Riris Ayumi Putri seorang gadis yang haus akan kasih sayang dan cinta dari keluarganya. Dan sialnya ia malah jatuh cinta pada kakak temannya sendiri yang umurnya terpaut jauh dengannya. Bukanya balasan cinta, justru malah luka yang selalu ia dapat.
Alkantara Adinata, malah mencintai wanita lain dan akan menikah. Ketika Riris ingin menyerah mengejarnya tiba-tiba Aira, adik dari Alkan menyuruhnya untuk menjadi pengantin pengganti kakaknya karena suatu hal. Riris pun akhirnya menikah dengan pria yang di cintainya dengan terpaksa. Ia pikir pernikahannya akan membawa kebahagiaan dengan saling mencintai. Nyatanya malah luka yang kembali ia dapat.
Orang selalu bilang cinta itu membuat bahagia. Namun, mengapa ia tidak bisa merasakannya? Apa sebenarnya cinta itu? Apakah cinta memiliki bentuk, aroma, atau warna? Ataukah cinta hanya perasaan yang sulit di jelaskan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon risma ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 12
Kini pasangan pengantin baru telah sampai di rumah barunya. Seorang gadis sesekali tersenyum menatap rumah dua tingkat di depannya yang tidak begitu luas. Namun, terlihat sangat elegan dengan terdapat kolam ikan kecil di halaman rumahnya.
Tanpa memperdulikan istrinya, Alkan berjalan masuk ke dalam. Sontak Riris langsung mengikutinya. Pria itu melangkahkan kakinya naik ke lantai menuju kamarnya.
"Ngapain Lo ngikutin gue!" sentak Alkan yang membuat Riris langsung menghentikan langkahnya.
"Kamar Lo di bawah, kita tidur terpisah!"
"Kenapa, Mas?" tanya Riris dengan lirih.
"Lo tanya kenapa?!" Alkan berjalan mendekatinya lalu kembali berkata, "Karena gue benci sama Lo!"
"Salah aku apa? Kenapa Mas jadi kasar seperti ini," tanyanya berkaca-kaca.
Pria itu menarik dagunya pelan, lalu mencengkramnya dengan kuat.
"Lo masih nanya salah Lo?" Alkan semakin menguatkan cengkramannya membuat gadis itu meringis kesakitan.
"Lo udah bikin hidup gue hancur! Gara-gara Lo gue gak jadi nikah sama orang yang gue cinta!" bentaknya di depan muka Riris.
Alkan menjadi seperti ini karena merasa sakit hati. Dan tanpa mencari tahu kebenerannya juga, ia percaya dengan Dara tentang kebusukan Riris.
"Lo kaget gue kasar? Selama ini gue lembut, tapi Lo malah ngelunjak! Dan sekarang kesabaran gue udah habis! Gue udah ga percaya muka sok polos Lo lagi!"
Alkan menghempaskan wajah istrinya dengan kuat, tanpa memperdulikan ia langsung berlalu pergi meninggalkannya sendiri.
Riris menatap kepergian suaminya sambil terisak pelan. Dagunya sudah memerah karena Alkan mencengkramnya sangat kuat. Ia masih tidak menyangka pria itu akan menjadi kasar seperti ini. Apa salahnya hingga membuatnya sangat marah.
Hari demi hari terus berlalu. Tidak ada perubahan pada suaminya, Alkan masih saja cuek dan kasar pada istrinya. Pria itu jarang sekali ada di rumah, selalu menghabiskan waktunya dengan bekerja dan entah pergi kemana selalu pulang larut malam.
Seperti saat ini, malam semakin larut. Riris setia menunggu suaminya dengan perasaan khawatir. Walaupun Alkan yang selalu kasar padanya, ia selalu sabar. Mungkin suatu saat hatinya akan lulus, Riris tidak ingin melawan suaminya karena takut dosa.
"Mas, kamu kemana sih," guman nya cemas.
Gadis itu sedang berada di ruang tengah masih setia menunggu kepulangan suaminya. Walaupun pastinya setiap bertemu Alkan pasti akan cuek padanya. Namun, Riris masih setia setiap malam selalu menunggu suaminya.
Sedangkan di sisi lain, sepulang kerja Alkan selalu menghabiskan waktu dengan nongkrong bersama teman-temannya. Walaupun sebenarnya lelah, tapi ia tidak betah di rumah karena harus bertemu dengan gadis yang di bencinya.
"Kan, sampai kapan Lo kayak gini?" tanya Bima salah satu temannya.
"Istri Lo pasti khawatir nungguin Lo pulang," timpal Raka.
Alkan melirik mereka malas. "Gue ga perduli! Dia aja gak perduli udah hancurin hidup gue!"
"Lo gaboleh nuduh gitu aja, cari tau dulu kebenarannya!"
"Gue lihat dia gadis baik-baik."
"Lo pada jangan luluh sama muka sok polosnya deh! Dara gak mungkin bohong! Gue kenal dia, dia adalah cewek baik-baik!" bentak Alkan merasa kesal dengan temannya.
"Lo kenapa jadi gini sih, Kan! Jangan sampai Lo nanti menyesal!" ujar Andri mengingatkan.
"Ngapain menyesal karena cewek licik kek dia!"
"Jangan terlalu benci nanti cinta tau rasa Lo!" sahut Bagas.
"Sampai kapanpun gue ga bakal jatuh cinta sama dia!" ketusnya kesal.
"Kita pegang kata-kata Lo!"
Karena merasa kesal dengan teman-temannya. Alkan mulai beranjak dari tempat duduknya dan berlalu pergi berniat untuk pulang.
Hari semakin larut, Alkan baru saja sampai di rumahnya. Dan seperti biasa melihat istrinya yang selalu tertidur di sofa karena menunggunya. Ia melirik sekilas tanpa rasa kasihan.
"Abang, Yumi rindu ..." langkahnya terhenti saat mendengar suara istrinya.
Alkan menghentikan langkahnya dan menoleh sambil mengerutkan keningnya. Gadis itu terus meracau dengan mata terpejam dan bergerak gelisah.
"Kenapa mereka tega buang aku. Yumi pengen ikut Abang aja," lirihnya lagi masih dengan mata terpejam.
"Yumi cape, Yumi gak kuat," gadis itu terus menggelengkan kepalanya gelisah.
Alkan terus memperhatikan, keringet dingin membasahi wajah cantiknya. Wajah itu terlihat sedikit pucat, tanpa sadar tangannya terangkat memegang kening sang istri.
"Shhtt," ringisnya pelan, refleks langsung menjauhkan tangannya saat merasakan kening panas istrinya.
Sangat panas, sepertinya gadis itu demam tinggi. Alkan terus memperhatikannya yang masih tertidur tidak tenang. Ada rasa kasihan di hati kecilnya. Namun, melihat wajah polosnya membuatnya merasa benci.
Alkan berjalan pergi meninggalkan tanpa memperdulikan istrinya. Ia sangat lelah, ingin istirahat.
Namun, beberapa menit berlalu. Pria itu kembali turun ke bawah. Pakaiannya sudah berganti menjadi piyama tidur. Ia berjalan menuju istrinya yang masih tertidur di sofa dengan menggigil kedinginan.
Alkan tidak bisa tidur karena teringat terus dengan istrinya. Jika sampai orang tuanya tau Riris sakit, pasti akan mengomelinya.
Ia menghela nafas pelan lalu dengan berat hati langsung menggendong tubuh mungil istrinya.
"Nghh," lenguh gadis itu merasa terusik.
Alkan meliriknya sekilas, pandangannya kembali fokus berjalan menuju kamar istrinya. Alkan menurunkan tubuhnya dengan pelan, lalu menarik selimut menutupi tubuh mungilnya.
Melihat wajah polosnya dengan pipi chubby yang sedikit memerah, membuatnya tiba-tiba teringat dengan adiknya. Kebetulan ia sangat rindu dengan Aira. Tanpa sadar ia mengecup keningnya pelan.
Tangannya terangkat mengelus pipinya pelan. Pipi chubby itu terlihat sedikit memar. Pagi tadi mereka sempet berantem dan tidak sengaja Alkan menampar pipinya sangat keras.
Rasa bersalah muncul di hati kecilnya. Nasihat ayahnya untuk tidak menyakiti istrinya, terus terngiang di telinganya.
"Aku tulus mencintaimu, Mas."
Sontak Alkan langsung menjauh darinya saat gadis itu kembali mengigau. Apakah dia sedang memimpikan nya? Tidak mau ambil pusing, Alkan memilih pergi meninggalkannya.
Di sebuah ruangan yang sedikit gelap. Seorang lelaki menatap sekelilingnya bingung. Keningnya berkerut, samar-samar melihat sesosok pria seumurannya sedang berdiri membelakanginya dengan pakaian serba putih.
Tidak lama ia membolakkan matanya saat pria itu mulai membalikkan badannya. Menatapnya dingin dengan wajah yang begitu pucat.
"R-rayyan?"
"Lo udah ngecewain gue!" ucap pria berpakaian serba putih sambil menekan kata-katanya.
Lelaki itu masih menatapnya bingung, tanpa memperdulikan. Pria berbaju putih itu pergi menghilang entah kemana.
"Huhhh ... Huhhh ..." Alkan terbangun dari tidurnya engan terengah-engah.
Ia meraih segelas air di atas nakas dan langsung meneguknya hingga habis. Dirinya terdiam mengingat mimpinya barusan.
"Rayyan, kenapa dia tiba-tiba datang dan mengatakan itu. Apa maksudnya?" gumamnya bingung.
Alkan masih terdiam memikirkan mimpinya. Apa maksud pria itu. Sudah sangat lama sekali ia tidak pernah memimpikan nya dan sekarang tiba-tiba masuk ke mimpinya mengatakan kecewa. Apa Alkan sudah membuat kesalahan padanya?
baru pub chap 6 penulisan makin bagus, aku suka>< pertahankan! cemangattttt🫶