Karena pertempuran antar saudara untuk memperebutkan hak waris di perusahaan milik Ayahnya. Chairil Rafqi Alfarezel terpaksa harus menikahi anak supirnya sendiri yang telah menyelamatkan Dirinya dari maut. Namun sang supir malah tidak terselamatkan dan ia pun meninggal dunia setelah Chairil mengijab qobul putrinya.
Dan yang paling mengejutkan bagi Chairil adalah ketika ia mengetahui usia istrinya yang ternyata baru berusia 17 tahun dan masih berstatuskan siswa SMA. Sementara umur dirinya sudah hampir melewati kepala tiga. Mampukah Ia membimbing istri kecilnya itu?
Yuk ikuti ceritanya, dan jangan lupa untuk memberikan dukungannya ya. Seperti menberi bintang, Vote, Like dan komentar. Karena itu menjadi modal penyemangat bagi Author. Jadi jangan lupa ya guys....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ramanda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KISS PENYEMANGAT KERJA
Keesokan harinya.
Setelah pulang dari kepulauan S, sikap Widiya terhadap Chairil sudah mulai berubah lebih baik. Walaupun sesekali masih ada sifat dingin dan jutek. Namun itu hanya sesaat saja, sebab Chairil akan langsung mengingatkannya kembali. Dan akhirnya ia kembali memberikan senyuman manis pada suaminya. Ya begitulah keseharian Chairil, ia berusaha bersabar menghadapi sikap istri kecilnya itu. Dan ia juga selalu berusaha memanjakannya, walaupun terkadang istrinya tidak suka dimanja dan karena itulah, sifat dingin Widiya makanya keluar.
Seperti saat di pagi hari, Chairil selalu kekeh ingin mengantarkan istrinya kesekolah. Dan Widiya tidak menyukainya ia ingin pergi sendiri saja, agar teman-temannya tidak bergosip setiap melihat kedatangannya. Namun ia tak bisa membantahnya karena Chairil pasti akan mengingatkannya lagi. Dan akhirnya ia kembali memasang wajah juteknya.
"Haiiis... Kenapa setiap pagi wajah istriku yang manis ini selalu jutek sih? Apa nggak capek ya memasang wajah seperti itu, hm? Nanti wajah kamu jadi jelek loh kalau setiap hari seperti itu," ujar Chairil, ketika mereka sedang berada di dalam mobilnya. Yaa, walaupun Chairil terlihat sedang fokus menyetir. Namun ia tahu kalau istrinya itu sedang merajuk padanya. Dan itu terlihat dari postur tubuhnya yang duduk setengah membelakanginya.
"Biarin, itu kan salah Kakak ! Udah Diya bilangin jangan diantar, tapi Kakak selalu saja memaksa orang! Kan Diya jadinya kesal tau!" Protes Widia dengan mata masih mengarahkan ke jendela sampingnya.
"Wajar dong kalau seorang suami itu khawatir pada istrinya. Apalagi kamu pernah diculikkan? Jadi wajar saja kalau Mamas nggak tenang setiap kamu ingin pergi kesekolah sendirian. Lagiankan jalannya searah, antara kantor Mamas dengan sekolah kamukan? Makanya dari pada kamu harus desak-desakan dibius kan mendingan ikut Mamas sekalian, benar nggak?" Balas Chairil panjang lebar.
"Tau akh!" Balas Widiya singkat dan terdengar ketus. Tampak sekali ia masih merajuk.
"Iih, jutek banget sih? Katanya mau jadi istri Sholehah, tapi kok gitu sih? Padahal biasanya Istri Sholehah itu kalau bicara harus lemah lembut, terus nggak boleh mengabaikan suaminya. Dan harus sering memberikan senyuman manisnya, seperti Umi Salamah, kamu masih ingatkan?" Ujar Chairil, sambil sesekali ia melirik wajah istrinya.
"Iya iya! Nggak jutek lagi!" Balas Widiya, tapi masih sedikit ketus.
"Benarkah? Kalau begitu mana senyuman manisnya, hm?"
Mendengar pertanyaan suaminya, dengan spontan Widya menunjukkan giginya caranya berkata. "Ini senyumannya, iiiik..."
Chairil langsung tersenyum, sambil mengusap-usap kepalanya Widiya yang tertutupi oleh hijab putihnya. "Hmm... Nggak ikhlas banget sih masih senyumannya? Hm, berarti pahalanya, hanya setengah juga tuh biasanya," katanya sedikit menggodanya.
"Iis... Salah Mulu sih! Ya udah nih, hmm... Sudah puaskah suamiku?" Balas Widiya, sambil menyunggingkan senyuman manisnya.
Degh!
Seketika jantung Chairil berdetak kencang setelah mendengar kata suamiku, "Ah, jantung Mamas langsung berdetak kencang Sayang, mendengar kamu memanggil Mamas suamiku. Ditambah lagi setelah lihat senyumanmu yang manis rasanya jantung Mamas seperti ingin keluar. Itu artinya sangat memuaskan sayang," katanya yang terlihat memang ada kepuasan diraut wajahnya.
"Idih, gombal!" Bales Widia dengan singkat.
"Kok gombal sih? Itu fakta sayang, kalau kamu nggak percaya pegang saja nih dada Abang." Kata Chairil Soraya ia meraih tangan Widiya, lalu ditempelkan ke dada bidangnya.
"Iiikh... Apaan sih Kak merinding tahu dengarnya!" Balas widias Seraya ia menarik tangannya. "Udah ah Diya mau turun," katanya lagi, karena memang mobil Chairil ternyata sudah terparkir di depan gerbang sekolah TB. Widiya pun bermaksud ingin membuka pintu mobil. Namun tangannya kembali diraih oleh Chairil.
"Kamu tidak boleh keluar, sebelum memberikan Mamas kiss penyemangat kerja. Jadi Kiss dulu di sini, maka kamu boleh keluar," ujar Chairil, Seraya ia meletakkan jari telunjuknya ke pipi, mengisyaratkan agar dia mengecup pipinya.
Mendengar permintaan suaminya, Widiya pun langsung memutarkan bola mata malasnya, seraya berkata. "Hais... Genit banget sih pak tua ini," gumamnya, namun masih terdengar oleh Chairil.
"Apa kamu bilang... Pak tua? Coba kamu lihat baik-baik. Apakah wajah suami kamu ini, terlihat sudah tua?" Tanya Chairil, Seraya ia mendekatkan wajahnya wajah Widya. Membuat Widya tertegun sesaat, ketika melihat wajah tampan suaminya dari dekat. "Kenapa malah diam hm? Apakah kamu sedang terpesona dengan ketampanan suamimu ini, hm?" Tanyanya lagi, membuat Widya langsung tersentak, wajahnya juga tampak memerah.
"Eh! Narsis banget sih!" Katanya dan spontan ia langsung mendorong wajah Chairil. Setelah itu ia pun langsung membuka pintu mobilnya, lalu ia pun keluar dari mobil dengan terburu-buru. Setelah menutup mobil Ia pun langsung berlari memasuki pintu gerbang sekolahnya.
Melihat istrinya yang tampak sedang salah tingkah, hingga melarikan diri dengan terburu-buru, membuat Chairil langsung tertawa. "Hahaha... Lucu banget sih istri kecilku, kalau lagi salah tingkah gitu. Bikin aku semakin gemes padanya," gumamnya dengan pandangan yang, masih mengarah ke istrinya yang terlihat masih berlari-lari seperti sedang dikejar orang.
"Sudahlah, sebaiknya Aku secepatnya kekantor, soalnya pagi inikan ada meeting," gumamnya lagi, lalu ia mulai melajukan mobilnya, menuju ke perusahaan barunya.
________
Sementara itu di sisi lain.
Tampak Widiya masih terus berlari-lari menuju ke kelasnya. Sesampainya di depan kelas Ia pun langsung menghentikan larinya. Dan kemudian ia langsung berjongkok di sana sambil menepuk-nepuk dadanya.
"Hah... Hah... Hah..." Tampak nafasnya tersengal-sengal akibat ia berlarian tadi. "Hah... Jantungku rasanya mau copot! Hah... hah... Ini semua gara-gara kak Iril! Pakai acara mendekatkan wajah tampannya segalanya?" Gumamnya lagi, lagu tiba-tiba ia tersenyum sepertinya ia teringat ada wajah suaminya. "Hmm... Benar sih, wajah suamiku, memang tampan, tidak tampak tua sama sekali. Ah... Jantungku..." Gumamnya lagi. Namun perkataannya langsung disambung oleh seorang wanita.
"Berdebar-debarkan?"
Mendengar itu Widiya langsung tersentak dan ia pun langsung menoleh ke belakang. "Eh! Anggi?" Katanya seraya ia bangkit dari jongkoknya. "Ka-kamu, de-dengar ya?" Tanyanya lagi, tampak gugup.
"Yup! Gue dengar semuanya! Jadi sekarang sebaiknya Lo jelaskan deh semuanya, atau guee...."
┈┈••✾•◆❀◆•✾••┈┈
Jangan lupa tinggalkan jejaknya ya guys. Kasih bintang, Like, Vote, dan komentarnya oke? Syukron
diprawanin dengan cr paksa lg🤦🤦🤦🤦🤦🤦
thor prasaan dkit bngt dah up ny, ga terasa/Grin/