NovelToon NovelToon
SISTEM MEMINDAH JIWAKU KE TUBUH GADIS BODOH

SISTEM MEMINDAH JIWAKU KE TUBUH GADIS BODOH

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan di Sekolah/Kampus / Transmigrasi / Permainan Kematian / Sistem
Popularitas:5.7k
Nilai: 5
Nama Author: chiisan kasih

Kinara, seorang pejuang akademis yang jiwanya direnggut oleh ambisi, mendapati kematiannya bukanlah akhir, melainkan awal dari sebuah misi mustahil. Terjebak dalam "Sistem Koreksi Generasi: Jalur Fana", ia ditransmigrasikan ke dalam raga Aira Nadine, seorang mahasiswi primadona Universitas Cendekia Nusantara (UCN) yang karier akademis dan reputasinya hancur lebur akibat skandal digital. Dengan ancaman penghapusan jiwa secara permanen, Kinara—kini Aira—dipaksa memainkan peran antagonis yang harus ia tebus. Misinya: meraih Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) sempurna dan "menaklukkan" lima pria yang menjadi pilar kekuasaan di UCN.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon chiisan kasih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

HARGA PLATINUM

Peringatan Sistem menggantung di kepalaku seperti awan badai. Misi Romansa Tersembunyi. Sejak Kinara mengambil alih tubuh Amara, fokusku adalah kelangsungan hidup dan pembersihan nama, bukan romantisme.

Romansa dengan Konglomerat Bapak Surya (Target 4) adalah jebakan berlapis emas. Itu bukan hanya ancaman emosional; itu ancaman struktural. Jika aku menerima tawaran Surya, aku akan menjadi bagian dari sistem yang ingin kuhancurkan, mengkhianati idealisme yang baru saja kutemukan.

Sebelum aku melangkah ke kandang singa, aku harus mencari Pak Arka. Dia adalah kompas moralku di lautan sinisme ini. Aku menemuinya di ruang dosen, jauh dari hiruk pikuk mahasiswa. Dia sedang membaca buku tebal Marx, kacamata bertengger di hidungnya.

“Pak Arka,” kataku, langsung menyajikan masalah.

“Saya menerima undangan makan malam dari Bapak Surya. Sistem memberi peringatan kritis: Misi Romansa Tersembunyi. Bagaimana saya harus menanggapi godaan dari pria yang mengontrol setengah dari pendanaan kampus?”

Pak Arka menutup bukunya dengan bunyi ‘klik’ yang tegas. Matanya menatapku serius. “Surya. Target paling berbahaya dari semuanya. Ia tidak peduli pada IPK, Amara. Ia peduli pada kontrol. Anda telah memenangkan Debat Internal dan kini Anda menjadi anomali yang trending di media. Bagi Surya, Anda adalah investasi yang salah urus, dan dia ingin mengoreksinya.”

“Ia menawarkan kesempatan emas,” ujarku, mengutip emailnya.

“Sebuah posisi magang, jalur cepat menuju kesuksesan korporat.”

“Pikirkan ini dalam kerangka sosiologi, Amara. Surya adalah representasi sempurna dari modalitas kekuasaan. Kekuasaan tertinggi bukanlah menindas secara langsung, tapi membuat yang tertindas merasa nyaman di dalam sangkar emas. Dia tidak menawarkan cinta, dia menawarkan kepatuhan yang dibungkus platinum.”

Aku duduk, merasa lelah hanya membayangkan pertarungan retorika malam nanti.

“Naluri Amara yang lama terhadap kemewahan sangat kuat, Pak. Saya takut naluri itu akan mengambil alih. Dia dididik untuk mencintai kemewahan. Kinara yang baru dididik untuk membencinya.”

“Itulah pertarungan sesungguhnya. Apakah Kinara yang baru cukup kuat untuk mendefinisikan ulang nilai-nilai Amara? Jika Anda bisa menolak Surya, Anda tidak hanya menolak satu pria. Anda menolak seluruh struktur yang mencoba membeli jiwa Anda.”

“Bagaimana cara menolaknya tanpa memicu permusuhan langsung yang bisa menghancurkan saya?” tanyaku.

Pak Arka tersenyum tipis. “Anda telah menguasai kritik struktural. Gunakan itu. Jangan serang dia sebagai pribadi. Serang sistem yang ia wakili. Bicarakan tentang etika, tentang utang sosial, tentang bagaimana pendanaan korporat telah meracuni tujuan utama pendidikan.”

“Bicara etika kepada Konglomerat yang hidup dari laba?”

“Tepat. Karena dia ingin tahu apakah Anda layak dibeli. Jika Anda terlalu mudah ditaklukkan dengan uang, Anda tidak akan menarik baginya. Jika Anda menantangnya secara intelektual, dia akan melihat Anda sebagai lawan yang berharga, atau mungkin seperti yang diperingatkan Sistem sebagai pasangan yang layak untuk permainan kekuasaan.”

“Jadi, saya harus bersikap dingin secara emosional, tetapi panas secara intelektual?”

“Anda harus menjadi cermin, Amara. Biarkan dia melihat pantulan moralitasnya yang bengkok melalui kritik Anda. Dan ingat, Serena pasti sudah memberi tahu Surya bahwa Anda adalah masalah. Undangan ini mungkin juga merupakan jebakan untuk mencari kelemahan Anda di luar lingkungan kampus.”

Aku mengangguk, menyerap setiap kata. “Terima kasih, Pak. Saya akan menganggap ini sebagai Ujian Akhir Sosiologi Kritis.”

Malam itu, jamuan makan malam diadakan di sebuah restoran yang begitu eksklusif hingga rasanya udara di sana pun berharga mahal. Aku mengenakan gaun yang dulu dibeli Amara mahal, elegan, tetapi tidak mencolok. Aku harus menampilkan citra Amara yang lama agar Surya tidak curiga, tetapi aku harus berbicara seperti Kinara yang baru.

Bapak Surya, Target 4, adalah pria yang elegan dan berkuasa, usianya sekitar awal 40-an. Ia memiliki tatapan yang tidak terburu-buru, tatapan yang terbiasa melihat dunia bergerak sesuai keinginannya. Ia duduk di seberang meja marmer yang panjang, dan hanya kami berdua di ruangan privat itu.

“Amara,” sambutnya, suaranya tenang dan dalam, seperti janji yang selalu ditepati.

“Lama tidak bertemu. Sejak Anda memenangkan debat itu, Anda menjadi bahan pembicaraan di lingkaran kami. Dari Antagonis Terbuang menjadi Pahlawan Kampus. Transformasi yang menakjubkan.”

“Terima kasih, Bapak Surya. Saya lebih suka menyebutnya sebagai pembersihan debit buruk,” balasku, mengambil air putih, menolak anggur mahal yang ditawarkan pelayan.

Dia tersenyum, senyum yang mencapai mata, tapi tidak melembutkannya. “Debit buruk? Itu terminologi yang menarik. Anda berbicara tentang utang judi online, bukan?”

Aku menatapnya lurus. “Saya berbicara tentang utang moral. Utang saya kepada sistem yang menipu saya, dan utang saya kepada diri saya sendiri untuk memperbaiki kesalahan itu.”

“Ah. Sosiologi Kritis. Pak Arka telah meninggalkan jejak yang mendalam pada diri Anda,” komentarnya, nada suaranya mengimplikasikan bahwa jejak itu adalah kotoran.

“Tapi mari kita realistis, Amara. Idealisme itu mahal. Realitas adalah saya yang mendanai kampus itu, saya yang memastikan infrastruktur ada, dan saya yang menjamin lulusan Anda mendapatkan pekerjaan.”

“Dan saya berterima kasih atas pendanaan itu, Bapak. Tapi saya harus bertanya, apa harga di balik pendanaan itu? Apakah mahasiswa diizinkan untuk kritis? Atau apakah mereka harus menjadi versi patuh yang diciptakan oleh Sistem Ranking?” tantangku.

Surya menyandarkan punggungnya. Ekspresinya menunjukkan ketertarikan yang tulus. “Anda tahu, Serena, saudara angkat Anda, sangat kritis terhadap Anda. Dia bilang Anda hanyalah retorika kosong yang disuarakan oleh musuh-musuh saya.”

“Serena adalah produk sempurna dari sistem yang ingin Bapak pertahankan. Dia adalah mahasiswi yang di-rank A. Saya adalah yang di-rank F. Tapi pertanyaannya, Bapak, siapa yang paling jujur tentang kegagalan sistem ini?”

“Baik. Mari kita bicara bisnis, Amara. Saya menawarkan Anda posisi. Anda bisa menjadi Kepala Komunikasi CSR kami. Anda memiliki suara. Anda memiliki narasi yang menarik. Anda bisa mengubah kampus dari dalam, dengan dukungan dana saya. Bayangkan reformasi yang bisa Anda lakukan jika Anda memiliki cek kosong di tangan Anda.”

Ini dia. Godaan kekuasaan. Kinara merasakan denyutan di dada Amara, naluri lama yang berbisik: Terima, Kinara. Ini adalah jalan keluar dari kelelahan, ini stabilitas. Sistem bergetar, Risk: 65%.

Aku mengambil napas dalam-dalam. “Tawaran yang sangat menggiurkan, Bapak Surya. Tapi saya harus menolaknya.”

Mata Surya tidak menunjukkan kekecewaan, melainkan perhitungan yang intens.

“Mengapa? Apakah Anda lebih memilih menjadi pahlawan yang miskin, daripada reformator yang didanai dengan baik?”

“Karena reformasi yang saya inginkan tidak bisa didanai oleh sumber yang menciptakan masalah itu. Anda berbicara tentang CSR Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Tapi bukankah itu hanya pelumas untuk menghilangkan rasa bersalah atas kerusakan struktural yang diciptakan oleh sistem bisnis Anda?”

Aku melanjutkan, menggunakan semua kerangka teori yang diajarkan Pak Arka. “Jika saya mengambil uang Bapak, saya akan kehilangan kredibilitas saya di mata Rendra, di mata Dimas, dan yang paling penting, di mata Pak Arka. Saya akan menjadi Antagonis Terbuang lagi, hanya saja kali ini, saya akan dibuang ke sangkar platinum.”

“Anda salah. Saya menawarkan Anda kekuatan untuk mengubah. Anda sangat kritis terhadap Sistem Ranking, bukan? Bergabunglah dengan saya, dan saya akan memberi Anda akses untuk melihat bagaimana data itu dikelola. Anda bisa mengubahnya dari puncak piramida.”

Aku menggeleng. “Puncak piramida itu beracun, Bapak. Jika saya mengubah sistem ranking, tetapi tetap mempertahankan koneksi korporat yang kotor, saya hanya akan menciptakan versi tirani yang lebih ramah senyum. Saya ingin membongkar piramida itu, bukan menjadi ratu barunya.”

Keheningan kembali menyelimuti ruangan. Surya menatapku lama, bukan dengan kebencian, melainkan dengan kekaguman yang dingin.

“Anda benar-benar berbeda, Amara. Anda terlalu cerdas untuk menjadi boneka siapapun. Bahkan boneka saya,” akunya.

“Lalu, apa yang Anda inginkan? Jika Anda menolak uang dan kekuasaan, apa motivasi Anda?”

“Motivasi saya adalah keadilan struktural. Saya ingin mahasiswa tidak lagi diukur berdasarkan potensi kepatuhan mereka pada korporasi, tetapi berdasarkan potensi kritis mereka pada dunia. Saya ingin melunasi utang Amara, bukan hanya kepada penagih utang, tetapi kepada jiwa Kinara yang lelah dan gagal karena sistem ini.”

“Sistem Ranking itu ciptaan Mastermind, Anda tahu itu?” bisiknya, menguji reaksiku.

Aku menjaga ekspresiku tetap datar. “Saya tahu. Dan saya tahu bahwa Mastermind itu memiliki koneksi ke masa lalu Anda, dan ke desa tempat asal Anda.”

Kali ini, Surya terkejut. Pertahanannya goyah sejenak. “Bagaimana Anda bisa tahu tentang desa itu?”

“Saya punya sumber data yang lebih baik daripada Serena. Saya punya kerangka sosiologis yang memungkinkan saya melihat pola yang tidak terlihat oleh mata seorang Konglomerat. Bapak, sistem itu diciptakan oleh trauma, dan didanai oleh kepentingan bisnis. Itu harus dihentikan.”

Surya tersenyum, bukan senyum bisnis, tapi senyum seorang pria yang akhirnya menemukan lawan yang setara, atau seperti yang diperingatkan sistem pasangan yang mengasyikkan.

“Baiklah, Amara. Saya menghormati penolakan Anda. Saya tidak akan menarik pendanaan saya, tetapi saya juga tidak akan memaksa Anda menjadi bagian dari tim saya. Setidaknya, belum,” katanya, mengambil jeda dramatis.

“Tapi saya harus memberi tahu Anda satu hal.”

Ia mencondongkan tubuh ke depan, merendahkan suaranya. “Anda telah memicu sesuatu di dalam diri saya yang sudah lama mati. Saya tidak hanya tertarik pada bisnis Anda. Saya tertarik pada Anda. Dan saya tidak terbiasa kalah dalam hal yang saya inginkan. Entah Anda bekerja untuk saya, atau Anda bekerja dengan saya, tetapi Anda tidak akan pernah bisa sepenuhnya lepas dari jaring saya. Itu janji.”

Surya bangkit, mengakhiri jamuan itu dengan anggun. “Selamat malam, Amara. Semoga sukses di Debat Nasional. Saya akan menonton, dan saya akan memastikan media juga menonton.”

Aku tahu ini bukan ancaman, tetapi pernyataan kepemilikan. Ia telah menanam benih romansa kekuasaan, dan kini ia akan membiarkannya tumbuh di bawah pengawasan publik.

Saat aku keluar dari restoran mewah itu, ponselku bergetar hebat. Itu bukan notifikasi sistem. Itu adalah notifikasi media sosial.

Dimas telah mulai bergerak. Meskipun dia skeptis, dia mempublikasikan potongan puzzle pertama yang kuberikan. Judulnya mendominasi semua portal berita kampus:

[BERITA EKSKLUSIF: DITEMUKAN KORELASI MENCURIGAKAN ANTARA SKOR PSIKOLOGIS MAHASISWA DAN SKOR POTENSI DEBIT JANGKA PANJANG DALAM SPU]

Tiba-tiba, Amara si Antagonis Terbuang bukan lagi hanya drama kampus. Ia adalah simbol pemberontakan digital yang kini menjadi trending topic nasional. Kinara telah berhasil membangkitkan Dimas, tetapi dengan harga yang jauh lebih mahal daripada uang: perhatian personal dari Bapak Surya.

Sistem memberikan notifikasi terakhir, memicu rasa takut yang dingin di hatiku.

[Peringatan Kritis: Misi Romansa Tersembunyi kini Terkunci. Target 4 (Bapak Surya) telah mengidentifikasi Kinara/Amara sebagai Pasangan Kekuasaan Ideal. Kehilangan kontrol diri akan mengubah tujuan misi utama dari reformasi menjadi penguasaan korporat. Risiko Kenaikan: 80%. Kinara harus segera berfokus pada Debat Nasional untuk mengalihkan perhatian publik dan mengamankan sekutu lain.]

Misi Romansa tidak dapat dibatalkan. Itu kini menjadi bagian tak terpisahkan dari konflik struktural ini. Aku kini harus bertarung tidak hanya untuk membersihkan nama Amara, tetapi juga untuk menyelamatkan jiwaku agar tidak dibeli, atau lebih buruk lagi, dicintai oleh Konglomerat yang kejam.

1
Tara
ini system kok kaga bantuin. kasih solusi kek bukan cuman ngancam aja🤭😱🫣
Tara: betul betul betul...baru kali ini ada system absurd😱😅🤔🫣
total 2 replies
Deto Opya
keren sekali
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!