Yuka Pratiwi,seorang staf hotel yang cantik sengaja mendekati Artha, sang menejer hotel agar bisa masuk ke dalam keluarga Regatama dan melakukan balas dendam melalui Artha yang polos. Yuka dapat menjalankan target utama nya yaitu Broto, sang ayah mertua. Tujuan hidup Yuka adalah untuk menghancurkan Broto yang sudah menghilangkan nyawa sang Ayah menyengsarakan Ibu dan merebut perusahaan keluarga nya. Keserakahan Broto menghancurkan kehidupan Yuka kala masih kecil.
Apakah Artha turut menjadi target dalam balas dendam Yuka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Thuy Mhuy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 17
Usai sarapan, Artha memastikan Yuka masuk ke dalam mobil Broto. Setelah mobil itu keluar dari gerbang rumah, Artha mulai memasuki mobil nya mengekori mobil sang Ayah. Hingga pada saat nya sampai di perempatan jalan, mobil Broto tetap lurus, sedangkan Artha harus belok ke kanan, karena rute jalan menuju kantor klien melewati jalan itu.
Broto membuang nafas lega setelah melihat melalui spion, memastikan mobil Artha tidak lagi membuntuti nya. Broto menatap Yuka. "Kamu membuat saya cemas, Yuka".
" Maksud papa cemburu?"
Broto bungkam, lalu menatap lurus ke depan.
Yuka terkekeh melihat ekspresi Broto, mirip seperti ABG yang sedang terbakar api cemburu.
"Apa papa melarang Yuka untuk melakukan kewajiban sebagai istri Mas Artha?" Kata Yuka lirih, tetapi begitu menusuk hati Broto.
"Seperti nua saya sudah kelewatan. Saya lupa kalau hubungan kita hanya sebatas menantu dan mertua. Saya menyentuh mu cuma sebagai rasa tanggung jawab atas kekurangan Artha yang tidak bisa memberi mu kepuasan ranjang saja".
Yuka menanggapi perkataan Broto dengan anggukan. Setelah itu tidak lahi ada perbincangan lebih lanjut, yang membuat suasana hening sesaat.
Yuka bingung saat Broto tidak berbelok memasuki Regatama's Hotel, justru lurus seraga menambah laju mobil. " Kita mau kemana, Pa?"
"Saya akan mewujudkan impian kamu." Jawab Broto tanpa menoleh ke arah Yuka.
Mobil Broto terus melaju semakin jauh dari Regatama's Hotel, melewati hutan kota dan akhir nya berhenti di kompleks perumahan yang berada di ujung ibu kota. Broto memarkikan mobil nya di depan sebuah rumah dengan bangunan klasik tetapi terkesan estetik dan elegan. Rumah itu berwarna dominasi putih dan navy, dengan taman minimalis di damping rumah.
Yuka terpana saat memandang rumah yang sangat sesuai dengan selera nya.
"Saya sengaja mencari rumah yang jauh dari pusat kota supaya persembunyian kita tidak terbongkar."
"Bagaimana papa bisa tahu selera Yuka?". Yuka memandang dengan sorot mata bersinar.
Broto hanya mengulas senyum. Broto mulai tahu selera Yuka saat pertama kali dia mengajak makan siang dan kala itu Yuka memilih restoran estetik.
Tanpa aba aba Broto mulai menggenggam jemari Yuka, mengajak nya memasuki rumah untuk melihat setiap sudut rumah bagian dalam. Yuka bisa melihat ruang tamu minimalis dengan sofa berwarna putih yang sangat empuk.
" Ayo naik ke atas." ajak Broto dengan memperlihatkan suasana lantai dua.
Di sana Yuka bisa melihat ruang keluarga dengan nuansa hijau, karena di penuhi dengan pot pot berisi tanaman yang bisa hidup di dalam ruangan. Yuka mengangumi pilihan Broto yang sangat sesuai dengan keinginan nya. Yuka memang sangat menyukai tanaman.
"Kamu harus liat kamar kiya." Broto meuntun Yuka masuk ke dalam kamar. Suasana kamar yang terkesan begitu intens dan nyaman. Tersedia pula sofa Tantra kasamutra dan spot spot lain yang mendukung kenyamanan dalam bercinta.
"Semua nya sesuai dengan apa yang Yuka ingin kan, Pa". Kata Yuka. Broto merangkul pundak Yuka , merasa puas dengan pilihan nya.
Yuka melihat arloji di tangan nya. " Kita sudah telat, Pa. Bahkan sudah setengah jam yang lalu. Kita harus secepat nya kembali ke kantor sekarang."
Ting...
Yuka merogoh ponsel dari tas nya, mengecek pesan masuk yang rupa nya dari Artha. Suami Yuka itu mengabari bahwa hari ini ada tugas mendadak yang mengharuskan diri nya ke luar kota, mungkin larut malam baru akan pulang.
Yuka memandang Broto dengan mata menyipit. "Jangan bilang ini ulah, Papa."
"Artha sudah berjanji akan melakukan apapun yang saya suruh demi jabatan Direktur di Regatama's Hotel".
Enggan menunggu waktu lebih lama lagi, Broto mendorong Yuka hingga terlentang di kasur. Broto melepaskan jas, melepas kancing kemeja nya tanpa menanggalkan kain itu, lalu mengungkung tubuh Yuka, saking tidak sabar nya, Broto menarik asal kemeja Yuka hingga dua kancing teratas kemeja Yuka terlepas entah kemana. Broto menurunkan celana nya setelah berhasil menyingkir kan benda segitiga milik Yuka.
" Papa, sakit..." pekik Yuka, seletah Broto berhasil memasuki goa milik Yuka tanpa ada memberikan pemanasan apapun.
Seketika gerakan maju mundur Broto terhenti, tetapi belum mencabut barang nya dalam lubang hangat milik Yuka. Broto menangkup kedua pipi Yuka, mata nya menatap Yuka dengan lekat. "Maafkan saya. Saya terlalu terburu buru. Kalau boleh jujur, saya sangat merindukan mu Yuka."
Air mata Yuka menetes, bukan karna terharu dengan kata kata Broto. Melainkan dia merasakan sakit yang luar biasa di bagian bawah tubuh nya.
"Saya tidak akan menyakiti mu lagi. Saya akan menghentikan kegiatan ini." Broto melepaskan pipi Yuka, hendak beranjak untuk mencabut pusaka nya, berniat menghentikan kehangatan yang rupa nya menyakiti pujaan hati nya itu.
Namun secepat kilat Yuka mengalungkan tangan nya di leher Broto, mencegah sang mertua untuk menghentikan kegiatan yang sudah terlanjur di mulai. "Lanjutkan saja, sebenar nya Yuka juga merindukan, Papa." Yuka menatap Broto dengan dalam. "Lakukan lah, tapi tolong dengan lembut". Lirih Yuka.
Broto terpana dengan jawaban Yuka, dia mulai menyatukan bibir nya dengan sang menantu. Broto mulai menjelajahi leher Yuka hingga dada nya, dan dengan sangat lembut mulai melanjutkan gerakan maju mundur.
" Apa masih sakit?" desis Broto di sela sela desahan nya.
Yuka menggeleng pelan, sesekali memejamkan mata nya dan menggeliat.
Ting...
Mendengar ponsel Yuka berdering, membuat gerakan Broto kembali terhenti. Tanpa mengubah posisi menggagahi Yuka, Broto meraih ponsel Yuka di atas meja nakas.
Broto menyerahkan ponsel kepada Yuka. Kening Yuka berlipat begitu membaca pesan dari rekan kerja nya. Bahwa Seno tiba tiba datang mencari nya. Sontak Yuka menghempaskan tubuh Broto begitu saja ke samping, memaksa hubungan ranjang itu selesai sebelum puncak kenikmatan berhasil di capai.
Yuka beringsut duduk seraya mengancingkan kemeja nya, dia berdecak pelan menyadari dua kancing kemeja nya benar benar lepas, membuat belahan dada nya sedikit terekspos. Yuka menyambar kain segitiga milik nya yang tergeletak di lantai, lalu dengan tergesa gesa memakai nya.
"Ada apa, Yuka?". Broto memegang kedua bahu Yuka. " Kenapa kamu menghentikan sesuatu yang belum selesai?"
Yuka memegang tangan Broto yang masih menempel di bahu nya, lalu menyingkirkan tangan itu. "Maaf, tapi Yuka harus segera kembali ke kantor, pa."
"Artha sekarang ada di luar kota Yuka. Apa yang kamu takut kan?"
Yuka merapikan rambut di depan cermin, kemudian memoleskan sedikit lipstik yang sempat terhapus akibat aksi liar Broto tadi. " Rekan kerja Yuka akan curiga kalau Yuka sering bolos kerja".
Broto menghela nafas berat. "Baik lah, kamu benar. Kita tidak bisa lalai dengan pekerjaaan. Kita akan kembali ke kantor sekarang." Broto menaikan celana, memasang kembali kancing kemeja nya, lalu mengenakan jas kantor nya lagi.