"Jadilah istri Tuan Roger agar hutang paman menjadi lunas!"
Nazura tidak mampu menolak perintah sang paman untuk menikah dengan orang yang bahkan sama sekali belum pernah ia temui. Namun, meskipun berat tetap ia lakukan untuk membalas jasa sang paman yang sudah membesarkan.
Setelah pernikahan itu terjadi, ternyata kehidupan Nazura tidaklah lebih baik. Justru kesabarannya terus diuji.
Lantas, bagaimana kisah Nazura selanjutnya? Akankah gadis itu menemukan kebahagiaan?
Simak Kisahnya di sini.
Jangan lupa dukung karena dukungan kalian sangat berarti ☺️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rita Tatha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
GPH
Roger masih duduk bersimpuh di depan Soraya. Terus meminta maaf kepada wanita tersebut yang saat ini masih marah. Bahkan, ketika Roger beberapa kali berusaha menggenggam tangan Soraya, wanita itu langsung menepisnya dengan cepat.
"Maafkan aku, Soraya. Aku benar-benar tidak bermaksud menutupi semuanya darimu." Roger memasang wajah memelas dan terus mengucapkan kata maaf. Namun, Soraya tetap saja diam dan berusaha mengalihkan pandangan dari Roger.
"Jangan sentuh aku!" bentak Soraya ketika Roger berusaha menyentuh wajahnya. Ia masih sangat marah dan kecewa kepada lelaki itu.
"Aku benar-benar minta maaf padamu, Soraya." Roger merasa bingung hal apa lagi yang harus dilakukan agar wanita di depannya tidak lagi merajuk.
"Kupikir aku ini orang yang penting untukmu, tapi ternyata tidak. Kamu bahkan tidak menganggapku sama sekali," ujar Soraya. Nada bicaranya dipenuhi kekecewaan.
"Aku benar-benar minta maaf. Aku waktu itu menikahinya juga terpaksa dan sangat mendadak. Bahkan, dari keluargaku tidak ada yang mengetahuinya," jelas Roger. Ia merasa enggan ketika hendak menyebut nama kedua orang tuanya.
"Kenapa? Jangan bilang kalau kamu sudah menghamilinya?" tukas Soraya. Menatap Roger penuh kecewa.
"Tidak. Bukan seperti itu. Aku bahkan bercinta dengannya setelah beberapa hari ini pernikahan kami. Aku menikah dengannya karena dia dijadikan penebus hutang oleh pamannya yang berhutang padaku. Aku kasihan makanya aku terpaksa menikahi dia," terang Roger. Ia tidak ingin menutupi apa pun dari wanita ini. Kalaupun seandainya Soraya marah kepadanya, ia yakin kalau itu hanya sesaat. Daripada nantinya Soraya mendengar cerita dari orang lain, hal itu pasti akan membuat Soraya makin merasa kesal kepadanya.
"Katakan sejujurnya? Apa kamu mencintai dia, Roger?" Soraya menatap Roger nanar. Membuat hati lelaki itu terasa berdesir hebat.
"Tidak," sahutnya cepat karena tidak ingin mengundang kecurigaan. "Aku sama sekali tidak mencintainya," bantah Roger lagi untuk meyakinkan ucapannya.
"Kamu bohong. Kalau kamu tidak mencintainya, mana mungkin kamu mau bercinta dengannya." Soraya terus menatap Roger lekat. Menunjukkan kekecewaan kepada lelaki itu.
"Aku khilaf dan aku juga lelaki normal. Jadi, saat berdekatan dengan wanita seperti itu, aku terkadang tidak mampu menahan diri," bela Roger.
"Tapi, kamu selalu bisa menahan diri ketika kita sedang bersama. Bahkan, kita sering satu kamar seperti ini, tapi kamu tidak pernah khilaf. Apa aku tidak bisa memikatmu?" tanya Soraya.
"Jangan pernah berbicara seperti itu. Aku tidak mungkin bercinta dengan wanita sembarangan. Aku berani bercinta dengan dia itu saja karena kami sudah sah menjadi suami-istri. Soraya, percayalah kalau aku tidak bercinta denganmu bukan karena aku tidak bernapsu kepadamu, tapi justru karena aku mencintaimu dan ingin menjagamu. Asal kamu tahu, aku selalu berusaha keras menahan diri agar tidak menyentuhmu lebih jauh lagi. Aku harus menjagamu."
Roger berbicara panjang lebar. Raut kekecewaan yang tadi memenuhi wajah Soraya pun kini perlahan memudar. Soraya merasa sedikit lega dan tersentuh setelah mendengar ucapan lelaki itu.
"Sudah, jangan terus berdebat. Malam sudah larut. Sekarang lebih baik kamu tidur," suruh Roger. Lelaki itu segera menyelimuti Soraya dan memaksanya untuk tidur karena ia sedang tidak ingin terlalu lama berdebat. Tubuhnya sudah lelah setelah seharian bekerja dan pikirannya pun sedang tidak tentu sekarang.
Ia seperti merasakan rindu yang teramat dalam dan ingin sekali memeluk Nazura setelah ia bermimpi buruk tadi. Namun, hal itu tidak mungkin dilakukan sekarang karena ada hati wanita lain yang harus ia jaga.
Ketika Roger sudah mendengar dengkuran halus dari Soraya, lelaki itu pun segera berpindah ke ranjang sendiri dan mengambil ponsel yang sejak tadi tergeletak di atas sana.
Rasanya begitu bimbang ketika Roger ingin sekali menghubungi Nazura. Takut mengganggu wanita tersebut. Namun, hatinya pun merasa tidak tenang sebelum mendengar kabar dari istrinya.
Roger pun dengan iseng membuka story dan tepat ketika itu ia melihat nama Nazura berada di posisi paling atas. Jantungnya berdegup kencang, Roger pun segera membuka story tersebut.
Terlihat di sana, gambar Nazura sedang berdiri membelakangi kamera dan menatap senja. Juga, ada beberapa kalimat yang tertera di gambar tersebut.
Aku tahu senja itu indah, tapi ia hanya sesaat singgah. Dari senja aku bisa belajar tentang sebuah keikhlasan. Tentang hal indah yang tidak selamanya bisa kumiliki. Aku mohon kepadamu, jika ingin pergi maka pamitlah dengan baik sebelum aku menjatuhkan perasaanku sedalam-dalamnya kepadamu karena jika hal itu terjadi maka aku tidak tahu akan sehancur apa batinku ketika menyadari bahwa dirimu hanya sesaat hadir di sini—di hatiku.
suka nih peran cewe begini