biru safir, seukuran kereta kuda. Kristal itu berdenyut dengan cahaya lembut, memancarkan Aturan Logika ke seluruh wilayah di atas.
Tapi itu tidak sendirian.
Ruangan itu dipenuhi jebakan. Lantainya adalah jaringan pelat tekanan. Sinar cahaya tipis menyilang di ruangan seperti jaring laba-laba. Peta Mo Ya menunjukkan bahwa menyentuh salah satunya akan memicu alarm fisik dan melepaskan golem batu.
Lian tidak bisa terbang. Dia tidak bisa melompat sejauh itu.
Dia tersenyum.
“Langkah Giok Hampa.”
Dia menyalurkan Ketiadaan Giok ke kakinya. Dia melangkah ke udara kosong. Tubuhnya melesat maju sepuluh langkah, melewati sinar cahaya dan melintasi pelat tekanan tanpa menyentuh mereka. Tubuhnya tidak berinteraksi dengan ruang di antaranya.
Dia melangkah lagi. Langkah Giok Hampa.
Dalam tiga lompatan hantu yang sunyi, dia telah melintasi ruangan jebakan yang mematikan dan kini berdiri tepat di depan Simpul Kristal raksasa itu.
Kristal itu dilindungi oleh perisai energi yang berdenyut, pertahanan terakhirnya.
Lian tahu "Pukulan Giok Stabil" akan menghancurkannya, tetapi juga akan memicu alarm yang luar biasa dan mungkin meruntuhkan gua. Dia harus menghancurkannya secara diam-diam.
Dia mengulurkan jari telunjuknya. Dia memfokuskan semua kepadatan Inti Gioknya ke satu titik kecil. Ujung jarinya bersinar dengan cahaya hitam pekat yang menyerap cahaya biru dari kristal itu.
"Jari Giok Penembus."
Dia menyentuh perisai energi.
Zzzt!
Tidak ada ledakan. Jari Lian menembus perisai energi itu seolah-olah itu hanyalah gelembung sabun. Kepadatan absolut di ujung jarinya telah meniadakan struktur energi perisai itu.
Jarinya kini menyentuh permukaan kristal safir yang keras.
Lian menarik napas dalam-dalam.
Zzzt!
Dia menekan jarinya ke dalam kristal. Rasanya seperti mendorong jari ke dalam berlian. Dia mendorong lebih dalam, Ketiadaan di jarinya membatalkan ikatan molekuler kristal itu.
Dia menusuk sedalam satu jengkal, tepat ke jantung Simpul.
Lalu dia menarik jarinya.
Tidak terjadi apa-apa.
Lian berbalik. Dia menggunakan "Langkah Giok Hampa" tiga kali, melintasi ruangan, kembali ke tangga, dan berjalan keluar dari gua di balik air terjun. Formasi Logika Alami masih mengabaikannya, tidak menyadari bahwa jantungnya telah ditusuk.
Lian berada seratus langkah jauhnya dari air terjun ketika dia mendengarnya.
KRAK.
Sebuah suara retakan pelan dari bawah tanah.
Lalu... KRRAAKKK!
Air terjun itu tiba-tiba berhenti mengalir. Formasi Logika Alami yang menekan area itu lenyap seketika. Di kejauhan, Lian bisa mendengar alarm sihir berbunyi dari benteng-benteng yang terhubung.
Lian tersenyum. Dia telah melumpuhkan seluruh jaringan Formasi di wilayah selatan tanpa terlihat.
Dia merasakan Peta Mo Ya di benaknya. Satu Simpul telah dicoret. Masih ada delapan lagi sebelum dia mencapai markas besar Sekte Seribu Pedang.
"Saatnya berburu," bisik Lian, menghilang ke dalam Hutan Kuno.