Achassia Alora adalah gadis misterius yang selalu menutupi identitasnya. Bahkan hampir semua orang di sekolahnya belum pernah melihat wajahnya kecuali beberapa guru dan kedua sahabatnya. Gadis yang di anggap miskin sebenarnya adalah cucu dari keluarga kaya raya yang terbuang. Begitu banyak rahasia yang ia sembunyikan, bahkan dari ibunya sendiri.
Setelah bertahun-tahun ia hidup tenang bersama ibunya, sang Kakek kembali datang dalam kehidupan mereka dan memburunya untuk kepentingan bisnisnya. Tentu saja Achassia selalu menghindar dengan cara apapun agar tidak tertangkap oleh Kakeknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AzaleaHazel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
27
Sagara yang baru saja sampai di rumah mengerutkan keningnya saat melihat motor sport terparkir di sebelah motornya yang ada di garasi. Ia bertanya-tanya dalam hati, motor milik siapa ini, karena ia baru melihatnya sekarang. Pria itu segera masuk untuk melihat siapa yang datang.
"Sagara, coba lihat siapa yang datang." Ucap Anella saat Sagara baru saja masuk.
Sagara mengerutkan keningnya. "Kana?" Panggil Sagara tidak yakin.
Apa benar remaja laki-laki itu keponakannya? Sagara sampai lupa karena keponakannya itu sudah 4 tahun lebih tidak datang ke rumah ini. Arkana Zavier, adalah keponakan Sagara, anak dari adiknya. Kana, semua keluarga memanggilnya seperti itu.
"Halo Broo." Sapa Arkan melambaikan tangannya pada Sagara.
Sagara mendengus. "Bro, bapakmu! Yang sopan sama orang tua." Jawab Sagara kesal.
"Dari dulu nggak berubah, Om Gara masih aja galak." Ejek Arkan.
"Terserah saya." Balas Sagara tidak peduli.
Anella dan Saka hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat putra dan cucu laki-lakinya yang tidak pernah akur. Mereka berdua memang suka saling mengejek.
"Kamu darimana aja, kok jam segini baru pulang?" Tanya Saka pada Sagara.
Sagara mendudukkan dirinya di sofa. "Habis nganterin Cia pulang." Jawabnya.
"Kamu habis ketemu sama Cia?" Tanya Anella.
Sagara mengangguk. "Tadi dia nyusulin Sagara." Kata Sagara memberitahu.
Arkan mengerutkan keningnya. "Cia siapa? Pacar Om Gara?" Tanyanya asal.
Sagara melirik sini keponakannya. "Sok tau kamu. Cia itu putri saya." Jawab Sagara ketus.
Arkan membulatkan matanya. "Hah! Berarti Om Gara udah nikah lagi? Berarti sekarang Kana punya adek dong?" Tanyanya beruntun, ia sangat terkejut mendengar cerita ini.
Arkan menatap tidak mengerti saat Sagara menggelengkan kepalanya.
"Terus anak Om darimana? Mungut?" Tanya Arkan asal ceplos.
"Sembarangan kamu ya, ngatain cucu kesayangan Oma hasil mungut." Kata Anella tidak terima, ia menggeplak kencang lengan Arkan karena berani bicara seperti itu tentang Achassia.
"Mampus!" Ucap Sagara tanpa suara, ia sangat puas mengejek Arkan.
"Ampun, Oma." Kata Arkan memohon agar Anella tidak memukulnya lagi.
Saka menggelengkan kepalanya. "Mangkanya jangan sembarangan kalau ngomong." Sahut saka.
Arkan mengelus lengannya. "Kan cuma nanya. Lagian nggak ada angin nggak ada hujan tiba-tiba punya anak." Ucapnya cemberut.
"Emang selama itu ya Kana nggak pulang ke sini?" Lanjut Arkan bertanya dengan polos.
Anella melirik sinis cucu laki-lakinya. "Baru nyadar kamu?" Tanya Anella ketus.
"Iya-iya maaf, tapi beneran nggak sih Arkan punya adek? Terus asalnya dari mana coba?" Tanya Arkan lagi, ia masih belum percaya dengan berita ini.
"Nemu di jalan." Jawab Sagara asal.
"Sagara!" Ucap Anella memperingati.
Sagara menghela nafas. "Kan emang Sagara dulu ketemu Cia di jalan, Mah." Katanya.
"Tapi nggak nemu juga dong." Balas Anella tidak terima, membuat Sagara hanya mendengus.
"Jadi bukan anak kandung Om Gara? Adopsi gitu?" Tanya Arkan lagi, ia ingin tau lebih banyak mengenai hal ini.
"Om kamu mau nikahin Mama-nya Cia." Sahut Anella.
"Mah, baru juga ketemu sekali." Protes Sagara, ia saja baru sekali bertemu Isvara, tapi Anella sudah bilang seperti itu.
"Siapa tau jodoh." Kata Anella lagi.
"Usaha juga jangan lupa. Kalau Mama-nya Cia nikah sama orang lain, kamu juga bakalan jauh sama Cia. Emang kamu mau?" Sahut saka ikut menimpali, membuat Sagara diam dan memikirkan ucapan Papa-nya.
"Hmmm." Balas Sagara pasrah.
Arkan diam-diam mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti setelah mendengar pembicaraan mereka. Berarti benar jika sekarang ia mempunyai adik, apalagi perempuan.
"Adik Kana kelas berapa?" Tanya Arkan sumringah saat menyebut kata adik. Rasanya benar-benar seperti mimpi ia bisa memiliki adik.
"Ngaku-ngaku kamu ya, lagian belum tentu juga Cia mau jadi adik kamu." Sahut Sagara mengejek keponakannya.
Arkan mendengus. "Ah elah, jangan becanda dulu dong Om." Protesnya.
"Masih sekolah sama kaya kamu." Sahut Saka.
"SMA dong?" Tanya Arkan lagi, membuat Saka mengangguk membenarkan.
"Tapi masih tuaan kamu beberapa bulan." Sahut Anella memberitahu.
Arkan mengangguk mengerti. "Cia nggak tinggal di sini?" Tanyanya lagi.
Anella menggeleng. "Tapi Cia kadang-kadang nginep di sini kok. Minggu kemarin aja habis nginep sini." Katanya memberitahu.
Arkan melihat ke lantai atas. "Kamar Kana masih ada kan ya?" Tanyanya polos, ia hanya sadar diri karena tidak pernah pulang ke sini.
"Oma nggak setega itu buat buang kamar kamu." Jawab Anella ketus, meskipun cucu laki-lakinya itu tidak pernah mengunjunginya selama ini, rumah ini tetap terbuka untuknya.
"Becanda Oma." Balas Arkan menyengir.
"Kena angin apa kamu? Tiba-tiba pulang ke sini?" Tanya Anella masih belum percaya jika cucunya benar-benar pulang ke rumah ini.
"Iya-iya maaf, karena Kana nggak pernah jenguk Oma sama Opa selama ini." Ucap Arkan memelas.
"Tapi sekarang Kana bakalan sering ke sini soalnya kan ada Cia." Lanjut Arkan sumringah.
"Minta bikinin sana, sama Mama Papa kamu." Sahut Sagara.
Arkan terkekeh. "Om kan tau, Mama sama Papa sibuk. Kana aja nggak di urusin, gimana mau punya adek." Jawab Arkan, ada sedikit raut wajah sendu saat ia mengatakan itu pada Sagara.
Sagara menghela nafas melihat raut sendu keponakannya, ia tau bagaimana sibuknya orang tua Arkan. Sudah sering ia menegur adiknya untuk tidak terlalu sibuk mengurus pekerjaan, karena ia merasa kasihan pada keponakannya.
"Udah, makin jelek kamu kalau sedih gitu. Nanti Om kenalin sama adik kamu." Ucap Sagara seraya menepuk pundak keponakannya.
Arkan memeluk Sagara. "Cuma Om Gara, Opa sama Oma aja yang sayang sama Kana. Nggak masalah kalau Mama sama Papa lupa sama Kana, yang penting masih ada kalian." Ucapnya.
Sagara membalas pelukan Arkan, bagaimanapun juga ia sangat menyayangi keponakannya ini, meskipun mereka sering mengejek satu sama lain.
Sagara menepuk kepala Arkan setelah melepas pelukannya. "Yaudah, ke kamar sana. Kamar Cia ada di sebelah kamar kamu." Suruh Sagara membuat Arkan mengangguk.
"Kana ke kamar dulu." Ucap Arkan.
Sagara, Anella dan Saka menatap kepergian Arkan. Mereka tidak benar-benar marah saat anak itu tidak pernah berkunjung ke rumah ini. Sekarang anak itu tumbuh menjadi remaja yang tampan dan memiliki tubuh yang tinggi. Ada perasaan menyesal di hati mereka bertiga, karena tidak bisa melihat pertumbuhan Arkan beberapa tahun ini.
"Emang bener-bener ya Agra itu, anak sendiri di luapain. Sagara, kamu tegur dong adikmu itu." Ucap Anella pada Sagara.
Sagara menghela nafas. "Udah, Ma. Sagara udah sering bilangin, tapi Mama tau sendiri kan Agra gimana." Balas Sagara memelas.
"Biarin aja dulu, nanti kalau udah kelewatan biar Papa yang urus." Ucap Saka membuat langsung Anella meliriknya.
"Mau nunggu sampai kapan lagi? Emang nelantarin Kana 5 tahun dan ngebiarin anak itu tinggal sendirian masih nggak cukup?" Tanya Anella tidak terima, ia tidak habis pikir dengan suaminya. Apakah semua itu masih bisa di bilang belum kelewatan.
"Iya Mah, sabar. Nanti biar Papa yang urus." Ucap Saka lagi, ia mencoba menenangkan istrinya.
Setelah perdebatan tadi, satu persatu dari mereka kembali ke kamarnya masing-masing karena ini sudah hampir jam 10 malam.
Dan Thor buat kaneo plz jadikan la pasangan acha yg pintar juga malahan lebih agresif dlm watak sini tidak setara sama acha.. buat dia ketua klan Dr kakeknya yg mmg berada luar negara Dan membantu acha dalam Diam... sekiranya mereka mmg pasangan.