"Dimana ini? kenapa semuanya sangat bobrok? uuhh.. badan ku sakit sekali, " lirih Sherina yang mendapati tubuh nya berbaring di atas jerami.
"Kakak lihat, wanita kejam itu bangun kembali, apakah dia akan memukul kita lagi? " suara bisikan seorang anak kecil itu terdengar oleh Sherina, mereka mengenakan pakaian lusuh compang-camping, dengan tambalan di sekeliling nya.
"Mahkluk apa itu? kenapa mereka tampak seperti Monyet, " gumam lirih Sherina.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Makmisshalu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab-34. Rumah Baru, Bencana Akan Datang
Tak terasa dua bulan telah berlalu dengan cepat.
Sherina dengan ke lima anak nya melewati dua bulan itu tidak begitu mudah.
Mereka selalu harus di libatkan beberapa perkara dengan Nenek Sarah.
Namun Sherina tak patah semangat, tak. kurang akal.
Sherina selalu bisa mengatasi Nenek Sarah dengan cara nya sendiri.
Meski semuanya terasa membosankan, Sherina tak pernah mengeluh.
Dia selalu melewati semuanya dengan senyuman.
Sherina juga mengajari anak-anak nya agar menjadi kuat.
Sherina tak ingin anak-anak nya mudah ditindas oleh orang lain.
Alina pun kini telah berubah, di saat ada Nenek Sarah dia sudah tak setakut dulu.
Dan kini rumah mereka telah selesai di bangun, mereka hidup nyaman tanpa kekurangan.
Sejak pembagian daging babi pada warga, Sherina pun semakin di kenal oleh warga desa.
Banyak orang menyanjung Sherina, apalagi kini rumah Sherina adalah rumah termegah di desa itu.
Sherina juga tak segan membantu orang lain di saat membutuhkan pertolongan.
Maka namanya semakin di kenal, semakin di sanjung, semakin banyak juga orang-orang yang menyayangi Sherina.
"Kakak, apa Paman benar-benar tak akan kembali? dia sudah pergi begitu lama, dia pun tak memberikan kabar kepada kita" Alena mengharapkan Paman nya itu segera kembali.
Dan tanpa sepengetahuan Sherina ternyata anak-anak nya itu selalu menantikan kedatangan seseorang.
"Apa kata orang-orang itu benar adanya, kalau Paman telah tiada?" Alina juga ikut menimpali ucapan Alena.
Ini sudah terlalu lama, setidaknya nya mereka mengharapkan kabar tentang Paman nya itu.
"Kalian, jangan berpikiran yang tidak-tidak.. yakin lah kalau Paman baik-baik saja" Zovan selalu berusaha tenang, dan selalu mencoba menenangkan adik-adik nya itu.
Padahal dia sendiri nya pun tak tenang, dalam benak nya menumpuk berbagai macam pertanyaan berikut jawaban yang di jawab nya sendiri.
"Jika seandainya Paman kembali.. apa kita akan meninggalkan Ibu??" Zivan sudah menyayangi Sherina sebagai ibu nya sendiri.
Sudah terlalu banyak hal yang mereka lewati, Sherina juga memperlakukan mereka dengan baik.
Rasa sedih itu pasti akan ada, jika nanti nya mereka akan berpisah.
"Jika Paman tak kembali, dan kita selalu bersama nya, maka.. rasa ini akan semakin besar, aku tak yakin jika nanti aku dapat berpisah dengan nya" Zovan juga merasakan hal sama seperti Zivan
Mereka menganggap Sherina seperti ibu kandung mereka sendiri.
Apalagi, selama hampir empat tahun terakhir mereka sudah tak merasakan kasih sayang seorang ibu dalam hidup mereka.
"Tapi.. jika Paman berhasil, kita akan tetap kembali pada keluarga kita masing-masing" Zevan mengingatkan adik-adik nya jika mereka tak akan mungkin akan selalu bisa bersama dengan Sherina.
Tak ada suara, mereka tak berani menyuarakan isi hati mereka lagi.
Jika mereka boleh meminta sesuatu yang lebih!! boleh kah mereka meminta ibu mereka itu hanya Sherina saja.
Begitulah suara angan ke egoisan yang kini memenuhi benak mereka.
…………………………………………………
"Nona.. lihat lah gunung salju sebelah kiri itu, jarak nya lumayan dekat, beberapa hari kedepan juga waktunya turun salju.. sebaiknya Nona berhati-hati" suara sistem memecah keheningan.
Kini Sherina sedang berada di gunung, karma keseharian Sherina memang suka perburu ke gunung.
Semasa hidupnya dulu Sherina sangat menyukai ke asrian alam.
Dan saat dia terdampar ke dunia novel ini, sang author menciptakan keindahan alam melimpah.
Jadi Sherina benar-benar menikmati kehidupan nya disini.
"Berhati-hati!! memang nya ada apa??" Sherina melihat gunung salju itu indah, tak ada bahaya yang terlihat oleh Sherina.
Desa tempat tinggal Sherina di himpit beberapa gunung, dan dia tinggal tepat di bawah gunung-gunung tersebut.
"Nona beberapa hari lagi akan ada hujan salju, ada kemungkinan akan ada bencana alam.. Nona harus membuat beberapa persiapan, Nona juga harus memberitahukan masalah ini pada tetua desa".
Sistem dapat mendeteksi adanya bahaya, sebelum terlambat sistem tak ingin Nona nya celaka.
"Kenapa harus ada adegan bencana?? bukan kah di novel itu tak ada bab seperti ini!!" Sherina masih ingat setiap isi bab nya.
Di novel itu sama sekali tak tertulis adanya bencana alam.
"Bukan kah saya sudah bilang kepada Nona.. sang author merubah beberapa alur di ceritanya, jadi ada kemungkinan akan banyak hal baru yang tak Nona ketahui".
Alur nya memang sudah berubah semenjak Sherina memasuki dunia novel ini.
"Sialan!! aku harus segera kembali, aku harus menyusun perencanaan agar tidak terlalu banyak korban" menemui para tetua itu jalan tepat saat ini.
Tak ingin semuanya terlambat Sherina langsung menuju ke rumah Lizeng saja, jika Sherina pulang dulu, maka akan sulit dirinya untuk keluar rumah kembali.
"Kakek.. Kakek Lizeng.. apa kamu ada di rumah??" Sherina mengambil langkah cepat agar tujuan nya segera selesai, di rumah Lizeng tampak sepi jadi Sherina tak berani masuk, sherina hanya memanggil Kakek Lizeng dari luar rumah nya.
"Sherina... ada apa Nak??" istri Kakek Lizeng Nenek Rumi menyambut kedatangan Sherina dengan ramah.
"Nenek aku mempunyai keperluan dengan Kakek, apa Kakek nya ada di rumah??" langsung saja Sherina pada tujuan nya, karna Sherina tak mau membuang banyak waktu.
"Ada, ada, ayo masuk dulu" Nenek Rumi membawa Sherina masuk ke dalam rumah nya.
"Sherina ada apa??" kebetulan Kekek Lizeng mau keluar rumah jadi Sherina bertemu dengan nya sebelum masuk ke dalam rumah.
"Duduk dulu Sherina.. " di luar rumah Kakek Lizeng terdapat kursi, jadi Sherina duduk di sana saja.
"Begini Kakek.. barusan saya baru turun dari atas gunung, saya melihat... " semua yang di katakan sistem Sherina sampaikan lagi pada Kakek Lizeng, satu ucapan pun tak Sherina kurangi.
Kakek Lizeng berikut Nenek Rumi tampak terkejut dengan kabar dari Sherina, mereka lupa jika sebentar lagi akan musim salju.
"Ya dewa... mengapa aku se ceroboh ini?? untung kamu mengingat ku Sherina, sebenarnya tahun kemarin juga banyak korban dari bencana itu".
"Para warga menderita kelaparan, karna pembekalan mereka habis tertimbun salju!! panen pun tak bisa jika musim salju tiba belum lagi akses menuju kota selalu sulit karna terhalang beberapa kendala"
Masih Kakek Lizeng ingat, warga desa nya banyak yang meninggal di tahun kemarin, dan Kakek Lizeng tak mau bencana serupa kembali terulang.
"Kakek.. bisa Kakek kumpulkan para warga? aku mempunyai rencana, agar kita semua tidak terlalu kesulitan saat badai salju kembali datang".
Sepanjang perjalanan pulang Sherina menyusun banyak rencana di benak nya, Sherina akan memberikan solusi agar mereka semua selamat.
"Tentu bisa.. Kakek akan senang jika kamu memiliki rencana untuk mengatasi bencana itu, ayo kita pergi ke aula desa".
Jika Sherina mempunyai jalan keluar maka Kakek Lizeng tidak akan terlalu di yekan oleh beberapa warga desa.
Tong
Tong
Tong
Setelah pentungan itu di bunyikan oleh Kakek Lizeng, pada warga langsung berkumpul di aula desa kebetulan hari sudah sore, jadi para warga sudah berada di rumah.
"Ada apa ini??"
Bersambung.. semoga kita ketemu lagi di bab selanjutnya👋👋.