Suamiku, dia tidak selingkuh tapi membuat aku kesepian. Dia tidak jahat tapi dia membuat aku terluka akan sikap acuhnya. Dia tidak kasar tapi dia selalu menyepelekan segala hal tentang perasaanku dan lebih sibuk dengan ponselnya daripada bersenda gurau denganku. Aku kesepian, namun aku selalu menyemangati diriku sendiri hingga aku bertemu dengan Zavran, teman sekolahku dulu yang pernah menyatakan cinta padaku namun aku tolak karena aku pikir suamiku lah pria terbaik untukku.
Setelah pertemuan tak sengaja, kami mulai berhubungan. Kami saling suport hingga membuat aku tidak menyadari akan perasaan ini. Aku nyaman bersamanya, aku merasa di perhatikan olehnya, aku merasa di hargai dan di sayangi. Rasa yang tidak pernah aku dapatkan dari suamiku sendiri.
Lalu bagaimana aku memendam perasaan ini? Apakah aku akan menyerah pada perasaan ini? Ikuti kisahku hanya di sini.
Terima kasih
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon swetti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DI SAYANG MERTUA
Sesuai rencana, Yulia bertamu ke rumah kedua orang tua Zavran pagi ini. Ia ingin mengorek informasi dari mantan kedua mertuanya, namun mereka kompak untuk bungkam. Bu Ranti dan pak Antok tidak mau Yulia mengganggu kehidupan Zavran lagi. Zavran sudah bahagia bersama Dera.
Di ruang tamu, Yulia terus mendesak kedua mertuanya.
" Ayah ibu, aku sangat sangat menyesal telah meninggalkan mas Zavran. Aku ingin kembali bersamanya bu, aku yakin mas Zavran masih mencintaiku. Masalah Dera, aku anggap itu hanya kecelakaan. Aku akan memaafkannya ayah, ibu. Jujur, aku masih mencintai mas Zavran. Aku ingin kembali hidup bersamanya." Pinta Yulia memasang wajah memelas.
" Tidak Yulia, kau salah." Ucap bu Ranti. " Sebenarnya dari dulu Zavran hanya mencintai Dera bukan kamu. Dulu saat Zavran mengatakan cintanya kepada Dera, Dera menolaknya. Zavran frustasi saat itu, apalagi setelah melihat Dera menikah dengan pria lain. Hati Zavran hancur Yulia. Ibu rasa kamu hanya ia jadikan pelampiasan saja. Buktinya, meskipun dia menikah denganmu tapi Zavran tidak pernah sekalipun melupakan Dera. Dan kini Tuhan menjawab doa doa mereka. Mereka di persatukan Tuhan meksipun dengan cara yang salah. Jadi ibu harap, kamu tidak lagi mengganggu hubungan mereka. Mereka berdua sudah bahagia Yulia. Ibu harap kamu bisa mengerti." Imbuh bu Ranti.
Bu Ranti menyenggol pak Antok, " Ayo yah, kita masih banyak pekerjaan."
Kedua orang tua itu meninggalkan Yulia sendiri di ruang tamu.
" Argh sial!!!! Aku tidak bisa mengorek informasi apapun kecuali tentang hubungan mereka berdua. Aku tidak menyangka kau mencintai Dera sedalam ini mas. Tapi aku tidak akan menyerah, aku pasti akan menemukan kalian dimana pun kalian berada."
Yulia beranjak pergi dari rumah itu. Pak Antok dan bu Ranti bernafas lega.
" Bagaimana ini yah? Bagaimana kalau Yulia sampai menemukan tempat tinggal Zavran yang sekarang. Ibu tidak mau sampai dia mengganggu hubungan Dera dan Zavran. Ibu tidak mau kehilangan cucu dan menantu ibu." Ujar bu Ranti nampak khawatir.
" Jangan khawatir bu! Hubungan Zavran dan Dera pasti baik baik saja. Kita kasih tahu Zavran saja supaya dia bisa berjaga jaga." Sahut pak Antok.
" Ayah benar, ibu telepon Zavran dulu." Ujar bu Ranti.
**
Di dalam kamar, Dera nampak duduk di tepi ranjang. Kakinya menjuntai ke lantai, sedangkan Zavran berlutut di depannya. Zavran mengelus perut Dera yang sudah mulai terlihat buncit. Ia mencoba untuk berkomunikasi dengan calon anaknya.
" Anak papa sedang apa di dalam sini? Lagi bobok atau lagi main nih? Kalau lagi main, papa kok nggak di ajak sih. Papa kan juga mau main bareng sama adek." Ujar Zavran seolah sedang berbicara dengan anaknya di dalam sana.
" Adek lagi tidul papa. Besok kalo adek udah lahil, kita main baleng ya pa." Sahut Dera menirukan suara anak kecil.
Zavran mendongak menatap Dera, tiba tiba Dera tertawa.
" Ha ha ha lucu juga ya mas. Aku nggak bisa ngebayangin gimana gilanya aku saat sedang berbicara dengan anakmu nanti. Aku pasti seperti orang gila yang berbicara sendiri." Ujar Dera.
" Ya nggak gila juga sayang. Wajar lah kalau punya anak kecil itu pasti banyak ngomong sendiri. Kalau kita diam aja, gimana anak kita bisa bicara." Sahut Zavran.
" By the way, kamu penginnya punya anak laki laki apa perempuan mas?" Tanya Dera menunduk menatap Zavran.
" Mau laki laki atau perempuan, akan aku terima dengan lapang dada. Aku tetap akan menyayangi anak kita sayang, jadi sedikasihNya aja ya." Sahut Zavran kembali mengelus perut Dera. Saat ini, Dera sudah tidak terpengaruh dengan sentuhan Zavran. Mungkin karena sudah terbiasa, tidak seperti sebelum sebelumnya. Tubuhnya meremang kita mendapat sentuhan fisik dari Zavran.
" Baiklah, tapi kalau aku penginnya sih laki laki. Jadi ketika dia menikah nanti, di tidak butuh nasab ayahnya." Ujar Dera.
" Iya aku paham, tapi kita serahkan saja sama yang di atas gimana baiknya. Yang penting kalian selalu sehat. Itu yang akan selalu membuatku bahagia." Ujar Zavran.
" Ngomong ngomong kamu udah siapin nama buat anak kita belum yank?" Tanya Zavran menatap Dera.
" Udah." Sahut Dera.
Zavran duduk di samping Dera, " Mau kamu kasih nama siapa anak kita?" Zavran bertanya lagi.
" Kalau anak kita laki laki, aku ingin kasih dia nama Devran Maulana. Kalau perempuan aku kasih nama, Zara Malhera. Gimana menurutmu mas?" Tanya Dera meminta pendapat.
" Devran, perpaduan nama kita? Dera dan Zavran. Kalau Zara? Zavran dan Dera, begitu?" Dera menganggukkan kepala.
" Indahnya perpaduan nama kita berdua sayang. Semoga Tuhan selalu menjaga hubungan kita." Ucap Zavran menarik kepala Dera agar bersandar di kepalanya.
" Semoga ya mas. Semoga pernikahan ini pernikahan terakhir untuk kita berdua. Tidak peduli badai apa yang akan menerpa hubungan kita, kita harus saling melengkapi supaya kita tidak terpisah selamanya." Dera melingkarkan tangan ke perut Zavran.
" Tentu sayang." Sahut Zavran mengelus kepala Dera.
Drt... Drt.. Drt...
Ponsel Zavran berdering tanda panggilan masuk.
" Siapa mas?" Tanya Dera.
Zavran mengambil ponselnya di atas nakas, " Ibu." Sahut Zavran.
Klik..
" Halo bu, assalamu'alaikum." Sapa Zavran menyalakan loudspeaker.
" Wa'alaikumsallam sayang, gimana kabar menantu dan calon cucu ibu?"
" Kenapa setiap ibu telepon selalu saja yang di tanyain menantu ibu. Apa aku bukan anak ibu lagi?"
" Sejak Dera masuk ke keluarga kita, kamu sudah tergantikan olehnya Zavran." Dera tersenyum mendengar ucapan ibu mertuanya sambil menatap Zavran seolah mengejek.
" Ibu sungguh tidak adil." Cetus Zavran.
" Kamu bisa mengangkat telepon, dan suaramu begitu nyaring, itu artinya kamu baik baik saja. Lalu buat apa ibu menanyakan kabar kamu hmm? Mana menantu ibu? Kenapa tidak ada suaranya?" Tanya bu Ranti.
" A... " Zavran membungkam mulut Dera saat Dera mau menyahut.
" Menantu ibu aku kantongin di celana." Sahut Zavran asal.
" Awas saja kalau sampai menantu ibu terluka, atau lecet sedikit pun kamu akan ibu beri hukuman."
" Aish, sepertinya aku memang sudah tidak berguna lagi buat ibu." Gerutu Zavran.
" Kamu cemburu sama menantu ibu?"
" Jelas lah bu." Sahut Zavran.
" Kamu belum jawab pertanyaan ibu, dimana menantu ibu?"
Dera menepuk tangan Zavran yang berada di mulutnya hingga tangan Zavran menjauh.
" Aku di sini bu." Sahut Dera. " Aku baik baik saja, gimana kabar ibu dan ayah di sana? Apa ayah dan ibu juga baik baik saja?"
" Alhamdulillah ayah sama ibu baik nak. Ibu senang kalau kamu juga baik baik saja. Apa Zavran merepotkanmu?"
" Iya bu, setiap hari mas Zav masih sering muntah muntah."
" Bohong bu. Aku muntah muntah kalau tidak di kasih ciuman sama Dera, kalau di kasih aku nggak muntah bu." Sahut Zavran.
Blush...
Pipi Dera memerah mendengar ucapan Zavran.
" Apaan sih mas."
" Nggak apa apa Dera, ibu bisa memaklumi. Kalau memang obatnya semudah itu kenapa tidak kamu kasih saja hmm." Goda bu Ranti.
" He he iya bu." Sahut Dera nyengir kuda. " Ibu, aku kangen sama ibu sama ayah. Kapan ibu sama ayah kemari? Atau aku saja sama mas Zav yang ke sana."
" Kamu tidak perlu ke sini Dera, biar ayah dan ibu saja yang ke sana. Ibu tidak mau kamu menjadi bahan cibiran tetangga sini. Tapi untuk saat ini ibu belum bisa, ibu akan cari waktu yang tepat untuk mengunjungi kalian berdua." Ujar bu Ranti.
" Terima kasih banyak ibu. Aku bahagia memiliki ibu dan ayah." Ucap Dera.
" Berarti nggak bahagia nih memiliki aku." Ucap Zavran.
" Aku bahagia memiliki kalian bertiga. Aku tidak kesepian lagi seperti sebelumnya mas. Terima kasih mas, terima kasih ibu, kalian memang yang terbaik untukku." Ucap Dera.
" Sama sama sayang, ya sudah ibu tutup dulu teleponnya. Lain kali ibu telepon lagi."
" Iya bu, assalamu'alaikum."
" Wa'alaikumsallam sayang."
Tut..
Sambungan telepon terputus, Dera dan Zavran saling pandang.
" Apa kamu bahagia?" Tanya Zavran.
" Bahagia mas. Terima kasih atas semua yang kau berikan padaku." Ucap Dera.
" Aku mencintaimu sayang."
" Aku juga mas."
TBC...