Perkenalan Mia dan Asril berawal dari sosmed dan tidak butuh waktu lama, mereka pun menikah tapi sayang pernikahan mereka hanya seumur jagung itu disebabkan oleh hadirnya Ida mantan istri dari Asril. yang sedang hamil dari laki laki lain namun laki laki itu tidak mau bertanggung jawab sehingga Ida menjebak Asril agar bisa menikah dengannya. apakah nantinya kebusukan Ida terbongkar? dan apakah Asril dan Mia bersatu kembali? yuk kita baca bersama sama kelanjutan cerita ini
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur leli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mau apa dia
"la... la ... la.." Ida bersenandung ria sangat memasuki rumahnya dengan menenteng paperbag yang berukuran sedang.
Melihat anaknya yang begitu gembira langsung bu Emi mendekatinya.
"bahagia banget anak ibu."
"jelas dong Bu, besok aku akan menikah dengan mas Asril dan .... Ibu tahu dia memberikan apa untuk mahar aku?"
"apa?" tanya bu Emi penasaran.
Ida menunjuk ke arah paperbag dan segara membuka isi paperbag itu.
"apa itu isinya" Ida membuka perlahan paperbag itu dan terlihatlah kilauan berlian yang terpancar.
"waw" bu Emi benar benar terkesima melihat kilauan pancaran berlian.
"Gimana Bu, cantik tidak?" Ida memperlihatkan perhiasan yang dia pakai dilehernya.
"cantik sekali, pasti ini mahal kan?"
Bu Emi terus saja melihat dan sesekali menyentuh kalung yang ada di leher anaknya.
"iya dong Bu, aku saja kaget sewaktu dia menyuruhku untuk membeli satu set perhiasan. betapa beruntungnya aku kan, Bu!"
"maka sedari itu ibu tidak sudi kalau wanita miskin itu yang jadi istrinya. karena sekarang Asril itu sudah semakin sukses jadi yang pantas menjadi istrinya itu kamulah!"
"di pernikahan mereka dulu Ida hanya di beri mahar berupa cincin. dan sangat berbeda dengan yang sekarang ini Asril mampu membelikan satu set perhiasan ke aku, Bu."
Ida sesaat mengenang saat pernikahannya yang dulu dengan Asril.
"sudahlah tidak usah kamu kenang masalalu kalian yang terpenting yang sekarang, lihatlah Asril mampu membelikan kamu satu set perhiasan meskipun besok kalian hanya akad saja."
Ucapan bu Emi di anggukan oleh Ida. benar kata ibunya tidak perlu mengingat masa lalu, harus memikirkan sekarang dan seterusnya. karena Ida sudah tidak perlu lagi memikirkan masalah ekonomi saat menikah lagi dengan Asril.
Meskipun dari dulu orang tua Asril berkehidupan layak namun saat Asril mengalami masalah ekonomi orang tuanya tidak mau membantu. karena keterbatasan ekonomi sebab itulah Ida meninggalkan Asril. namun sekarang Asril sudah semakin sukses.
"oh iya Bu, aku mau pergi ke salon nih"
Ida pamit ke ibunya dan gegas pergi lagi karena takut ke sorean tadinya Asril ingin menghantarkan Ida ke salon, karena ayahnya telepon jadi Asril hanya mengantarkan Ida pulang saja.
"kamu hati hati dan ingat jangan pulang terlalu malam! ibu ngak enak sama sanak saudara yang nanti sore udah pada datang. nanti dikira kamu keluyuran lagi"
"aku pergi dulu Bu, tuh taksinya udah nungguin"
Ida berlalu dari hadapan ibunya dan gegas masuk kedalam taksi online tersebut. di dalam taksi dia terus saja menghubungi Asril namun tak ada balasan dan terakhir dia mengirimi pesan kepada Asril. namun pesan tersebut hanya ceklis satu.
Ida berpikir mungkin Asril lagi banyak kerjaan, sebab dia tak aktifkan ponselnya.
"nanti malam saja aku hubungi lagi, mungkin dia lagi sibuk" gumamnya yang sembari menatap layar ponselnya.
Hanya butuh waktu lima belas menit untuk sampai ke salon langganannya.
Begitu dia membuka pintu salon tersebut langsung di sapa oleh pemilik salon.
"hy beb, apa kabar" sapa pemilik salon tersebut.
"ha haa haa" Ida tertawa mendengar sapaan pemilik salon itu.
"di tanya kabar malah ketawa pasti kamu udah punya salon lain kan?" terlihat si pemilik salon kesal.
"aku, ya ngak lah" Ida menunjuk dirinya sendiri. dan Ida langsung mendaratkan bokongnya di kursi.
"jadi? Kamu kemana? udah satu bulan loh, kamu tidak datang ke sini dan ada yang cariin kamu tuh!"
Si pemilik salon pun ikut duduk di samping Ida.
"siapa yang cari aku?" tanya Ida penasaran.
"aduh... itu tuh yang pernah kamu bawa kemari" balas pemilik salon.
"deg" Ida hanya terdiam sesaat saat dia mengingat laki laki itu.
"mau apa lagi dia mencari ku?" gumamnya
"beb, ayo mau nyalon ngak?" tanya pemilik salon.
Seketika lamunan buyar saat mendapatkan tepukan pelan dari pemilik sato itu.
"apakah kamu memberi tahu alamat rumahku? tanya Ida cemas.
"tidak! kamu ada masalah dengannya?" tanya pemilik salon dengan rasa penasarannya.
"tidak ada masalah apa apa" balas Ida.
Walaupun Ida sedang perawatan namun hatinya bener bener sangat gelisah.
Tiga jam waktu yang di habis kan Ida untuk perawatan. selesai dengan perawatan Ida langsung memesan taksi online.
Sebelum Ida melangkahkan kakinya. Ida sempat mengundang pemilik salon itu agar mau datang besok ke acara pernikahannya.
Baru saja keluar dari salon itu. tiba tiba tangan Ida di tarik oleh seseorang. Ida langsung menatap laki laki yang ada di hadapannya.
laki laki itu tertawa sekilas dan melepaskan tangan Ida.
"kamu, mau apa lagi?" tanya Ida kesal.
"tenang dulu sayang, aku tidak akan berbuat semena mena.
"trus kamu maunya apa?" sentak Ida.
"sabar dulu Bu, jangan tergesa gesa" ucap laki laki itu.
Saat ingin pergi dari hadapan lelaki itu dengan cepat laki laki itu membisikan sesuatu yang membuat Ida sangat terkejut.
"aku ingin anakku!" bisik laki laki itu tepat di telinga Ida.
"tidak ada anakmu, dia sudah mati!" Ida begitu terlihat emosi sekali.
"kamu jangan berbohong padaku!" sentak laki laki itu.
"aku tidak berbohong, minggir aku mau pulang, taksi ku sudah menunggu dari tadi."
Laki laki itu akhirnya membiarkan Ida pergi, tapi laki laki itu yakin kalau Ida sedang berbohong padanya.
"kau ingin main main dengan ku?" laki laki itu tersenyum menyeringai.
Sedangkan di dalam taksi Ida sangat cemas dan gelisah. sesekali dia meremas remas tangganya untuk menghilangkan rasa gugup dan gelisah nya.
"Ida sangat takut kalau dia ketahuan berbohong oleh laki laki tadi, bagaimana kalau dia mengatakan sama mas Asril ini adalah anaknya. tapi untuk apa dia datang lagi sementara satu bulan lalu dia tidak mau mengakui anak ini sebagai anaknya. apa sih yang dia mau?"
Ida sibuk dengan isi pikirannya sendiri sehingga dia tidak menyadari taksi yang dia tumpangi kini sudah tiba di depan rumahnya.
"mbak ... maaf kita sudah sampai" ucap sopir taksi itu.
Tapi tidak ada jawaban dari Ida dia hanya diam termenung.
"mbak....kita sudah sampai" terdengar suara sopir taksi itu agak keras.
"i- ya, iya iya pak, maaf saya tidak fokus" ucap Ida langsung keluar dari taksi dan sebelum masuk kerumah dia celingukan seakan mencari seseorang.
"eh, calon manten udah pulang?" sapa salah satu kerabatnya.
"emmm iya, abis dari salon saya bude" ucapan Ida ramah.
Di rumah Ida sudah mulai berdatangan sanak saudara yang ingin menyaksikan Ida menikah besok.
Ida tidak lagi menghampiri mereka yang ada di ruang tamu, Ida langsung melewati mereka dan masuk ke dalam kamarnya.
Di dalam kamarnya Ida hanya terduduk memikirkan laki laki tadi. entah mengapa rasa takut itu terus membayanginya.