Kisah seorang istri yang mencintai suaminya, namun di balas dengan penghianataan dan balas dendam kelurga nya.
Ella menyambut cinta Andrean yang selalu perlakuan dirinya bak seorang Ratu. Hingga akhirnya mereka menikah. Namun sayang, sikap peduli, perhatian dan kasih sayang Andrea menghilang begitu saja. Andrean perlakukan Ella bak orang asing di rumah nya sendiri.
Hingga perselingkuhan Andrean di ketahui Ella. wanita berparas cantik yang memiliki segudang prestasi itu mencoba bertahan. Ia Terus berbuat baik dan patuh pada sang suami. Tetapi kesabaran Ella ada batasnya, sampai akhirnya pertahanan Ella runtuh.
Ella membuat permohonan surat cerai dan mentalak Andrean.
Pria tampan penuh kharisma itu berkata "kau ingin bercerai? Tidak akan pernah bisa, selama pembalasan ku belum berakhir!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon enny76, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perdebatan dengan ibu mertua
Mata ku masih terus mengamati sekitar rumah mewah ibu mertua ku, hingga mata ku menangkap sosok wajah pria tampan yang mirip dengan wajah Andre di sebuah bingkai foto.
"Kamu sudah datang Ella!"
Aku menoleh, mencari sumber suara itu. Lalu aku berdiri saat melihat sosok wanita mandiri berjalan kearah ku. Ibu mertua ku duduk di sofa tunggal dan menatap ku dingin.
"Selamat pagi mah." kataku dan kembali duduk.
Wanita berparas cantik meskipun usianya tidak muda lagi mengikuti arah mataku yang memandang bingkai foto. Seketika, wajah cantik ibu mertua ku berubah menakutkan.
"Apa yang sedang kamu pikirkan tentang foto ayahnya Andre!" kata ibu mertuaku dingin.
Aku terkejut, ibu mertua ku bilang itu foto ayahnya Andre? Ku pikir Andre memiliki saudara kembar, Sebab wajah itu sangat mirip dengan suamiku. Baru pertama kalinya aku melihat wajah ayahnya Andre yang begitu tampan. Saat pertama kali datang kerumah ini, tidak pernah aku melihat ada bingkai foto ayahnya Andre. Ada apa ini? Kenapa tiba-tiba jantung ku berdebar tak karuan.
Nyonya Tiffany beranjak dari duduknya dan berjalan kearah bingkai foto yang berukuran besar. Ia berdiri cukup lama sambil menatap bingkai foto itu dengan nanar. Lalu berbalik dan menatapku tajam.
"Kau tahu? Ayahnya Andre meninggal karena di bunuh seseorang?"
Aku tercengang dengan pertanyaan ibu mertua ku. Sungguh, Andre tidak pernah cerita tentang masa lalu keluarganya pada ku. Aku hanya menggeleng lemah, karena memang aku tidak tahu.
Ibu mertua ku tertawa sinis, "Andre harus kehilangan ayahnya sejak usia 12 tahun. Waktu itu anakku sempat depresi karena kehilangan sosok ayahnya yang penyayang dan menjadi kebanggaan dirinya."
Dia berjalan kearah ku dan duduk di tempatnya tadi, namun, ekspresi dingin, angkuh dan tatapan tajam masih tidak berubah.
"Apa kamu sudah menandatangani surat yang aku berikan waktu itu? Aku datang sendiri ke rumah kalian, walaupun sebenarnya aku enggan menginjakkan kaki disana!" ucapnya sinis tanpa basa-basi.
Aku baru teringat akan surat yang di berikan bibi sari. Surat dari mertua ku yang belum sempat aku buka. Sudah pasti itu surat cerai, buktinya aku harus menandatangani?"
"Sudah! Tapi aku lupa membawanya kemari." kataku berbohong, tetapi aku sudah yakin kalau surat yang di berikan ibunya Andre adalah surat cerai.
Wanita itu mendengus kesal "Besok kau bawa kemari, biar secepatnya di proses."
Aku terdiam, sebenarnya memang ini yang ku mau, bercerai dari Andre. Tetapi aku harus tahu semua kebenarannya sebelum bercerai dari Andre. Aku selalu berpikir, kenapa Andre dan ibunya begitu membenci diriku? sedangkan nenek Smith sangat menyayangi ku. Pikiran dan hatiku terus bergejolak, mencari kesalahan yang tidak pernah aku perbuat, tetapi aku tidak pernah menemukan jawabannya.
"Baik, akan aku antarkan besok." kataku yang memang sudah tidak ingin berharap apapun.
"Kalau sudah tidak ada yang kita bicarakan lagi, saya izin pergi." kata ku datar
Wanita itu mengangguk tanpa melihat kearah ku. Aku beranjak dari duduk dan saat ingin melangkah pergi, ibu mertua ku mencegah.
"Tunggu Ella!"
Wanita itu berdiri sambil melipat kedua tangannya di dada. "Bukankah kemarin malam Andre membelikan mu perhiasan batu permata Rubi?"
Aku tidak terkejut kalau ibunya Andre mengetahui tentang perhiasan batu Ruby itu. Karena aku sangat tahu, ibu mertuaku termasuk wanita independen yang mengkoleksi berlian dan batu permata.
Ku anggukan kepala dan berkata "Benar, tapi aku tidak pernah meminta apapun dari Andre. Dia sendiri yang memberikan nya."
"Anggap saja batu permata seharga 1,5 triliun hadiah dari Andre untuk perceraian mu."
Aku terkejut dengan perkataan wanita sombong di depanku. Wanita yang masih ku anggap ibu mertua meskipun sebentar lagi kami akan bercerai. Kata-katanya begitu menusuk seakan harga diriku seharga batu permata Rubi. Ku kepal kuat kedua tangan ku di samping untuk menahan emosi di dadaku.
"Maaf, tapi aku tidak tertarik dengan batu Ruby. Mama tidak usah khawatir, akan aku kembalikan perhiasan itu pada Andre."
"Munafik! Jangan merasa tidak butuh! Seru nyonya Tiffany, (begitu lebih baik aku memanggilnya) "Perusahaan Timothy hampir mengalami kebangkrutan, kau bisa menggunakan batu permata Ruby itu untuk memperbaiki perusahaan kelurga mu!" ejaknya dengan suara lantang.
"Cukup mah! Jangan bawa-bawa nama kelurga dan perusahaan Timothy. Mereka tidak ada hubungannya dengan rumah tangga aku!" balas ku yang mulai emosi, masa bodoh kalau aku di anggap membangkang.
"Berani membantah kamu ya!" tunjuk nyonya Tiffany dengan ekspresi murka "Masih untung kelurga kami baik hati memberikan kamu kompensasi batu Ruby!"
"Dasar perempuan tak tahu diri! Aku tidak habis pikir kenapa Andre mau menikahi anak pem..." wanita itu reflek menghentikan ucapannya dengan amarah menggantung.
Ku genggam erat tali tas di pundakku untuk menahan luka dari perkataannya. Tidak ingin berdebat semakin panjang, akhirnya aku memutuskan untuk pergi dari rumah itu tanpa berpamitan.
Pintu gerbang besi yang kokoh terbuka lebar, aku melangkah keluar dengan cepat. Hatiku terkoyak kembali dengan hinaan dan cacian wanita yang sudah aku anggap ibu mertua. Tekad ku sudah bulat untuk benar-benar bercerai dari Andre. Tetapi aku masih penasaran dengan perkataan nyonya Tiffany yang menggantung. Kalau aku ini adalah anak Pem...? Pikiran ku terus menebak-nebak, sayang nya aku belum menemukan jawaban dari ucapannya tadi.
Hari ini aku memutuskan untuk pergi ke perusahaan, banyak pekerjaan yang terbengkalai bila aku tidak datang. jangan hanya gara-gara urusan rumah tangga ku, pekerjaan ku akan kena imbasnya. Aku harus profesional dalam bekerja demi mengembangkan perusahaan bersama Darren. Akan aku tunjukkan pada nyonya Tiffany suatu saat nanti, kalau aku bisa berkarier tanpa campur tangan kelurga Smith.
Ku hela napas panjang dan menstarter mobil, ku lajukan mobil dengan kecepatan rata-rata.
💜💜💜💜