Semua bermula ketika si kecil Aiden lepas dari penjagaan pengasuhnya dan pengawalnya.
Atas dasar tidak sengaja, ternyata bisa membuat Aletta si gadis biasa mendapatkan antara keberuntungan atau terjebak dalam hal yang tidak semestinya.
Penasaran dengan alur ceritanya? yuk cari tahu lebih dalam agar tidak tertinggal kisah mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Widya27, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#11
Mereka bangun jam 6 pagi karena tidak ingin tertinggal makan pagi jam 7.
Mereka enggan untuk mandi dan memilih cuci muka dulu, sembari menunggu makan pagi tiba.
Mereka pergi ke tempat makan untuk segera makan setelah jam 7, terlihat mereka sangat santai dengan kas orang bangun tidurnya.
"Jujur ngantuk banget, malas juga buat keluar tapi kalo ga makan sayang" Matthew membuka suara lebih dulu sebelum ia dan yang lainnya antri mengambil makanan.
"Iya, semalam keasikan makan sampe lupa jam buat tidur" imbuh Ethan yang dirinya tengah mengambil makanan setelah Matthew.
"Masih pagi udah cerewet aja kalian" balas Luna bercanda.
Aletta dan Noah hanya terkikik mendengarnya, walaupun sama sama apa yang dirasakan tapi sejak cuci muka sudah membuat mereka segar.
Mereka mengambil kursi yang masih kosong dan menyantap makanannya masing masing dengan santai.
Sesudah makan pun Noah dan yang lain lebih dulu kembali ke kamar dengan alasan ingin tidur lagi sebentar, Luna dan Aletta masih menyelesaikan sedikit lagi makanan mereka lalu akan kembali kekamar juga.
"Eh kayaknya perut gue butuh dikeluarin secepatnya deh Al, Gue lari dulu? Udah ga kuat" ucap Luna yang memang terlihat tidak nyaman karena menahan rasa ingin membuang hajatnya.
Melihat itu Aletta hanya tertawa saja melihat kelakuan temannya sambil menggelengkan kepala. Luna memilih sedikit berlari karena perutnya itu.
"tatak" panggil anak kecil yang tiba tiba sudah memeluk kakinya, tidak lama Luna pergi dari pandangannya sudah ada anak kecil yang memeluk kakinya.
"Eh Ayden ya? Kok bisa disini sayang? Daddy mana?" tanyanya bertubi tubi dan Aletta tersadar kalau dia adalah Ayden. Aletta juga menyamakan tinggi mereka berdua.
"Itu daddy" tunjuk Ayden pada laki laki yang sedang berjalan menuju mereka dengan setelan baju santai.
"Mau gendong" Ayden yang sudah merentangkan tangannya dan Aletta menggendong Ayden didalam dekapannya.
"Bukankah kamu bilang tidak bisa camping? Kenapa ada disini?" tanya Zayn pada Aletta yang sudah berdiri dengan Ayden digendongannya.
"Maaf tuan karena saya memang sudah ada janji dengan teman teman saya" walaupun Zayn yang mengajak lebih dulu daripada usulan Luna untuk camping dengan yang lain. Tentu saja pagi ini yang secara kebetulan mereka bertemu membuat Aletta tidak enak hati.
"Baiklah kalau begitu, silakan lanjutkan kegiatanmu" Zayn yang ingin mengambil Ayden tapi anak itu malah menolak dan tidak mau lepas.
"Ayden kamu belum makan pagi, ayo makan dulu. Kasian kakaknya capek gendong kamu" bujuk Zayn pada Ayden.
Ayden menggeleng dengan tanda menolak, karena lama tidak bertemu kenapa pertemuan singkat mereka Zayn memisahkan mereka.
Aletta ikut turun tangan juga karena tidak ingin karena dia membuat Ayden melupakan jam makan paginya.
"Ayden kecil harus nurut sama Daddy ya? Daddy khawatir kalau Ayden tidak makan dan bisa sakit perut. Kalau Ayden sakit perut nanti Daddy sedih dan Ayden tidak bisa bermain dengan kakak lagi. Memangnya kamu mau?" Aletta bujuk Ayden setelah beberapa kali Zayn membujuk dan membuat Ayden menangis.
"Ayo berhenti dulu nangisnya, nanti kalau perutnya sudah terisi makanan baru deh Ayden bisa bermain sepuasnya ya kan?" setelah dibujuk Aletta Ayden kembali tenang.
"Tatak matan cama atu ya" dengan polosnya Ayden berharap Aletta mau makan bersamanya.
"Baiklah karena kakak sudah makan lebih dulu, bagaimana kalau kakak suapi Ayden makan? Mau tidak?" pikir Aletta tidak ada salahnya sebelum dia kembali kemarnya.
"Ote atu mau" mereka berlalu dari tempat itu menuju tempat tadi Aletta dan yang lainnya makan.
Kini mereka bertiga terlihat seperti keluarga kecil yang bahagia bagi pandangan orang lain jika mereka tidak tau, tapi yang sebenarnya adalah kalau mereka sama sama tidak mengenal satu sama lain. Tapi karena si kecil yang bisa membuat itu terjadi.
"Makan sampai kenyang ya biar bisa tumbuh jadi anak yang kuat" interaksi antara Aletta dan Ayden dipantau oleh Zayn.
Entah Aletta sadar dan tau atau tidak kalau Zayn adalah seseorang yang terkenal karena bisnisnya yang unggul dari yang lain. Bahkan sampai saat ini tidak ada yang mampu menandinginya. Zayn sangat disegani oleh orang lain, baik karyawan yang bekerja dengannya atau bahkan orang orang yang bekerja sama dengannya.
Selama ini, banyak yang ingin menjatuhkannya. Tidak heran orang seberpengaruh Zayn memiliki musuh. Steven yang merupakan teman lamanya sempat memiliki rasa iri dan dendam tapi itu tidak bertahan lama, karena ia mengingat betapa baiknya Zayn dalam membantunya.
"Sudah kenyang?" tanya Aletta melihat Ayden menolak suapannya.
Memang terlihat dari piring yang tadi agak banyak dan sekarang tersisa sedikit.
Ayden mengangguk mendengar pertanyaan Aletta.
"Kalau sudah selesai makan, ini vitaminnya" Zayn membuka vitamin tablet ditangannya, ia membuka serta memberikannya pada Ayden dan anak itu menerimanya dengan senang hati.
"Baiklah Ayden sudah makan dan minum bahkan vitamin juga, sekarang kakak kembali kekamar dulu ya" Aletta pamit pada Zayn juga setelah berpamitan pada Ayden.
Setelah masuk kamar, Luna sudah memberikan tatapan tanda tanya dan memberinya pertanyaan.
"Abis darimana? Kita udah makan dari tadi, tapi baru masuk kamar setengah jam berlalu" entah Luna sedang mengomel atau bertanya.
"Tadi gue ketemu anak itu dan ayahnya, eh anaknya sekali nemplok minta ditemani makan. Sebenarnya gapapa karena aku emang suka anak kecil, tapi kan aku juga berusaha menjauh dan takdir tidak mendukungku untuk jauh dari dua orang itu" Aletta menceritakan keluh kesahnya yang baru ia alami tadi.
"Jadi cowok itu tau kalau lo ada disini?" Aletta mengangguk saja mendengar pertanyaan Luna.
"Terus respon lo gimana?" imbuh Luna dan menghadap kesamping melihat Aletta tidur terlentang disampingnya.
"Ya gue jelasin kalo gue disini bareng kalian, tapi gimanapun juga gue ga tenang. Mau gimana pun dia yang ajak lebih dulu tapi aku tolak dan mengajak kalian, eh tanpa diduga tempat yang sama dengan yang dia pilih" balas Aletta sambil menatap langit langit kamarnya.
"Mau gimana lagi Al, kalau emang ditakdirkan buat bareng mereka ya ga tau, tapi gue harap siapapun jodoh kita kelak akan menjadi pilihan yang terbaik" ujar Luna yang kasian dengan temannya satu ini.
Tidak pernah pacaran, sekalinya dekat pria justru pria itu duda. Bingung harus bagaimana sampai tidak tau harus berbuat apa.
"Ya mau gimana lagi udah terlanjur dekat dengan anaknya Lun, Entah apa yang dipikirkan oleh pria itu aku tidak tau. Entah dia berpikir untuk mendekati anaknya dan mengincar hartanya, entah dia berpikiran kalau aku memang suka anak kecil juga tidak tau. Hati orang tidak pernah ada yang tau kecuali diri mereka sendiri Lun" balas Aletta.
"Udah ah mau mandi dulu" imbuh Aletta sebelum pergi kekamar mandi sambil membawa baju yang akan dibuat dia dan yang lain keluar.
Tidak lama dia mandi dan ganti Luna yang mandi serta memakai baju sesuai kesepakatan awal. Hanya berbeda model dan perbedaan sedikit warnanya tapi tetap sama.