NovelToon NovelToon
Pendekar Naga Bintang

Pendekar Naga Bintang

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Misteri / Action / Fantasi / Budidaya dan Peningkatan / Anak Genius
Popularitas:177.3k
Nilai: 4.9
Nama Author: Boqin Changing

Di barat laut Kekaisaran Zhou berdiri Sekte Bukit Bintang, sekte besar aliran putih yang dikenal karena langit malamnya yang berhiaskan ribuan bintang. Di antara ribuan muridnya, ada seorang anak yatim bernama Gao Rui, murid mendiang Tetua Ciang Mu. Meski lemah dan sering dihina, hatinya jernih dan penuh kebaikan.

Namun kebaikan itu justru menjadi awal penderitaannya. Dikhianati oleh teman sendiri dan dijebak oleh kakak seperguruannya, Gao Rui hampir kehilangan nyawa setelah dilempar ke sungai. Di ambang kematian, ia diselamatkan oleh seorang pendekar misterius yang mengubah arah hidupnya.

Sejak hari itu, perjalanan Gao Rui menuju jalan sejati seorang pendekar pun dimulai. Jalan yang akan menuntunnya menembus batas antara langit dan bintang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Boqin Changing, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sekte Bukit Bintang

Gao Rui menatap punggung gurunya yang melangkah ringan di depan, angin pagi meniup jubah mereka hingga berkibar lembut. Boqin Changing berjalan santai, namun setiap langkahnya seolah menyatu dengan irama alam, melesat cepat tanpa meninggalkan jejak sedikit pun di atas rerumputan lembah.

“Gunakan langkah ringan yang pernah kuajarkan padamu untuk kembali ke sektemu,” ujar Boqin Changing tanpa menoleh. Suara itu tenang, tapi penuh kekuatan perintah.

Gao Rui segera menarik napas dalam, menyalurkan energi ke telapak kakinya, dan tubuhnya pun melesat, mengikuti gurunya Keduanya menembus kabut pagi dengan kecepatan luar biasa, meninggalkan lembah sunyi dan meniti udara di atas pepohonan.

“Ke arah mana?” ujar Boqin Changing kepada muridnya.

“Ke arah kanan guru.”

“Kau di sampingku saja. Daripada aku terus bertanya.”

Perjalanan mereka kembali sunyi. Hanya suara angin yang berdesir dan bayangan mereka yang sesekali melintas di atas permukaan sungai, memantulkan cahaya matahari yang baru muncul.

“Sudah lama kau tidak kembali ke sektemu, bukan?” tanya Boqin Changing, suaranya datar seperti menembus angin.

“Ya, Guru,” jawab Gao Rui, sedikit terengah. “Sejak aku ikut Guru masuk ke Pagoda Serpihan Surga, sudah lima tahun… meski bagi mereka hanya lima hari.”

Boqin Changing hanya mengangguk pelan.

“Lima hari bagi mereka, tapi lima tahun bagi jiwamu. Akan menarik melihat bagaimana dunia menyambut murid yang sudah lahir kembali.”

Gao Rui menelan ludah. Ia tidak tahu harus merasa bangga atau takut mendengar kalimat itu.

Langit mulai cerah ketika mereka melintasi perbukitan terakhir. Dari kejauhan, pemandangan besar terbentang di hadapan mereka, Sekte Bukit Bintang.

Dari atas udara, sekte itu tampak seperti sebuah kota penuh kehidupan. Bangunan-bangunan berlapis batu putih berdiri megah di antara lereng-lereng bukit. Di tengahnya, berdiri sebuah menara tinggi berukir lambang bintang berujung tujuh, simbol kebanggaan sekte itu.

Boqin Changing memperlambat langkahnya di udara, lalu berhenti di puncak batu besar, menatap pemandangan di bawah dengan mata menyipit.

“Jadi ini Sekte Bukit Bintang…” gumamnya perlahan. “Tidak buruk. Mereka tahu cara memanfaatkan ruang dan sumber daya alam.”

Gao Rui berdiri di sampingnya, ikut menatap pemandangan itu dengan rasa nostalgia.

“Sekte Bukit Bintang adalah salah satu sekte terbesar di Kekaisaran Zhou, Guru. Ada lebih dari delapan puluh ribu murid yang berlatih di sana. Bahkan beberapa keluarga bangsawan menitipkan anak mereka ke sini.”

Boqin Changing mengangguk ringan.

“Itu menjelaskan kenapa tempat ini tampak lebih seperti kota daripada sekte.”

Namun memang demikian adanya. Di luar gerbang besar yang dijaga murid- murid berpakaian perak, deretan toko dan rumah makan berdiri berjejer. Orang-orang hilir mudik, ada yang menjual pil obat, pedang spiritual, hingga jimat pelindung. Suasana ramai, penuh teriakan penjual dan aroma masakan dari berbagai arah.

Gao Rui tersenyum tipis.

“Banyak orang membuat usaha di sekitar sekte. Tempat ini hidup karena aliran para murid yang datang dan pergi setiap hari.”

Boqin Changing berjalan menuruni batu besar, langkahnya ringan, dan tanpa disadari mereka telah sampai di pelataran luar sekte. Orang-orang di sekitar hanya sempat menoleh sekilas, lalu kembali sibuk dengan urusannya masing-masing. Tak seorang pun tahu bahwa pendekar yang baru datang itu bisa menghancurkan seluruh tempat itu hanya dengan mengangkat tangan.

“Rui’er,” ucap Boqin Changing dengan nada santai, “kau tahu… aku jarang menikmati makanan luar. Tapi entah kenapa, aku ingin mencoba makanan khas daerah ini. Mari kita makan dulu sebelum masuk ke sektemu.”

Gao Rui tersentak kecil, namun segera menunduk sopan.

“Baik, Guru. Aku tahu tempatnya.”

Ia segera menuntun gurunya menyusuri jalanan yang ramai. Mereka melewati deretan warung dan rumah makan dengan papan nama besar berlapis ukiran emas, namun langkah Gao Rui justru berhenti di depan rumah makan kecil di pojok jalan.

Tempat itu tampak sederhana. Atapnya dari kayu tua, meja-mejanya kasar, dan aroma sup gurih bercampur dengan bau arang tercium dari dapur. Di dalamnya, puluhan murid sekte berpakaian kusam tengah makan sambil tertawa keras. Dari penampilan mereka, jelas mereka bukan murid kaya, melainkan murid dari kelas rendah yang mengandalkan kerja keras dan sedikit keberuntungan untuk bertahan di sekte besar itu.

Boqin Changing berhenti di depan pintu, menatap sekeliling, lalu menatap muridnya dengan kening berkerut halus.

“Rui’er…” katanya pelan namun tajam, “ini tempat yang kau pilih?”

Nada suaranya tidak marah, tapi cukup untuk membuat udara di sekeliling seolah mendingin beberapa derajat.

Gao Rui langsung tersentak, menyadari kesalahannya. Ia menatap sekeliling cepat, lalu menelan ludah.

“A-ah… maaf, Guru. Aku terbiasa datang ke sini dulu. Mungkin naluriku membawaku ke tempat ini… tempat yang murah dan biasa kudatangi ketika....”

Boqin Changing mengangkat alisnya tipis.

“Ketika kau masih murid miskin, maksudmu?”

Nada datarnya menusuk, namun tanpa emosi. Gao Rui buru-buru menunduk.

“Guru, aku… aku tidak bermaksud.....”

Boqin Changing menatap meja-meja yang penuh noda dan kursi-kursi reyot di sekitarnya, lalu mendesah pelan.

“Menarik. Kau ingin aku mencicipi sup sayur dari tempat ini?”

Gao Rui memucat.

“A-aku… akan mencari tempat lain, Guru!” serunya cepat, hampir panik.

Boqin Changing tersenyum samar, menepuk bahu muridnya pelan.

“Sudahlah. Kali ini biar aku yang memilih tempatnya,” ujarnya tenang, namun nada suaranya membuat Gao Rui tak berani membantah sedikit pun.

“Baik, Guru,” jawab Gao Rui pelan.

Tanpa menunggu jawaban, Boqin Changing melangkah ke arah jalan utama yang lebih ramai, langkahnya ringan namun penuh wibawa. Gao Rui mengikuti dari belakang, berusaha menyesuaikan kecepatan langkah gurunya yang tampak begitu santai tapi selalu selangkah di depan.

Udara pagi dipenuhi aroma rempah dan daging panggang dari berbagai arah. Suara pedagang berteriak menawarkan dagangannya bersahutan dengan derap kaki murid-murid sekte yang lalu-lalang. Namun di antara keramaian itu, Boqin Changing terus berjalan lurus, seolah sudah tahu ke mana ia akan menuju.

Beberapa saat kemudian, langkahnya berhenti di depan sebuah bangunan besar bertingkat tiga dengan dinding batu putih dan jendela berbingkai emas. Di depan gerbangnya, dua pelayan tampak berjaga, dan di atas papan namanya terukir tulisan besar berlapis perunggu. “Restoran Langit Bintang.”

Gao Rui langsung terpaku. Matanya membulat, tenggorokannya terasa kering. Itu adalah restoran paling megah dan paling terkenal di seluruh kawasan Sekte Bukit Bintang.

“G–Guru…” suaranya tercekat. “Itu… itu Restoran Langit Bintang.”

Boqin Changing menatap papan nama besar itu dengan ekspresi datar.

“Aku tahu.”

Ia kemudian melangkah perlahan menuju pintu masuk.

Gao Rui berdiri kaku beberapa saat, sebelum akhirnya buru-buru mengikuti gurunya. Dadanya berdebar keras.

Dulu, ketika ia masih menjadi murid miskin, ia sering lewat di depan restoran ini dan hanya bisa menatap dari jauh, membayangkan bagaimana rasanya menikmati satu suap makanan di dalam sana. Restoran itu terkenal sebagai tempat makan para tetua sekte, para bangsawan, dan murid-murid kaya Sekte Bukit Bintang.

Ia bahkan pernah diusir hanya karena berdiri terlalu lama di depan pintu, dianggap mengganggu pemandangan. Kini, ia berjalan di belakang gurunya menuju pintu yang sama, tanpa ada yang berani menghalangi.

Namun rasa khawatir menelusup di dadanya. Bagaimana kalau mereka mengenalinya? Bagaimana kalau mereka tahu ia murid miskin yang dulu pernah mereka usir?

Tapi Boqin Changing terus berjalan santai, tanpa sedikit pun keraguan. Setiap langkahnya memancarkan keanggunan dan kewibawaan yang sulit dijelaskan. Aura kekuatannya lembut namun dalam, seperti samudra yang diam tapi bisa menelan apa pun. Orang-orang yang melihatnya pasti akan berpikir jika dia adalah tuan muda keluarga besar.

Begitu mereka melangkah masuk, seorang pelayan langsung datang sambil menunduk hormat.

“Selamat datang di Restoran Langit Bintang,” katanya sopan, suaranya bahkan sedikit bergetar. “Apakah Tuan Muda telah memesan tempat sebelumnya?”

Boqin Changing menatap sekilas pelayan itu, lalu menjawab tenang.

“Belum. Siapkan ruangan terbaik di lantai atas untuk kami berdua.”

Pelayan itu langsung menunduk lebih dalam.

“Ba–baik, Tuan Muda. Mohon tunggu sebentar.”

Tanpa diminta, pelayan lain berlari kecil ke arah tangga sambil memberi isyarat ke beberapa rekan di dalam. Dalam sekejap, meja dan ruangan khusus disiapkan, dan aroma teh langka langsung memenuhi udara.

Boqin Changing melangkah masuk lebih dalam, jubahnya berkilau samar di bawah cahaya lampu kristal. Pakaian yang dikenakannya tampak halus, dijahit dari bahan langka yang hanya bisa didapat dari daerah selatan Kekaisaran Qin. Sulaman emas di ujung lengannya melingkar seperti naga yang bersembunyi di awan. Semua orang yang melihatnya langsung menunduk dengan hormat, bahkan tanpa tahu siapa dia sebenarnya.

Sementara itu, Gao Rui mengikuti dari belakang dengan langkah hati-hati. Pakaian yang dikenakannya pun bukan sembarangan, pemberian gurunya sendiri. Jubah biru tua dengan benang perak, halus dan ringan, membuatnya tampak seperti murid terhormat dari keluarga besar.

Beberapa pelayan perempuan yang lewat bahkan menatapnya dengan pandangan kagum. Tak ada yang menyangka bahwa beberapa waktu lalu, ia hanyalah murid miskin yang pernah diusir dari depan restoran ini.

“Silakan, Tuan Muda,” ucap pelayan itu sambil membungkuk dan mempersilakan mereka naik ke lantai atas.

Boqin Changing berjalan lebih dulu, sementara Gao Rui menatap sekeliling dengan perasaan campur aduk, antara kagum, bangga, dan sedikit gugup. Ia menatap kursi berukir naga, lantai batu giok mengilap, serta aroma teh wangi yang begitu mewah.

“Siapa sangka aku akhirnya bisa masuk ke tempat ini… dan duduk di sini bersama Guruku,” pikirnya dalam hati, matanya sedikit bergetar.

Namun Boqin Changing hanya tersenyum tipis, seolah semua kemegahan itu tak berarti apa-apa baginya.

“Rui’er,” katanya pelan, suaranya tenang tapi penuh makna, “dunia ini memang membeda-bedakan manusia… tapi orang bijak tidak pernah menilai tempat dari kemegahannya, melainkan dari bagaimana ia memperlakukan orang yang datang.”

Kalimat itu membuat Gao Rui menunduk lebih dalam.

“Guru… aku mengerti.”

Boqin Changing hanya mengangguk, lalu duduk perlahan di kursi utama yang menghadap jendela besar, menatap pemandangan Sekte Bukit Bintang.

“Sekarang,” katanya pelan, “kita lihat apakah makanan mereka sepadan dengan reputasi tempat ini.”

1
Yurisman Aris
lanjutkan
opik
cuma satu Thor?
Hendra
sangat membantu untuk di baca 👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻
Mahayabank
Yaudah lanjuuuut lagi 🔁🔁Yaudah lanjuuuut lagi 🔁🔁
Mahayabank
Yaudah lanjuuuut lagi 🔁🔁
Mahayabank
Mantap Lanjuuuut lagi.. 🔁👍
Mahayabank
/Good//Good//Good/🤭🤭
BOIEL-POINT .........
very niCe Thor ..........
Mahayabank
Mantap Lanjuuuut lagi.. 🔁👍
Mahayabank
Yaudah lanjuuuut lagi 🔁🔁
Mahayabank
/Good//Good//Good//Doge//Doge/
Mahayabank
Mantap Lanjuuuut lagi.. 🔁👍
Mahayabank
Yaudah lanjuuuut lagi 🔁🔁
Mahayabank
Mantap Lanjuuuut lagi.. 🔁👍
Mahayabank
Yaudah lanjuuuut lagi 🔁🔁
Mahayabank
Mantap Lanjuuuut lagi.. 🔁👍
Mahayabank
Yaudah lanjuuuut lagi 🔁🔁
Mahayabank
/Good//Good//Good//Ok//Ok/
Rinaldi Sigar
lanjut
Rinaldi Sigar
lnjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!