Dikhianati kekasih demi uang dan diinjak-injak hingga sekarat oleh Tuan Muda sombong, Ye Chen bangkit dari titik terendahnya setelah mengaktifkan "Sistem Kekayaan Mutlak & Kultivasi Ganda". Dengan saldo tak terbatas dan kekuatan yang meningkat setiap kali menaklukkan wanita... mulai dari dosen yang dingin, polisi galak, hingga ibu tiri musuhnya... Ye Chen bersumpah untuk membalas setiap penghinaan dengan dominasi total, menjadikan kota metropolitan Jianghai sebagai taman bermain pribadinya di mana uang adalah hukum dan wanita adalah sumber kekuatannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ex, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16 Jejak Darah
Pukul 23.00 - Pelabuhan Lama Jianghai (Sektor Gudang Terbengkalai).
Mobil SUV polisi tanpa sirine melaju pelan di jalanan aspal yang retak-retak. Di kanan-kiri, tumpukan kontainer besi berkarat menjulang tinggi seperti dinding labirin raksasa. Lampu jalan di sini banyak yang mati, hanya menyisakan keremangan yang bikin bulu kuduk berdiri.
Angin laut bertiup kencang, membawa aroma garam bercampur bau amis yang tidak wajar.
Tang Bing memarkirkan mobilnya di balik tumpukan ban bekas. Dia kemudian mematikan mesinnya.
"Kita sampai. TKP (Tempat Kejadian Perkara) ada di Gudang No. 4, seratus meter di depan," bisik Tang Bing sambil mengecek pistol Glock-19 miliknya.
Dia menoleh ke samping. Ye Chen duduk santai tanpa senjata, hanya bersiul-siul kecil sambil melihat keluar jendela.
"Hei! Kau punya rencana apa?" tanya Tang Bing sedikit kesal. "Jangan bilang kita cuma akan jalan-jalan santai ke sana?"
Ye Chen menoleh. "Memang itu rencananya simpelkan?"
"Simpel gundulmu! Pelakunya mungkin masih di sekitar sini! Dia pembunuh sadis yang bisa menghisap darah!" Tang Bing menyerahkan sebuah rompi anti peluru cadangan. "Pakai ini. Aku tidak mau kau mati konyol sebelum kasus ini selesai."
Ye Chen menepis rompi itu. "Tidak perlu. Itu cuma bikin gerah. Lagipula..."
Ye Chen mendekatkan wajahnya ke Tang Bing sambil menyeringai. "Kalau ada bahaya, aku yakin Inspektur yang Cantik akan melindungiku, kan? Tubuhmu kan cukup 'tebal' untuk jadi tameng."
Wajah Tang Bing memerah. "Sialan! Awas ya kalau kau terluka, aku akan menambah luka ditubuhmu nanti!"
Mereka turun dari mobil.
Suasana di luar sangat sunyi. Terlalu sunyi bahkan. Tidak ada suara burung laut atau tikus pelabuhan. Hanya suara angin yang bersiul melewati celah-celah kontainer.
Wuuush...
Ye Chen berjalan di depan dengan tangan di saku celana. Tang Bing mengikuti di belakang dengan pistol teracung, matanya waspada menyapu setiap sudut gelap.
"Ye Chen, pelan-pelan!" desis Tang Bing.
Tiba-tiba, Ye Chen berhenti.
BRUK!
"Ada apa?" Tang Bing menabrak punggung Ye Chen.
"Sstt..." Ye Chen meletakkan jari telunjuk di bibirnya. Matanya yang tajam menatap ke arah Gudang No. 4 yang pintunya sedikit terbuka.
Bukan mata biasa yang melihat kearah sana tapi Ye Chen mengaktifkan Mata Kebenaran.
Di mata Ye Chen, dunia terlihat berbeda. Dia bisa melihat aura hitam pekat seperti asap kotor mengepul keluar dari celah pintu gudang itu. Itu adalah Qi Jahat (Evil Qi) sisa-sisa pembunuhan.
Dan di antara asap hitam itu, ada jejak kaki berwarna merah menyala yang mengarah ke...
"Ke atas," gumam Ye Chen, mendongak ke atap gudang.
"Atas?" Tang Bing ikut mendongak, tapi dia hanya melihat kegelapan. "Tidak ada apa-apa di sana."
"Tentu saja matamu tidak bisa melihat," ledek Ye Chen. Dia mengelus cincin giok di jarinya.
'Feng Jiu, keluarlah. Lacak baunya.'
Seketika, angin dingin berhembus. Suhu di sekitar mereka turun 10 derajat.
Tang Bing menggigil. "Brrr! Kok tiba-tiba dingin banget?"
Dia tidak melihat apa-apa, tapi Ye Chen melihat sesosok wanita cantik berbaju merah melayang keluar dari cincinnya. Feng Jiu merengut, terlihat tidak senang.
"Tuan... kenapa Tuan jalan berduaan dengan wanita kasar ini?" protes Feng Jiu manja, melirik sinis ke arah Tang Bing. "Hamba tidak suka."
"Jangan cemburu begitu. Dia cuma 'alat' transportasi," jawab Ye Chen pelan.
"Hah? Kau bicara dengan siapa?" Tang Bing kaget, menodongkan pistolnya ke sekeliling. "Siapa di sana?!"
Feng Jiu terkikik melihat Tang Bing yang ketakutan. "Hihihi... Tuan, boleh hamba isengi dia sedikit?"
Ye Chen mengangguk samar. "Sedikit saja."
Feng Jiu menyeringai nakal. Dia melayang ke belakang Tang Bing, lalu meniup leher polisi wanita itu.
Fuhhh...
"KYAAA!"
Tang Bing melompat kaget sambil memegangi lehernya. "Ada yang meniup leherku! Sumpah! Dingin banget!"
"Mungkin cuma angin," kata Ye Chen menahan tawa. "Ayo lanjut. Pelakunya ada di dalam."
Tang Bing merinding hebat. Dia merasa diawasi. Dia merasa ada sosok tak kasat mata yang menempel di punggungnya. Sebagai polisi yang rasional, dia benci perasaan ini. Tanpa sadar, dia berjalan semakin dekat ke Ye Chen, bahkan memegang ujung jaket Ye Chen.
"Jangan jauh-jauh!" perintah Tang Bing (padahal dia yang takut).
Mereka masuk ke dalam Gudang No. 4.
Bau anyir darah langsung menusuk hidung.
Di tengah gudang yang luas dan kosong itu, masih ada garis polisi kuning yang mengelilingi bercak darah kering di lantai.
Ye Chen berjongkok di dekat bercak darah itu. Dia menyentuhnya dengan jari.
"Energi Yin-nya kuat sekali," komentar Feng Jiu yang melayang di samping Ye Chen. "Ini bukan sekadar pembunuhan, Tuan. Pelakunya sedang melakukan ritual 'Pemurnian Darah'. Dia mengumpulkan darah Yang dari laki-laki kuat (preman) untuk menyembuhkan luka internalnya."
"Luka internal?" Ye Chen bergumam. "Berarti pelakunya sedang melemah?"
"Benar. Tapi kata 'lemah' bagi seorang kultivator jahat, masih sangat berbahaya bagi manusia biasa seperti Polisi Wanita itu," jawab Feng Jiu.
Tiba-tiba, suara langkah kaki berat terdengar dari lantai dua gudang (area catwalk besi).
DUNG. DUNG. DUNG.
Tang Bing langsung mengarahkan senternya ke atas.
"Siapa di sana?! Polisi! Angkat tangan!" teriak Tang Bing, suaranya bergema.
Sinar senter menyorot sesosok bayangan yang berdiri di pinggir pagar besi lantai dua.
Sosok itu mengenakan jubah hitam lusuh dengan tudung kepala. Dia memunggungi mereka.
"Hehehe..."
Suara tawa serak dan kering terdengar. Seperti suara gesekan amplas.
"Polisi lagi... Kalian ini tidak kapok-kapoknya ya setor nyawa?"
Sosok itu mulai berbalik perlahan.
Ye Chen terlalu dominan dalam kekayaan ekonomi, kekuatan super, dan bahkan kekuasaan politik. Jika Ye Chen masih dominan di bab-bab selanjutnya, ini akan mematikan konflik bagus dan kemunculan antagonis yang bagus pula.
Apalagi saat ini plot masih menekankan dominasi Ye Chen dalam hal seksualitas dan kekayaan.