Grace Li selalu mencintai Ethan dalam diam. Tak pernah berani berharap, sampai takdir mempertemukan mereka dalam sebuah pernikahan yang terpaksa harus mereka jalani.
Sayangnya, meski Grace Li adalah istri sah, hatinya bukanlah tjuan cinta sang suami. Semua kasih sayang lelaki itu justru tertuju pada adiknya.
Namun, bukankah waktu bisa mengubah segalanya? Akankah pernikahan tanpa cinta ini prlahan melahirkan rasa yang tulus?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
VILLA PARA MANTAN
“Ok!” jawab General Manajer MG Models.
Sean pun tersenyum puas sambil memikirkan cara bagaimana mematahkan jurus-jurus modus Ethan nanti.
Persiapan pun dimulai dengan cepat, Villa yang akan menjadi tempat acara adalah salah satu Villa besar milik Ethan di Hangzhou. Villa ini baru saja selesai dibangun atas perintah Kekek Mo waktu itu. Hanya saja belum sempat memberikan langsung kepada siapa, dia sudah lebih dulu pergi meninggakan semua harta dan keluarga.
Persiapan pun tidak memakan waktu lama, dalam beberapa hari saja malah sudah rampung. Pada saat ini, Sarah mencoba bincara lagi kepada Ethan. Membujuknya entah untuk yang keberapa kali agar Ethan membatalkan niatnya untuk ikut Reality Show, “Cinta bekas, rasa masih!”
“Jika tidak mau membatalkan. Apakah boleh aku ikut masuk ke acara itu. Bukan sebagai peserta tapi hanya sebagai bintang tamu!” rengek pinta Sarah.
Ethan terlihat masih serius membaca berkas laporannya, tidak melirik Sarah sama sekali. Sarah mulai sedikit kesal. “Kak Ethan!” panggilnya dengan sedikit nada ketus marah. “Kau ini mendengarkan aku tidak!”
Ethan meletakan penanya, rahangnya sedikit mengeras. Menarik satu kali tarikan napas. Dalam sekejap wajahnya pun kembali memperlihatkan kelembutan yang seperti sebelumnya. Dia berdiri, mendekati Sarah. Mencoba untuk menenangkan gadis itu.
“Bukankah sudah ada beberapa jadwal Syuting?” Ethan berkata dengan lembut kepada Sarah.
“T-tapi itu beda, tidak ada Kak Ethan di sana!” kata Sarah merajuk lagi.
Ethan meraih pinggul ramping Sarah seraya berkata lagi, “Bagaimana jika kau mengirimkan Food truck, tanda aku memberi dukungan kepadamu!”
Sarah nampak berpikir sejenak. Lalu langsung memeluk Ethan, “Ok, ikut pengaturanmu saja!”
Ethan megusap lembut puncak kepala Sarah. Setidaknya untuk saat ini, dia hanya melihat ini sebagai satu-satunya cara untuk menenangkan hati gadis itu. Pembujukan selama berhari-hari akhinya selesai hanya dengan janji mengirimkan satu food truck untuk sarah.
Hari-hari tenang menjelang Syuting reality Show pun dilewati Ethan dengan tenang. Beberapa hari kemudian, pada akhirnya waktu syuting pun tiba.
Di kediaman Mo, sinar matahari mulai menembus tirai tipis. Di ruang tamu, koper dan tas perlengkapan sudah berjejer rapi. Suasana rumah terasa sedikit riuh. Nathan sang asisten sibuk memastikan semua perlengkapan tidak ada yang tertinggal,
Pada Saat inidi rumah Grace, dikamar , terdengar suara hair dryer dan aroma parfum yang khas menguar, menandakan diatengah bersiap. Di meja makan, sarapan cepat sudah disiapkan, sekadar roti dan kopi panas. Namun, tak banyak yang disentuh karena waktu semakin mepet.
Ethan dan Grace sama-sama berangkati sendiri ke lokasi. Sementara saat ini, ponsel berdering terus-menerus, dari manajer hingga kru produksi yang berteriak-teriak memananggil para tim.
“Oke, lima menit lagi jalan,” jawab Sutradara sambil menatap jam tangannya yang sudah menunjukkan hampir pukul tujuh pagi.
Supir produksi sudah siap di balik kemudi, dan begitu koper dimasukkan ke bagasi, suasana semakin terasa nyata, syuting hari ini benar-benar dimulai. Jalanan pagi terasa padat, Mobil melaju meninggalkan kota, membawa seluruh harapan, rasa lelah, dan kegembiraan menuju lokasi syuting yang sudah menunggu, di mana cerita masa lalu akan kembali hidup di depan kamera.
Grace dan Ethan tiba bersamaan denga para Tim yang lainnya. Mereka semua terheran, tidak berjanji tentang jam kedatangan, namun mereka semua tiba secara bersamaan.
Pada saat ini kabut tipis turun di atas danau Hangzhou pagi itu. Vila “Nona Muda Pertama” berdiri di tepi air, tembok putih dan atap hitam khas arsitektur Jiangnan memantulkan bayangan di permukaan danau yang tenang.
Burung-burung camar melintas, seolah ingin ikut menyaksikan acara paling absurd musim ini “Cinta Bekas, Rasa Masih.”
Tiga pasangan mantan suami istri baru saja tiba, sebagian masih menahan canggung, sebagian lagi pura-pura sibuk dengan ponsel. Di antara mereka, Grace Li dan Ethan Mo menarik perhatian paling besar.
Hari ini Ethan mengenakan kemeja putih sederhana namun. Tidak memudarkan ketampanannya, sementara Grace dengan dress biru muda Hari pertama adalah perkenalan dan pembagian kamar. Setiap pasangan diminta tinggal satu Atap. Tentu saja dengan dua kamar terpisah.
Kamera tersembunyi di tiap sudut rumah siap merekam momen canggung, salah tingkah, atau bahkan perdebatan kecil yang akan jadi bahan viral besok pagi
Area villa ini memiliki area utama dan beberapa paviliun kecil dengan dua kamar, ruang tamu, dapur dan teras depan, belakang. Ethan dan Grace mendapatkan paviliun yang menghaadap taman bambu, dengan suara gemericik air dari kolam koi.
Dua pasangan lainnya, ditempatkan di Villa yang fasilitasnya tidak jauh beda, yang membedakan hanyalah emosi dari masing-masing peserta. Syuting perdana belum dimulai, tapi percikan api malah sudah terpatik.
Sean langsung mengambil koper Grace ketuka melihat Ethan ingin membawakannya. “Biar aku saja,khawatir nanti pinggangmu encok mengangkat yang berat-berat!”
Ethan memicingkan matanya melihat lengan kekar Sean. Wajahnya langsung memerah ketika membayangkan Grace berada di dalam pelukan tangan kekar itu. “Tidak… tidak bisa, kau tidak bisa memeluknya sembarangan!”
Ethan langsung bergerak cepat, mengambil koper Grace dari tangan Sean. “Kau pikir aku setua apa Hah! Tidak mampu hanya mengangkat koper ini!”
Keduanya saling Tarik menarik koper, tidak mau melepaskan, saling tidak mau kalah. “Ini bukan kopermu!” kata Sean.
“Ini juga bukan kopermu!” kata Ethan sambil mencoba merebut sekuat tenaga,
Grace langsung meletakan kopinya, ketika melihat dua pria itu sedang memperebutkan kopernya. “Berhenti berebut!” kata Grace.
Mereka berdua masih saja adu kekuatan, mengabaikan perkataan Grace. “Kalau kalian berdua jatuh cinta kepada koper ini, aku bisa jadi saksi pernikahan kalian dengan si koper!” ujar sarkas Grace.
Keduanya langsung merasa konyol ketika mendengarkan perkataan Grace. Mereka pun langsun melepaskan koper itu. Keduanya berdehem gugup dan canggung.
Grace memicingkan matanya seraya menarik dan menggeret kopernya. Berjalan melewati keduanya sambil berkata, “Dasar kekanakan!”
Kedua pria itu terdiam, lalu saling memandang dan memicingkan mata. Ethan tersenyum sarkas, lalu berkata. “Aku pemeran utama. Sedangkan kau hanya pembantu…!”
“Eum... maksudku hanya peran pembantu!” Kata Ethan lagi seraya menepuk tepuk bahu Sean, lalu masuk ke paviliun dengan senyuman mengejek lalu menutup pintunya tepat di depan wajah Sean.
Sean mendesah kesal, rasa-rasanya dia langsung ingin meninju dan menendang Ethan. Pada saat ini, Grace sedang ada di kamarnya, menata baju-bajuanya di lemar. Pintu kamar sedikit terbuka, Ethan memandangi dengan tatapan teduh, Dalam hati dia merasa seperti baru saja mendapatkan Grace yang kembali pulang kepadanya.
Kamera bergerak cepat menangkap ekspresi Ethan. Kru masih bersiap, tapi kamera pintar sudah mulai merekam acaranya.
Ethan..kalau kamu mau Grace berarti kamu harus buang si Sarah..jangan jadi orang serakah
udah Sean..kamu sama Cheryl saja 🤭
ethan cinta tapi masih kerantai sarah...
nania suka adiknya,disukai kakaknya...ibunya nathan yg menang,,,😂😂