NovelToon NovelToon
Meant To Be

Meant To Be

Status: sedang berlangsung
Genre:Angst / Beda Usia / Keluarga / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:5k
Nilai: 5
Nama Author: nowitsrain

El Gracia Jovanka memang terkenal gila. Di usianya yang masih terbilang muda, ia sudah melanglang buana di dunia malam. Banyak kelab telah dia datangi, untuk sekadar unjuk gigi—meliukkan badan di dance floor demi mendapat applause dari para pengunjung lain.

Moto hidupnya adalah 'I want it, I get it' yang mana hal tersebut membuatnya kerap kali nekat melakukan banyak hal demi mendapatkan apa yang dia inginkan. Dan sejauh ini, dia belum pernah gagal.

Lalu, apa jadinya jika dia tiba-tiba menginginkan Azerya Karelino Gautama, yang hatinya masih tertinggal di masa lalu untuk menjadi pacarnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nowitsrain, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Messy

Apa pun masalahnya, bumi tidak serta-merta berhenti berotasi. Malam tetap berganti pagi, hari kembali harus dijalani tidak peduli semalam habis sepusing apa. Sama seperti Karel yang tetap harus bangun lebih pagi, demi menyiapkan segala kebutuhan Eliana sebelum anak itu berangkat ke sekolah.

Ini bukan hal baru lagi baginya. Sejak Gavin dan Kalea memutuskan untuk memasukkan Eliana ke TK B, Karel sudah sering turut andil dalam mengurus anak mereka itu. Meski tidak sedang menginap, Karel juga tetap kebagian jatah mengantar atau menjemput Eliana. Pihak sekolah pun sudah paham, walaupun di masa-masa awal dulu sempat terjadi kebingungan.

Waktu pertama kali Karel datang menjemput Eliana, guru yang bertugas tampak ragu-ragu menyerahkan anak itu padanya. Gavin, yang waktu itu padahal sedang ada meeting penting, sampai harus melipir sebentar untuk memberikan penjelasan melalui sambungan telepon. Kepada guru dan staf yang lain, Karel diperkenalkan sebagai omnya Eliana, dan ia akan sering bergantian menjemput putri mereka. Sejak hari itu, semua orang di sekolah mulai terbiasa.

Bukan hanya para guru dan staf, tapi sampai wali murid yang lain pun paham siapa Karel, bahkan tidak sekali dua kali mereka menghabiskan waktu mengobrol selagi menunggu anak-anak dipersiapkan untuk pulang. Karel menikmati betul perannya sebagai seorang ayah. Hitung-hitung latihan sebelum nanti punya anak sendiri—yang entah kapan bisa terealisasi.

"Bye, Ayah!" Si kecil melambaikan tangan setelah mengecup pipi kirinya.

Karel balas melambai, senyumnya lebar dan terasa hangat. Kemudian, usai mengantarkan putrinya masuk bersama Miss-nya, Karel melenggang keluar dari area pengantaran untuk kembali ke mobil.

Dari TK Eliana, kemudinya diputar langsung menuju kafe. Jaraknya hanya 20 menit, bisa lebih cepat jika jalanan lengang. Selama berkendara, ia tidak menyalakan apa pun. Kabin dibiarkan sepi, karena justru itu adalah healing baginya.

Mendengarkan siaran radio atau memutar lagu saat kepalanya berisik, biasanya malah membuat konsentrasinya buyar. Tentu hal tersebut tidak boleh terjadi, karena sejak Eliana lahir, Karel sudah bertekad untuk hidup lebih lama. Supaya nanti saat anak itu dewasa, ia bisa mengantarkannya ke altar, menemaninya diserahkan kepada laki-laki yang akan bertanggung jawab atas hidupnya.

"Ch..." Karel mendecih pelan. Tergelitik sendiri atas pikirannya yang melesat terlalu jauh ke depan. Entahlah, sejak jadi ayah, dia suka merancang sesuatu untuk jangka panjang.

Bahkan saat sadar betul dirinya tidak punya tanggung jawab untuk memikirkan kehidupan Eliana sampai dewasa kelak, Karel tetap dengan pikiran waras menyiapkan banyak hal. Salah satunya adalah memasukkan nama anak itu ke dalam daftar penerima wasiat, kalau-kalau terjadi sesuatu padanya nanti. Ini masih rahasia, sebetulnya. Hanya dia dan pengacaranya yang tahu. Sengaja dibuat begitu karena Karel yakin Kalea dan Gavin pasti akan rempong jika keduanya diberi tahu.

Begitu besar cinta Karel pada Eliana, dan belum seonggok manusia pun bisa menggeser posisinya.

"Ya pantes aja jomblo mulu. Perempuan mana emangnya yang terima laki-lakinya lebih pentingin anak orang lain."

"Bukan lebih pentingin anak orang lain. Nanti kalau punya anak sendiri, gue sayangin anak gue kok."

"Nggak akan ada yang percaya. Belum apa-apa aja mereka udah kalah duluan sama El. Gimana mungkin ada kepikiran kalau suatu saat lo bakal lebih sayang dia dan anak kalian? Yang ada udah jiper duluan."

"Ah, enggaklah," celetuk Karel. Menanggapi percakapan imajiner yang terjadi di kepalanya.

Lebih tepatnya memori yang ter-recall, potongan obrolannya bersama seorang kawan yang menjadi salah satu saksi kebucinannya pada Eliana.

Karel percaya akan ada saatnya. Akan ada seseorang yang tepat, yang bisa menerima keberadaan Eliana dan mengerti bahwa posisinya tidak akan pernah terancam atas keberadaan anak itu. Seseorang yang menyayangi dirinya sendiri lebih banyak, sehingga tidak perlu insecure pada eksistensi makhluk lain di sekelilingnya. Di antara miliaran manusia di bumi ini, pasti ada kan yang seperti itu untuk dipertemukan pada Karel?

Sibuk dengan pikirannya sendiri, mobilnya tahu-tahu sudah berbelok ke pelataran kafe. Karel memarkirkannya di parkiran khusus dan bergegas turun. Papan akrilik di depan pintu kafe masih menunjukkan tanda closed. Dilihatnya area parkir karyawan juga belum ada satu pun kendaraan yang terparkir.

Ia menarik ponselnya keluar dari saku celana jeans. Pukul 7 lewat 49 menit. Dahinya pun mengerut bingung. Di jam segini, Irwan biasanya sudah datang. Pemuda itu bisa dibilang karyawan paling teladan. Datang jauh lebih awal untuk bersiap lebih cepat daripada rekan-rekannya yang lain.

Orang yang selalu selangkah lebih cepat itu, kenapa sekarang belum muncul, bahkan tanpa pemberitahuan?

Tapi ya sudahlah, Karel lupakan sejenak soal Irwan. Mungkin saja dia terjebak macet, atau ada kepentingan yang membuatnya tidak bisa datang seawal biasanya. Toh Karel punya kemampuan untuk menghandle apa yang Irwan tinggalkan.

Masuk ke kafe, hal pertama yang Karel lakukan adalah merapikan bagian counter. Apa-apa yang diperlukan saat nanti pesanan pertama masuk, dipersiapkannya betul-betul. Karel memang mencintai pekerjaan ini. Tidak sekonyong-konyong fomo membuka kafe kekinian cuma karena ikut-ikutan, biar dikata keren dan tidak terlihat pengangguran. Apa yang karyawannya kerjakan, sudah pasti Karel telah menguasainya lebih dulu. Dia tidak ingin dipandang sebagai atasan yang tidak bisa apa-apa, tahunya hanya tinggal suruh doang.

Tring!

Lonceng di atas pintu berbunyi, Karel refleks mengangkat kepala.

"Maaf, belum bu—ka..." Lidahnya bekerja lebih cepat daripada otak, sehingga saat customer pertamanya berjalan melewati pintu, bibirnya terkatup perlahan.

"Ice Americano triple shot." Orderan dibuat tepat saat gadis itu berhenti di depan counter. Kepalanya menunduk, tatapannya fokus pada selembar kertas menu yang tertempel rapi di dekat komputer kasir.

"Belum buka. Balik ke sini 30 menit lagi," balasnya, kemudian sibuk sendiri di belakang counter. Keberadaan Jovanka diabaikan. Ia seperti hendak menegaskan bahwa tidak akan ada interaksi sebelum Jovanka selesai merenungi semuanya.

"Gue sibuk," kata gadis itu dengan suara pelan, tidak ngegas seperti biasanya.

Karel melemparkan barista cloth di tangannya dengan sewot. Ia berbalik, menatap tajam gadis di depannya yang masih terus menunduk. "Nanti," ucapnya penuh penekanan. "Kalau terlalu sibuk buat turun, nanti beli aja pakai ojol."

Masih sama, Jovanka masih tak menaikkan kepalanya. Seolah-olah beradu tatap dengan Karel adalah sebuah dosa besar, yang tidak akan ia lakukan sekarang.

"Gue butuhnya sekarang," ulang gadis itu.

"J—"

"Bikinin aja," potongnya. Kepalanya terangkat sedikit, hanya cukup untuk membuat tatapan mereka bertemu tidak lebih dari satu detik. "Semakin cepat lo bikin, semakin cepat gue pergi dari sini," lanjutnya, suaranya semakin pelan, seperti tidak bertenaga.

Malas berdebat, akhirnya Karel mengalah. Dia buatkan Ice Americano triple shot sesuai request, menyerahkannya pada Jovanka tanpa mengatakan apa pun.

"Thanks." Gadis itu mengambil pesanannya, lantas meninggalkan selembar uang pecahan seratus ribu di atas counter. Tidak minta struk, tidak menagih kembalian, bahkan masih tidak menatap Karel, ia melengos pergi dengan langkah yang terayun lebar-lebar.

Karel di belakang counter hanya bisa menghela napas panjang. Uang pembayaran dimasukkannya ke dalam kotak kaca bertuliskan tips alih-alih dipindahkannya ke dalam laci kasir.

"Yang gue bilang jangan interaksi sebelum selesai merenung, bukan berarti ngeliat gue jadi kayak ngeliat setan."

Sisa pekerjaannya pagi itu dikerjakannya sambil terus menggerutu.

Bersambung....

1
Zenun
Emak ama baba nya mah nyantuy🤭
Zenun
Udah mulai buka apartemen, nanti buka hati😁
Zenun
Kamu banyak takutnya Karel, mungkin Jovanka mah udah berserah diri😁
Zenun
asam lambungnya kumat
Zenun
Mingkin Jovanka pingsan di dalam
Zenun
Ayah harus minta maaf sama penyihir🤭
Zenun
Ntar kalo Elliana gede, kamu nikahin lagi
nowitsrain: Takut bgtttt
total 3 replies
Zenun
laaa.. kan ada babe Gavin😁
nowitsrain: Ya gapapa
total 1 replies
Zenun
iya betul Rel, harusnya dia anu ya
Zenun
dirimu minta maaf, malah tambah ngambek😁
Zenun
kayanya lebih ke arah ini😁
nowitsrain: Ssssttt tidak boleh suudzon
total 1 replies
Zenun
Coba jangan dipadamin, biar nanti berkobar api asmara
nowitsrain: Gosong, gosong deh tuh semua
total 1 replies
Zenun
Kan ada kamu, Karel🤭
nowitsrain: Harusnya ditinggal aja ya tuh si nakal
total 1 replies
Zenun
iya tu, tanggung jawab laaa
nowitsrain: Karel be like: coy, ini namanya pura-pura coy
total 1 replies
Zenun
Taklukin anaknya dulu coba😁
nowitsrain: Anaknya Masya Allah begitu 😌😌
total 1 replies
Zenun
Minimal move dulu, Karel🤭
nowitsrain: Udah move on tauu
total 1 replies
Zenun
kau harus menyiapkan seribu satu cara, kalau emang mau lanjut ama perasaan itu
nowitsrain: Awww ide bagussss
total 3 replies
Zenun
Dia santuy begitu karena Gavin sama kaya Karel, belum kelar sama masa lalu🏃‍♀️🏃‍♀️
nowitsrain: Stttt 🤫🤫
total 1 replies
Zenun
Kalo diramahin nanti kebawa perasaan😁
nowitsrain: 😌😌😌😌😌
total 1 replies
Zenun
Minta pijit Kalea enak kali ya
Zenun: hehehe
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!