Baron sudah muak dan mual menjadi asisten ayah kandungnya sendiri yang seorang psikopat. Baron berhasil menjatuhkan ayahnya di sebuah tebing dan berhasil melarikan diri. Di tengah jalan Baron tertabrak mobil dan bangun di rumah baru yang bersih dan wangi. Baron mendapatkan nama keluarga baru. Dari Baron Lewis menjadi Baron Smith. Sepuluh tahun kemudian, Baron yang sudah menjadi mahasiswa hukum kembali dihadapkan dengan kasus pembunuhan berantai yg dulu sering dilakukan oleh ayah kandungnya. Membunuh gadis-gadis berzodiak Cancer. Benarkah pelaku pembunuhan berantai itu adalah ayah kandungnya Baron? Sementara itu Jenar Ayu tengah kalang kabut mencari pembunuh putrinya yang bernama Kalia dan putri Jenar Ayu yang satunya lagi yang bernama Kama, nekat bertindak sendiri mencari siapa pembunuh saudari kembarnya. Lalu apa yang terjadi kala Baron dipertemukan dengan si kembar cantik itu, Kama dan Kalia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lizbethsusanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Curiga
Galang adalah detektif kepolisian kota Malang yang menelepon Akira karena mereka pernah bekerja sama bareng beberapa tahun yang lalu dan Akira adalah mantan dosennya Galang. Galang senang sekali waktu dirinya mendengar kabar bahwa Akira berada di kota Malang dan sayangnya di saat dia akhirnya memiliki kesempatan untuk menghubungi mantan dosennya itu justru karena ada kasus pembunuhan.
Antares ditugaskan oleh pihak penyidik untuk menanyai beberapa saksi mata selaku ahli profesional di bidang psikologis. Ketika Antares tengah sibuk menanyai beberapa saksi mata, Akira berkata ke Jenar dan Galang, "Dia orang yang sama. Putri kamu benar, Jen. Pelakunya ada di sini"
Jenar mengedarkan pandangannya sambil bergumam, "Dan dia sudah berkarya di sini. Kita kecolongan"
"Orang yang sama? Dan pelakunya di sini? Kecolongan?" Kening Galang berkerut.
Akira menatap Galang, "Kalau kita berhasil memecahkan masalah ini dan menangkap pelakunya, kita menyelesaikan kasus di tiga kota sekaligus, New York Amerika, Paris Perancis, dan Malang Indonesia"
Galang membeliak, "Hah?! Apa maksud Anda Sensei?"
"Aish! Tidak usah memakai kata Anda. Pakai bahasa......apa namanya?"
"Gaul" Sahut Jenar.
"Iya, gaul" Akira menepuk bahu Galang.
""Ah, iya, baiklah Sensei. Apa maksud kamu tadi?"
Galang mencuri-curi pandang ke Jenar Ayu, jaksa ya perempuan ini? Dia tangguh banget padahal dia imut dan manis tipe perempuan rumahan, tapi dia tangguh dan dia tidak takut melihat mayat. Keren nih cewek. Sayang dia sudah punya suami dan gila, tzk! Suaminya tampan dan gagah banget. Gue bakalan kalah telak kalau Gue nekat mengejarnya.
"Ehem! Mata kamu lihat apa, hah?!" Akira mendelik ke Galang.
Galang dengan cepat memfokuskan matanya ke Akira lalu buru-buru berkata, "Maaf Sensei. Saya, emm, aku mencari apakah ada sesuatu yang mencurigakan dan terlewatkan tadi"
Jenar menoleh ke Galang lalu mengalihkan cepat pandangannya ke Akira, "Aku tidak menemukan keberadaannya di sini. Berarti dia benar-benar mengancam kira kali ini. Dia tidak hanya sekedar ingin menunjukkan karya seninya" Jenar mengangkat kedua jarinya ke atas membentuk tanda kutip di saat dia mengucapkan kata karya seni.
"Iya, dia yang sudah membunuh istriku, dia juga yang sudah membunuh putri kamu, Jen. Dia orang yang sama" Ucap Akira dengan kedua tangan mengepal erat.
"Astaga!" Galang menutup mulut dengan telapak tangannya dan mengangkat kedua alisnya di depan Akira.
Akira menepuk bahu Galang, "Bersiaplah merasakan stres tingkat dewa karena kamu berhadapan dengan Si Zodiak Cancer"
Galang langsung membungkukkan badannya di depan Akira, "Saya turut berduka cita yang sedalam-dalamnya atas meninggalnya Istri Sensei. Beliau perempuan yang baik dan ramah"
Akira menghela napas panjang dan menepuk-nepuk punggung Galang.
Di parkiran mobil VVIP ada pria tampan berbola mata cokelat yang tengah menyeringai mengerikan. "Tunggu aku menjemputmu Jen setelah aku membunuh Antares karena kamu sudah menguji kesabaranku. Kamu udah lancang menilai anak kecil di ceritaku itu gila dan butuh diterapi"
...♥️♥️♥️♥️...
Kama mengeratkan pelukannya sambil berbisik di sela isak tangisnya, "Kenapa semua yang aku sayangi berakhir dengan kondisi yang mengerikan, Ron?"
Baron langsung membopong Kama dan bertanya, "Kamar kamu di mana? Kamu harus tidur saat ini!"
"Di lantai dua dekat anak tangga" Jawab Kama di sela isak tangisnya.
Baron masuk ke dalam kamarnya Kama dan membiarkan pintu kamar Kama terbuka lebar, lalu pemuda tampan itu membaringkan kekasihnya ke ranjang dengan hati-hati. "Rileks, Kam. Kamu butuh tidur saat ini dan jangan mikir yang buruk-buruk lagi! Lupakan paket brengsek tadi!"
"Jangan pergi!" Kama menarik lengan jaketnya Baron saat pemuda itu berbalik badan.
Baron langsung duduk di tepi ranjang lalu menggenggam tangan Kama dan tersenyum penuh cinta. "Iya, aku akan tunggu sampai kamu tidur"
Baron mengusap lembut kening Kama sambil berkata, "Pejamkan mata kamu dan jangan pikirkan apapun saat ini, Kam"
Kama memejamkan matanya dan memeluk erat tangan Baron. Baron tersenyum dan mengusap kening Kama dengan tangan kiri karena tangan kanannya dipeluk erat Kama.
Kama akhirnya tertidur karena obat penghilang sakit kepala dan syok yang dia dapatkan dari kotak yang dia terima.
Baron menyelimuti Kama lalu merapikan rambut yang menutupi wajah cantik kekasihnya. Lalu, Baron bergegas keluar dari dalam kamarnya Kama dan dia tidak lupa mengunci pintu kamarnya Kama karena dia tidak ingin seseorang masuk ke kamarnya Kama di saat Kama tidur lelap. Siapapun itu. Baron tidak mempercayai semua orang yang saat ini berada di rumah orangtuanya Kama.
Baron menemukan Radit di ujung anak tangga bawah. "Bagaimana? Udah kamu kumpulkan semuanya di ruang tamu?"
"Sudah" Jawab Radit.
"Ayo kita temui mereka!" Ajak Baron dengan langkah lebar menuju ruang tamu dan Radit mengekor dengan lari kecil.
Baron duduk di depan tukang kebun, tukang masak, dan tukang bersih-bersih yang bekerja di rumah orangtuanya Kama.
"Saya pacarnya Kama, nama saya Baron dan ini teman saya, namanya Radit. Ibu dan Bapak namanya siapa dan tugas Bapak sama Ibu di sini apa?"
"Saya Anik. Saya tukang masak, Mas tampan"
"Saya Lastri tukang bersih-bersih rumah, Mas ganteng"
"Saya Sentot, tukang kebon, Den"
Radit menganggukkan kepala ke tiga orang yang duduk di depannya, "Saya Radit temannya Kama dan Baron"
"Saya ingin bertanya soal paket yang tadi diterima Kama. Siapa yang menerima paket itu tadi dan jam berapa tepatnya paket itu dianter ke sini dan siapa yang mengirimnya? Ojek online atau bukan?" Tanya Baron sambil menatap serius tiga orang yang duduk di depannya secara bergiliran.
Tukang kebun yang bernama Pak Sentot yang menjawab pertanyaannya Baron, "Saya tidak tahu siapa yang mengirimnya karena paket tadi tergeletak di atas meja teras depan"
Baron langsung bangkit berdiri sambil berkata, "Oke, saya akan tanya ke pos satpam untuk nanya......"
"Pak Slamet udah balik" Sahut pak Sentot.
Baron duduk kembali dsn bersedekap dengan alis bertaut, "Kenapa balik?"
"Pak Slamet udah ijin ke Nyonya dan diijinkan pulang karena perutnya sakit" Jawab Lastri.
"Sakit perut?" Tanya Radit.
"Iya" Lastri berucap dengan tegas.
"Kenapa aneh? Saya lihat rekaman CCTV di lima belas menit yang lalu sama Pak Slamet dan Pak Slamet baik-baik saja" Sahut Radit dengan wajah penuh tanda tanya.
Lastri, Anik, dan Sentot saling lihat-lihatan.
Baron mengerutkan kening dan membatin, tiga orang ini mencurigakan.
