NovelToon NovelToon
BOUND BY A NAME, NOT BY BLOOD

BOUND BY A NAME, NOT BY BLOOD

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / Cinta setelah menikah / Pernikahan Kilat / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:750
Nilai: 5
Nama Author: Lina Hwang

Xandrian Elvaro, pria berusia 30 tahun, dikenal sebagai pewaris dingin dan kejam dari keluarga Elvaro Group. Sepeninggal ayahnya, ia dihadapkan pada permintaan terakhir yang mengejutkan: menikahi adik tirinya sendiri, Nadiara Elvano, demi menyelamatkan reputasi keluarga dari skandal berdarah.

Nadiara, 20 tahun, gadis rapuh yang terpaksa kembali dari London karena surat wasiat itu. Ia menyimpan luka masa lalu bukan hanya karena ditinggal ibunya, tetapi karena Xandrian sendiri pernah menolaknya mentah-mentah saat ia masih remaja.

Pernikahan mereka dingin, dipenuhi benteng emosi yang rapuh. Tapi kebersamaan memaksa mereka membuka luka demi luka, hingga ketertarikan tak terbendung meledak dalam hubungan yang salah namun mengikat. Ketika cinta mulai tumbuh dari keterpaksaan, rahasia kelam masa lalu mulai terkuak termasuk kenyataan bahwa Nadiara bukan hanya adik tiri biasa

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lina Hwang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Epilog – Anak Pertama Mereka dan Janji Baru

Tiga tahun kemudian.

Mentari pagi menembus dedaunan pohon flamboyan yang rimbun di taman belakang rumah mereka. Embun masih menggantung di ujung-ujung rumput, dan suara burung kecil menciptakan simfoni damai yang menyambut hari baru. Di tengah keheningan itu, tampak seorang wanita muda duduk di bangku kayu, memeluk bayi mungil yang terbungkus kain putih bersulam renda halus.

Nadiara, dengan senyum lembut dan rambut panjangnya yang dikepang sederhana, sedang menyusui buah hatinya. Matanya sembab karena kurang tidur, tapi tak ada rasa lelah yang tampak di wajahnya. Hanya kebahagiaan yang tak bisa ditutupi.

Langkah kaki berat namun lembut terdengar menghampiri. Xandrian muncul dari balik semak bunga hydrangea, membawa sekeranjang buah stroberi dan jeruk dari kebun belakang. Ia mengenakan kaos putih polos dan celana katun abu-abu, wajahnya basah oleh keringat dan rambutnya berantakan. Tapi bagi Nadiara, itu adalah versi terbaik dari suaminya sederhana, hangat, dan penuh cinta.

“Dia mirip kamu,” kata Xandrian seraya duduk di samping sang istri. Ia menaruh keranjang di tanah dan menyentuh pipi si bayi dengan jari telunjuk yang gemetar halus.

Nadiara meliriknya, tersenyum kecil. “Tidak, dia punya mata kamu. Tatapan yang tenang tapi dalam. Seperti danau di musim gugur.”

Xandrian tertawa lirih, lalu mencium kepala bayi mereka dengan hati-hati.

Mereka memberi nama anak perempuan itu Aleyra Elvano Elvaro. Nama yang penuh makna. Aleyra, yang berarti ‘cahaya setelah gelap’. Elvano, sebagai pengingat bahwa cinta tak selalu datang dari jalur yang biasa. Dan Elvaro, nama keluarga yang dulu membawa luka, kini menjadi simbol penyembuhan.

Hidup mereka telah berubah sepenuhnya. Setelah badai panjang, kini mereka tinggal di rumah yang sama, dalam pernikahan yang dibangun atas kehendak sendiri, bukan karena surat wasiat, bukan karena paksaan takdir. Cinta mereka tumbuh perlahan tapi pasti, seperti bunga liar di antara retakan batu.

Karier Xandrian memang kembali bersinar. Ia menerima tawaran menjadi CEO kembali di Elvaro Group, tapi hanya dengan satu syarat ia bekerja dari rumah. Semua rapat dilakukan via video call, dan jadwalnya ia atur sendiri agar selalu ada waktu untuk keluarga. Dunia bisnis menyebutnya sebagai revolusioner baru dengan cara kerja humanis. Namun bagi Xandrian, itu hanyalah cara agar ia tidak kehilangan momen pertama Aleyra berjalan, tertawa, atau memanggilnya Papa.

Sementara itu, Nadiara mendirikan sebuah yayasan bernama Aleyra Foundation tempat rehabilitasi dan perlindungan bagi perempuan muda yang menjadi korban kekerasan, pelecehan, dan pernikahan paksa. Ia mendesain sendiri ruangan-ruangan penuh warna, memilih staf yang peduli dan terlatih, dan menjadi pembicara aktif di berbagai forum nasional.

Ia tidak ingin masa lalunya hanya jadi kenangan kelam. Ia ingin luka-lukanya menjadi jalan bagi orang lain untuk sembuh lebih cepat. Dan bagi setiap anak perempuan yang datang padanya dengan mata penuh ketakutan, Nadiara akan menggenggam tangan mereka dan berkata, “Aku juga pernah seperti kamu. Tapi kamu bisa bertahan. Dan kamu akan bahagia.”

Dunia mereka kini tenang, tak lagi dihantui bayang-bayang dari masa lalu. Tante Mirana menghilang entah ke mana setelah kekalahan mutlaknya di pengadilan. Leo, dengan segala kejahatannya yang akhirnya terbukti, divonis 15 tahun penjara tanpa remisi. Semua luka masa lalu pengkhianatan, manipulasi, trauma telah mereka hadapi dan selesaikan bersama.

Malam itu, setelah Aleyra terlelap di kamar mungilnya yang dipenuhi mainan dan boneka-boneka kecil Nadiara duduk di teras rumah berselimutkan selendang tipis. Angin malam membawa aroma melati dari taman. Bintang-bintang bertaburan di langit, seakan ikut menjaga mimpi mereka.

Xandrian menyusul istrinya, membawa dua cangkir teh hangat. Ia duduk di sebelahnya dan merangkul bahunya erat.

“Kamu ingat hari pertama kita menikah?” tanyanya tiba-tiba, senyum geli menghiasi wajahnya.

Nadiara tertawa kecil, lalu memutar tubuh agar menatap suaminya. “Yang kamu bilang aku harus tidur di kamar sebelah?”

Xandrian menggeleng, wajahnya menegang sedikit karena rasa bersalah. “Ya Tuhan... Aku bodoh waktu itu.”

“Tapi kamu lelaki yang menepati janji,” bisik Nadiara, menatapnya dalam.

“Janji yang baru dimulai saat aku jatuh cinta padamu.”

Mata mereka saling mengunci, dan dalam diam itu, semua kata tak perlu diucapkan.

Dulu, cinta mereka dibangun di atas reruntuhan penuh luka, rahasia, dan ketidakpastian. Tapi mereka memilih untuk bertahan. Untuk saling menggenggam. Untuk percaya bahwa cinta tak harus selalu mudah, tapi harus selalu jujur.

Dan di sinilah mereka sekarang, bukan hanya sebagai pasangan suami istri, tapi sebagai sahabat, mitra, dan dua jiwa yang saling menemukan rumah dalam satu sama lain.

“Cinta yang kita punya,” gumam Nadiara sambil menyandarkan kepala di dada Xandrian, “mungkin tak sempurna. Tapi aku tak ingin yang sempurna. Aku hanya ingin kamu. Dan Aleyra. Dan pagi-pagi seperti ini. Dan malam-malam seperti ini.”

Xandrian mengecup ubun-ubunnya. “Dan aku berjanji, Nad. Ini bukan akhir. Ini awal dari segala janji baru yang akan terus aku tepati.”

Di bawah langit yang bersinar, dengan dunia yang kini lebih lembut, kisah mereka tak lagi berjudul luka. Ia berubah menjadi rumah. Menjadi harapan. Menjadi cinta yang lahir dari puing-puing, tapi tumbuh menjadi sesuatu yang utuh.

TAMAT.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!