Dijodohkan secara mendadak oleh sang paman, membuat Iswa Putri Sakinah harus menerima kenyataan menikah di usia yang sangat muda, yakni 19 tahun, terpaksa ia menerima perjodohan ini karena sang paman tak tega melihat Iswa hidup sendiri, sedangkan istri sang paman tak mau merawat Iswa setelah kedua orang tua gadis itu meninggal karena kecelakaan.
Aku gak mau menikah dengan gadis itu, Pa. Aku sudah punya pacar, tolak Sakti anak sulung Pak Yasha, teman paman Iswa.
Aku mau menikah dengan gadis itu asalkan siri, si bungsu terpaksa menerima perjodohan ini.
Apakah perjodohan ini berakhir bahagia bagi Iswa?
Selamat membaca
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SARJANA TEMPE
Berbeda dengan Iswa yang langsung gas move on, Kaisar malah seperti tak ada daya hidup, apalagi sudah selesai ujian skripsi, revisi skripsi nanti dulu deh. Setelah cerai malah sering tidur, bahkan makan saja menunggu mama yang obrak-obrak. Bahkan jendela kamar tak pernah dibuka kalau mama tak masuk ke kamar Kaisar. Terlebih dia keseringan tidur di sofa, mama heran ada ranjang nyaman kok malah pilih tidur sofa. Hanya Sakti yang tahu, mungkin wangi tubuh Iswa masih menempel di area sofa.
"Bangun napa, Dek. Ya Allah!" ucap Sakti yang sengaja pagi setelah shubuh membuka pintu kamar sang adik, entah setelah cerai dia masih ingat ibadah atau enggak. "Lo kayak gini kayak cinta banget sama Iswa."
"Diam aja sih, masih pagi juga."
"Sholat gak?"
"Sholat," jawab Kaisar jutek.
"Jangan gini dong, Dek. Papa kalau dengar lo letoy begini semakin marah."
"Biarin. Udah biasa aku kena gampar."
"Harusnya lo tuh juga bangkit kaya Iswa, masa' kalah sama dia yang udah terlihat move on banget!" sindir Sakti yang melihat unggahan mantan adik iparnya, tampak bahagia di media sosial, entah di dunia nyata.
"Kedok! Palingan dia juga mewek." Sakti tertawa, sebenarnya mereka ini cocok, sama-sama gengsi untuk mengakui kalau mulai ada rasa, tapi ya berakhir perpisahan. Pernikahan kok dibuat main-main, efeknya ya gak baik juga. Menggalau.
Sakti pun kembali memberi nasehat pada Kaisar, sudah saatnya ia mulai menata kehidupan, melepas title anak bungsu manja. Sudah ada tujuan yakni menarik hati Iswa kembali. "Kalau gak ingat adik sendiri, Abang pepet Iswa sekalian deh," begitu Sakti memberi pancingan agar Kaisar berubah.
Kalau Sakti yang mendekati Iswa jelas Kaisar insecure, makanya Kaisar ngamuk. "Awas kalau Abang dekatin Iswa."
"Ya makanya ayo berubah. Iswa kerja keras banget, masa' iya dapat jodoh mokondo."
"Ngomong gak jelas!" protes Kaisar yang membuat Sakti tertawa.
"Apalagi Iswa cantik, mana mau punya cowok gak mandi kayak lo!"
"Keluar gih, Bang. Berisik amat!"
"Gue kasih waktu tiga hari, kalau lo gak bisa jadi baik, jadi manusia berguna yang enak dipandang, gue bakal deketin Iswa. Pepet jadi istri gak pa-pa kan, gak ada yang tahu dia bekas istri lo juga."
"Sekali deketin Iswa, aku tonjok Abang!"
"Mana bisa. Lo suka peluk guling ketimbang duel sama samsak."
"Udah keluar!" usir Kaisar semakin emosi mendengar ancaman Sakti. Ah membayangkan saja Kaisar tak sanggup. Pasti sakit hati banget kalau melihat Sakti bersanding dengan Iswa di pernikahan. Ancaman Sakti sedikit mempengaruhi Kaisar. Ia bangun dan lihat ponselnya, lebih tepatnya melihat unggahan status WA mantan istri.
"Lo ke mana, Wa? Awas saja pindah kota," gumam Kaisar tak suka melihat status Iswa yang sepertinya sedang keluar kota naik kereta. Berharap ia bersama teman perempuan saja, jangan sampai sendiri atau bersama dengan teman cowok, ah Kaisar tak rela.
Tangannya ingin sekali mengomentari status Iswa tapi tak jadi. Ia khawatir Iswa ilfeel kalau Kaisar kirim chat, lebih baik mereka berkabar hanya lewat status saja, diam-diam mengintai.
Kaisar turun untuk sarapan setelah cuci muka, tatapan papa sangat tidak suka dengan Kaisar. Jadi anak laki-laki kok klemar-klemer gak jelas begini, gak ada gagah-gagahnya. "Mulai senin depan, kamu ikut papa. Belajar di kantor papa biar punya kegiatan, gak di kamar saja. Laki kok gak ada tujuan sama sekali." Mama berdehem, mulai deh papa menyudutkan si bungsu, seperti tak ada waktu lain saja untuk mengomel. Bagi mama mumpung dia mau keluar kamar tanpa disuruh sudah kemajuan yang bagus sekali, setelah hampir satu minggu jadi pangeran tidur.
"Gak mau!" tolak Kaisar to the point, mama dan Sakti langsung menatap Kaisar, kaget. Berani-beraninya menolak saran papa. Padahal Sakti sejak dulu sebelum punya usaha sendiri, juga ikut papa.
"Terus kamu mau jadi apa?" tanya papa dengan nada menantang. Papa tak pernah pilih kasih kepada dua anaknya, beliau akan memperlakukan sama, apalagi dua-duanya laki-laki. Beliau memberi contoh bagaimana bersikap sebagai laki-laki bertanggung jawab akan keluarga, terutama soal penghasilan.
Papa menjadi anak yang berhasil mengangkat derajat keluarganya, keuletan dan pendidikan menjadikan papa bisa mengembangkan usaha beliau di bidang pakan ternak. Beliau berharap kedua anaknya pun bisa lebih sukses dari beliau, apalagi tak perlu merintis sejak awal.
"Papa gak suka anak papa jadi sarjana tempe!" tegas papa saat Kaisar menolak ajakan kerja.
"Kaisar paham, Pa. Kaisar akan kerja tapi tidak di kantor papa. Kaisar akan ikut proyek dosen, beliau mengajak Kai."
"Emang iya?" kali ini mama yang memastikan. Pasalnya sejak kuliah, Kaisar cenderung suka di organisasi, gak mungkin dia langsung berubah haluan ikut proyek dosen yang lebih banyak di belakang layar. Kaisar lebih suka tampil di publik, buat ngomong.
"Iya, Ma. Nanti Kiasar screen shoot buat bukti kalau Kai dihubungi dosen buat ikut proyek. Secara anak mama tuh ganteng, publik speaking bagus, otak encer juga, jarang bahkan limited edition anak arsitek lulus tepat waktu."
"Oke papa tunggu kerjaan kamu, kalau gak prospek ikut di kantor papa!"
"Jadi apa juga di kantor papa?"
"Tukang gambar kandang sapi," ledek papa membuat mama dan Sakti tertawa ngakak. Mana ada kandang sapi di kantor papa juga.
Kaisar pun dengan malas menyanggupi proyek yang ditawarkan sang dosen. Sebenarnya ia tak mau juga kerja langsung, tapi daripada ikut papa mending kerja sama orang lain saja.
Keluarga dosen Kai akan membangun sebuah sekolah, mereka membuat yayasan sebagai bentuk apresiasi kehormatan untuk kedua orang tuanya. Tiga bersaudara patungan membangun sekolah. Mereka sudah sejak lama patungan membeli tanah, sekarang saatnya eksekusi dengan perencanaan sekolah. Pak Dosen memilih Kaisar karena memang Kai mahasiswa bimbingannya sehingga beliau tau kapasitas Kai untuk merancang sekolah.
"Ingat, kalau kamu ada niatan untuk kembali pada Iswa. Maka kamu harus menjadi laki-laki yang punya value di atas Iswa. Dia pekerja keras, maka kamu harus menjadi pekerja keras dan cerdas. Papa akan melamar Iswa lagi buat kamu bila kamu sudah mapan dan jadi laki-laki yang bertanggung jawab. Urusan mantan atau pacar kamu juga, niat balik dengan Iswa maka jangan ada perempuan lain selain dia dalam pikiran kamu."
"Iya!" jawab Kaisar sudah muak mendengar ancaman papa. Rasanya ia doang yang diberi arahan keras, tidak untuk Sakti. Ya wajar sih, Sakti sudah tertata dan memang pribadinya yang mirip dengan papa, ambisius. Sedangkan Kaisar santai kayak di pantai, dan tak punya tujuan.
bang sat ( satya ) , bang kai ( kaisar )
kaya sebatas alasan doang ga ada artinya deh,,cihhhh kasah dari mana ucapan bo doh ,itu pun nyata ko marah