Benih Tuan Impoten

Bruk

Bruk

Dengan bersamaan Riu dan Regan melempar tubuh Veronika dan Miller ke lantai. Keduanya tersenyum miring melihat tawanan mereka tampak meringis kesakitan.

"Riu...kau menyakitiku," teriak Veronika.

Riu mengedikan bahunya keatas, wanita ini sebentar lagi akan menjadi mainannya. Sudah lama sekali ia tidak melakukan eksekusi, rasanya ia tidak sabar untuk itu.

"Siapa pria ini Regan?," tanya Riu melihat pria bule yang dibawa Regan tampak babak belur.

"Dia... sudah menganggu calon istri Tuan Ibra," jawab Regan lalu memerintahkan anak buahnya untuk mengikat pria itu.

"Devi?," tanya Riu dengan kening berkerut. Sejak kapan Ibra sifatnya seperti Arsa?. Bukankah selama ini Ibra tidak pernah peduli pada wanita manapun. Dan manta istrinya saja dulu tifa pernah sekalipun ia sentuh. Ia sempat berpikir kalau Ibra itu g4y, karena istri seperti Veronika saja ia tidak berselera.

"Ya. Nona Devi," jawab Regan.

"Menganggu bagaimana?," tanya Riu.

"Dia sepertinya juga menginginkan Nona Devi," jawab Regan.

Riu menggeleng pelan, dua orang pria memperebutkan satu wanita. Dan parahnya salah satu pria itu adalah Ibra yang terkenal dengan anti wanita.

"Riu, lepaskan aku!," teriak Veronika saat anak buah Riu mengikatnya pada tiang. Apa salahnya sehingga Riu membawa ke tempat ini?.

Riu hanya menggeleng kecil sembari menatap Veronika dengan tatapan dinginnya. Andai wanita itu tidak lagi mengusik Ibra, dia tidak akan pernah berasa disini. Wanita ini benar benar sangatlah ambisius.

Riu meleleh ke belakang saat mendengar langkah kaki, ia tersenyum kecil pada Ibra yang tampak datang dengan tatapan tajamnya. Ia ingin melihat, sekejam apa Ibra pada orang-orang yang sudah mengusiknya.

"Terimakasih Riu, Regan," ucap Ibra dengan tatapan datarnya Miller.

"Ya Tuan," jawab Regan.

Sementara Riu hanya mengangguk pelan lalu mundur beberapa langkah ke belakang memberikan ruang untuk Ibra.

Ibra mendekati Miller dan Veronika yang terikat tali. Ia langsung mencengkram kuat rahang Miller dan menatap pria itu dengan tajam. Seharusnya pria ini segara di deportasi agar tidak lagi pernah datang ke negara ini. Kehadiran nya menganggu semua rencana yang duduk di susun.

"Kau kira ancaman ku saat itu main-main?. Aku sudah memperingatkan mu untuk tidak lagi menganggu calon istriku tapi kau malah tidak mengabaikan peringatanku," ucap Ibra menatap tajam Miller.

"Lepaskan?," jawab Miller.

Ibra tersenyum miring lalu melepas cengkraman tangannya dengan kasar. Ia sudah memiliki rencana untuk membuat Miller tidak bisa lagi datang ke negara ini dan mungkin saja di negaranya ia akan mendapatkan hukuman mati.

"Lepaskan aku Ibra, aku berjanji tidak akan menganggu calon istrimu lagi. Aku harus kembali ke negaraku," ucap Miller. Padahal tadi ia sudah menuju ke bandara tapi malah di bawa ke sini..

Ibra mengangguk kecil lalu mundur ke belakang lalu membisikkan sesuatu pada Regan. Ia tidak akan mengotori tangannya untuk pria seperti Miller.

Regan langsung mengangguk kecil lalu meninggalkan ruang eksekusi itu dengan langkah panjangnya. Ini benar-benar ide gila yang pernah ia lihat dari atasan.

Sementara itu Ibra meminta anak buahnya untuk melepaskan Miller namun sebelum itu memberikan beberapa bogeman mentah pada pria itu hingga wajah pria itu terlihat sedikit babak belur.

"Riu... antarkan pria ini ke Bandara!," ucap Ibra.

"Jika hanya memberikan bogeman mentah, aku rasa Regan bisa melakukan nya Ibra," sindir Riu.

Ibra tidak menjawab, ia memeluk keras pundak Miller."Tepati ucapanmu karena pria sejati itu tidak pernah mengingkari janjinya," ucap Ibra pada Miller.

"Iya Ibra," jawab Miller. Sejujurnya ia saat ini lebih takut lagi dengan ancaman Kakaknya yang akan memecatnya dari perusahaan jika ia tidak kembali hari ini. Untuk Devi, ia akan merebutnya nanti dari Ibra.

Akhirnya Ibra melepaskan Miller dan membiarkan pria itu kembali ke negaranya. Namun senyuman di bibir Ibra terlihat mengerikan, entah rencana apa yang tengah dipersiapkan nya untuk Miller.

"Kau melakukannya dengan baik Regan?," tanya Ibra.

"Sudah Tuan, saya juga sudah mengatakan nama orang yang akan membawakan barang pesanannya," jawab Regan.

"Bagus," angguk Ibra.

Kini ia beralih menatap Veronika yang juga terikat tali. Dan tanpa banyak bicara Ibra mengambil senjata apinya lalu menodongkannya pasa Veronika. Ia tidak akan lagi membiarkan wanita ini berkeliaran bebas.

"Ibra... jangan!," teriak Veronika. Ia tidak mau mati sekarang. Bagaimana dengan anaknya, siapa yang akan merawat anaknya nantinya. Sedangkan kedua orangtuanya tidak sudi sedikitpun memiliki cucu yang terlahir dari hubungan terlarang.

Namun teriakan Veronika tidak berguna lagi baginya. Dalam hitungan detik suara tembakan bergema di ruangan itu.

"Urus dia!," ucap Ibra pada Regan.

"Baik Tuan...," jawab Regan.

****

Ibra tersenyum puas melihat pemberitaan yang ditayangkan di televisi. Seorang pria asing ditangkap karena membawa 500kg sabu dan pil ekstasi di dalam tasnya. Pria itu tidak lain adalah Miller.

Ibra mematikan layar televisinya lalu menghubungi pihak kepolisian menanyakan kebenarannya. Dan semua rencananya berjalan dengan lancar, Miller terancam dideportasi dan akan diproses hukum di negaranya. Ancaman mati atau hukuman seumur hidup sudah mengintai pria itu.

"Daddy....," seru Zion memasuki apartemen Ibra sembari berlari kecil.

"Hai boy, mana adikmu?," tanya Ibra karena ia hanya melihat Zion datang sendirian.

"Zoey sama Mommy," jawab Zion.

Zion langsung naik keatas pangkuan Ibra dan memeluk Daddy-nya itu dengan erat."Daddy keren," ucap Zion.

Ibra terkekeh menduga pujian yang dilontarkan sang anak."Kamu anak Daddy juga keren dan pintar," jawab Ibra mencubit pipi Zion dengan gemas.

"Aku kak anaknya Daddy," jawab Zion.

"Iya benar. Kau itu anak Daddy," jawab Ibra.

"Daddy apakah dia akan dihukum mati?," tanya Zion menyadarkan punggungnya pada dada bidang Ibra.

"Mungkin," jawab Ibra.

"Dan yang terpenting dia tidak akan bisa kembali lagi ke negara ini," ucap Ibra.

"Aku dan Zoey tidak menyukainya Dad, dia itu jelek," ujar Zion. Maksud dari perkataan Zion jelek itu adalah sifat Miller yang sudah ia ketahui yang membuatnya mencap pria itu jelek.

"Ya...," angguk Ibra.

Sementara itu di rumah sakit Veronika mengalami koma setelah mendapat luka tembakan di kepalanya. Ada seseorang yang menolong wanita itu setelah di buang oleh Regan namun Dokter mengatakan untuk sembuh total kemungkinan tidak ada. Jika Veronika pulih ia akan mengalami kehilangan ingatannya dan juga lumpuh permanen.

Kedua orang tua Veronika terkejut mendengar keterangan dari Dokter. Ia tidak menyangka ada yang tega melakukan hal ini pada anaknya. Setelah perceraiannya enam tahun yang lalu dari Ibra, anaknya menjadi ibu tunggal untuk cucunya yang terlahir mengalami kelainan jantung.

Tapi sekarang, anaknya mengalami cacat seumur hidup dan terancam kehilangan ingatannya. Kini semuanya sudah hancur, kekayaan yang mereka miliki sudah lenyap dan kini anak mereka membutuhkan banyak uang untuk menjalani pengobatannya.

"Bagaimana dengan Faraz, Pak. Kita tidak mungkin bisa membesarkan nya dengan keadaan kita sekarang ini," lirih Marni pada suaminya.

"Nanti kita pikirkan Buk," jawab sang suami terdengar lirih.

...****************...