NovelToon NovelToon
Bukan Istri Kedua

Bukan Istri Kedua

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Lari Saat Hamil / Cinta Terlarang / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Obsesi / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: Fitri Widia

Hidup tak berkecukupan, memaksakan Alana mengubur impiannya untuk berkuliah. Dia akhirnya ikut bekerja dengan sang ibu, menjadi asisten rumah tangga di sebuah rumah cukup mewah dekat dari rumahnya. Namun masalah bertubi-tubi datang dan mengancam kehidupan dirinya dan sang ibu. Dengan terpaksa dirinya menerima tawaran yang mengubah kehidupannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Widia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rencana Aravind

Perselisihan dalam rumah tangga Aravind dan Jeselyn semakin memanas. Kesabaran Aravind sudah mencapai batas untuk selalu mengalah dari istrinya. Keegoisan yang terus tumbuh dalam diri Jeselyn, menjadi diri dalam pernikahan mereka.

"Kau selalu menuntut ku untuk memberikanmu keturunan. Tapi kau tak sadar jika dirimu terlahir dari benih Tuan Bara, pria yang bahkan tak cukup hanya satu wanita," ucap Jeselyn yang kesal dengan sumber masalah dari pertengkaran mereka, seorang anak.

"Apa hubungannya Jeselyn, semua anak tak selalu menuruti sifat orang tuanya. Aku pria berprinsip, tahu mana yang baik dan buruk demi menjaga image ku sebagai pemimpin perusahaan," timpal Aravind dengan penuh amarah yang di samakan oleh sang istri dengan ayah kandungnya yang mata keranjang.

"Sudah ku katakan, tunggu setahun dia tahun lagi. Setelah promo tour ku rampung. Kalau aku hamil dalam waktu dekat, maka brand milikku akan tersisihkan dan bisa saja lenyap dari pasaran. Sebagai founder dan juga owner aku harus aktif, kehamilan hanya akan menghambat semua puing-puing kesuksesan yang sudah ku bangun selama 3 tahun ini."

Jeselyn berlalu meninggalkan Aravind yang hanya menatapnya dengan emosi. Rasa cintanya, menumbuhkan sikap egois yang kini menjadi racun dalam tubuhnya. Pelan-pelan, sifat Jeselyn bisa menghancurkan diri dan juga pernikahan yang baru berumur 3 tahun itu.

Sulit rasanya mengatakan pada sang ibu, jika menantu kesayangannya tak bisa memberikan harapan terbesarnya untuk menimang seorang cucu. Langkahnya berat saat arah kaki menuju pintu rumah, dan melihat senyum sang ibu yang penuh harap.

"Tak apa, mungkin dia belum siap."

Ucapan Yuniar yang terdengar ikhlas, melukai perasaan Aravind sebagai putra semata wayangnya.

Pria itu mencoba mengalihkan pandangan, agar sang ibu tak melihat matanya yang merah karena menahan tangis. Dia pun berjalan menuju ruang kantor milik ayahnya, dan memeriksa beberapa berkas perusahaan dan pabrik yang nanti akan di wariskan padanya.

Sambil mengutak-atik laptop di sana, Aravind menemukan sesuatu yang ternyata selama ini ayahnya sembunyikan.

Pria berusia 27 tahun itu, segera berpamitan pada ibunya. Dirinya tengah merencanakan sesuatu yang bisa saja menghancurkan keegoisan Jeselyn.

"Apa kau sudah merengek pada mamamu jika menantu kesayangannya belum bisa memenuhi harapannya?" Ledek Jeselyn yang membuat Aravind menunjukan seringainya.

"Kenapa aku harus berlutut dan mengharap darimu, jika dalam kehidupan sosial pun pria bisa memiliki anak dari wanita lain. Dan itu tetap bisa di terima di lingkungan kita, Jeselyn."

"Apa maksudmu Aravind? Kau akan mencari wanita lain untuk mengandung dan melahirkan anakmu?" Tanya Jeselyn dengan raut wajah khawatir.

"Iya, bagaimana jika seperti itu? Aku bisa memenuhi impian mama dengan memberikannya cucu. Dan kau bisa menggapai kesuksesanmu tanpa terganggu oleh keinginanku. Pertukaran yang adil kan?"

Jeselyn tak menyangka dengan ucapan suaminya. Pria yang bahkan dulu berlutut untuk bisa mendapatkan cintanya, kini dengan berani menantangnya.

"Baiklah, jika memang itu yang kau mau. Aku akan mengijinkan mulai. Tapi dengan satu syarat, wanita itu tak boleh lagi menunjukan barang hidungnya pada kita saat dia pulih setelah melahirkan," jawab Jeselyn tenang sambil mengajukan beberapa syarat pada suaminya.

Aravind menyetujui persyaratan yang di berikan Jeselyn, karena dirinya pun tak mungkin bisa membagi hati dan cintanya terhadap wanita lain. Jeselyn tetaplah ratu yang memenangkan hatinya.

•••

Rasa nyaman yang Revan berikan, membuat Alana terbuka tentang kehidupannya. Bagaimana dia kehilangan sang ayah di usia muda, sampai akhirnya ibu yang mencekam di balik jeruji besi.

Alana tak peduli jika nantinya Revan menjauhi dirinya, karena perbedaan status sosial yang begitu jauh. Namun, keterbukaan Alana justru membuat hubungan mereka semakin dekat.

Bahkan pria itu terang-terangan memberikan perhatian pada Alana di depan karyawan lain. Wulan, yang justru dari awal terang-terangan mengakui rasa sukanya pada Revan, merasa terkhianati oleh Alana. Gadis itu tak bisa menyembunyikan rasa cemburunya, dan terkesan memusuhi Alana.

"Jadi, kau sekarang terang-terangan jika sedang menjalin hubungan dengan Alana?" Tanya Sita yang dari awal sudah menebaknya.

"Aku sedang pendekatan, kami berdua sama-sama nyaman dan memiliki nasib yang hampir sama. Sepertinya, kami akan saling melengkapi jika menjalin hubungan yang serius kedepannya."

Sita tersenyum walau hatinya sedikit sakit, gadis tomboy itu sudah lama memendam rasa suka pada sahabatnya. Namun, dia tahu jika itu akan menjadi cinta sepihak yang tak ada ujungnya.

"Selamat atas hatimu yang telah terbuka, yang awalnya takut menjalin hubungan karena rasa trauma. Kini kau sudah menemukan gadis yang bisa melengkapi hidupmu," ucap Sita sambil memberikan jabatan tangan sebagai tanda selamat.

Revan memperhatikan gadis yang kini sedang dekat dengannya. Diam-diam, dia menyenggol punggung Alana yang sedang merapikan beberapa alat keperluan salon.

"Pak Revan, ada apa?" Respon Alana yang sedikit cuek.

"Kau sangat serius, bahkan di jam pulang pun."

Alana hanya diam, sikapnya yang berubah dalam semalam membuat Revan curiga.

"Kenapa? Ada yang mengganggumu, atau karena aku?" Tanya Revan yang tak nyaman melihat sikap Alana.

"Itu bukan salahmu, tapi salahku. Aku tak menyadari jika itu kenyataan bukan candaan."

"Apa maksudmu? Aku tak mengerti?" Tanya Revan yang tak mengerti maksud dari ucapan Alana.

"Kak Wulan, selama ini dia memang benar-benar menyukaimu. Godaannya di balik candaan, terselip rasa serius yang bahkan tak bisa aku ataupun kamu lihat Pak Revan."

Revan akhirnya mengerti kenapa sikap gadis yang disukainya berubah. Alana merasa tak enak hati karena tak bisa menjaga perasaan tekan kerjanya.

"Itu bukan salahmu, dan itu juga bukan salahku jika aku tak bisa membalas perasaannya."

Alana hanya bisa menghela nafas, rasanya tak akan nyaman jika bekerja dengan keadaan seperti ini. Rasa bersalah akan terus menghantui dirinya karena sikap baik Wulan padanya selama ini.

"Sudahlah, kau tak perlu memikirkannya. Dan mulai sekarang jangan panggil aku Pak Revan. Panggil saja aku Mas Revan, atau hanya Revan," pintanya yang juga diikuti anggukan kepala Alana. Pria itu mengusap lembut rambut gadis yang tak di sangka telah mencuri hatinya.

Kesibukan di salon akhirnya membuat Alana ataupun Wulan melupakan masalah yang mereka hadapi, hanya masalah waktu akhirnya Wulan bisa menerima kenyataan jika dari awal Revan tak pernah bisa membalas rasa sukanya.

Sikapnya pada Alana pun kembali seperti dulu, tak lagi meliriknya dengan tatapan benci. Bahkan sekarang dirinya meledek Alana yang sedang pendekatan dengan atasannya.

"Kalau kau berjodoh dengan Pak Revan, maka aku akan minta naik gaji sebagai restu untukmu," ucap Wulan yang membuat semua pegawai salon tertawa.

Alana hanya bisa menggelengkan kepalanya, lalu ikut tertawa karena candaan Wulan.

Dalam perjalanannya menuju kantor polisi, Alana di kejutkan dengan sebuah mobil yang tiba-tiba berhenti di hadapannya. Pintu mobil pun terbuka, dan sosok Aravind turun menghampiri Alana.

"Bagaimana kabarmu, mantan calon ibu tiriku? Sepertinya ibumu belum bisa menemukan bukti kalau dia tak bersalah. Sayangnya aku punya buktinya," ucap Aravind mencoba menarik perhatian Alana.

"Maksud tuan, tuan punya buktinya? Tolong bebaskan ibuku, aku yakin dia tak bersalah," mohon Alana yang membuat Aravind menyeringai. Gadis ini akan dengan mudah jatuh dalam jebakannya.

"Aku akan membebaskan ibumu, tapi ada syaratnya!"

"Apa syaratnya tuan?" Tanya Alana antusias.

Aravind berbisik pada telinga gadis itu, yang membuat raut wajah Alana berubah.

1
Randa kencana
Ceritanya sangat menarik
Fitri Widia: Terima kasih 🥺🙏
total 1 replies
partini
waduh waduh imbalannya tempik
partini
ibunya lagi main kah
partini
good
Fitri Widia: terimakasih 😊
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!