“Aku tak menyukainya. Dia sangat dingin.”
Kikan adalah wanita pendiam dan sangat tidak mudah beradaptasi terhadap laki-laki.
Namun, ibunya yang sakit-sakitan ingin sekali melihat putri semata wayangnya itu agar segera menikah.
lalu kikan mendengar kabar bahwa ia akan dijodohkan dengan teman masa kecilnya yang bernama Alka yang kini menjadi pembisnis sukses.
sudah 15 tahun mereka sama sekali tidak pernah bertemu.
Kikan dan Alka saling menyetujuhi perjodohan itu
Namun, waktu akan melakukan pertemuan antar keluarga, Alka justru malah kabur dari rumah hingga kakak kandung Alka yang sangat dingin terpaksa menggantikan pernikahan tersebut.
bagaimanakah kisah pernikahan yang akan Kikan lalui dengan laki-laki yang tak seharusnya ia nikahi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nona lancaster, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Percakapan
Kikan meraih ponsel miliknya yang sempat ia letakan di atas meja. Ia mengirim pesan singkat kepada, Rey. untuk meminta izi, tidur di rumah Ibunya malam ini. agar, ia, bisa menemani Cathrine yang sedang bersedih hati.
"Kak Rey, nanti kamu langsung pulang saja, ya. aku akan tidur di rumah Ibu malam ini, aku ingin menemani Cathrine. karna, dia, sedang ada masalah dengan kekasihnya."
Namun, Rey hanya membaca pesan tersebut tanpa membalasnya. Kikan yang kesal tak henti - hentinya menggerutu. Mungkin, kalau bicara tak di hiraukan, wajar saja. Karna memang, suaminya tidak suka banyak bicara. Tapi, hanya membalas pesan singkat saja begitu susahnya.
"Ada apa, Ki?" tanya Cathrine.
"Tidak apa - apa kok, Cath." Kikan menimpalinya dengan tersenyum.
"Oh iya, bagaimana hubunganmu dengan, Tuan Rey, Ki." Pertanyaan Cathrine membuat Kikan membungkam.
"Apa kalian, baik - baik saja?" imbuh Cathrine.
"Kenapa, hari ini semua orang menanyakan pertanyaan yang sama kepada ku?" gumam kikan dalam hati.
"Ya begitulah, Cath. kau kan tau sendiri pernikahanku dengannya hanya sementara," jawab Kikan pelan karna takut terdengar oleh Ibunya.
"Apa kamu tidak punya perasaan sama sekali terhadapnya?" tanya Cathrine. Kikan terdiam sejenak dan mencoba memalingkan pandangannya.
"Tidak, tidak kok, Cath. mana mungkin." Kikan membantahnya. Kikan terdiam dengan tatapan kosonnya. Ia mencerna apa yang Cathrine baru saja tanyakan kepadanya, Kikan teringat akan hubungan antara Rey dan juga Reina.
"Bagaimana bisa, aku, menyukai kekasih orang lain," gumam Kikan dalam hati dengan polosnya.
Malam itu, Kikan dan Cathrine, berbincang -bincang di dalam kamarnya, sepertinya Cathrine sudah sedikit bisa melupakan permasalahannya. meskipun, tak bisa ia pungkiri. di dalam kedua mata wanita itu, tersirat luka begitu mendalam yang sedang ia coba sembunyikan. sementara, mereka yang sedang asyik berbincang tiba - tiba menghentikan aktivitasnya. Saat mendengar suara teriakan Ibu Merry yang memanggil Kikan untuk segera ke depan. Kikan sesegera mungkin ke depan dan meninggalkan Cathrine di dalam kamarnya. Kikan terkejut saat melihat suaminya pulang ke rumah Ibunya.
"Kak Rey, kamu kenapa kemari? kan,sudah aku bilang. aku, akan tidur di sini malam ini," seru Kikan.
"Sudah tau, tidak usah banyak bicara," saut Rey seraya mendudukan tubuhnya di atas tempat duduk. Kikan pun mengikutinya.
"Kalau sudah tau, lalu, kenapa kemari?" tanya Kikan.
"Aku tidak mau kamu menyusahkanku, untuk menjemputmu pagi - pagi di sini. jadi, aku akan bermalam di sini juga," jawab Rey dengan juteknya.
"Baiklah, ayo, akan ku antar ke kamar atas," ajak Kikan. Rey mengiyakannya. Kikan neranjak beranjak berdiri dari duduknya. Dan berjalan mendahului suaminya untuk menaiki tangga dan Rey mengikutinya dari belakang.
"Mandilah, akan ku siapkan makan malam untukmu," kata kikan hendak meninggalkan Rey.
"Tidak usah, tadi aku sudah makan," ujar Rey.
"Makan dengan siapa?" tanya Kikan penasaran.
"Client," singkat Rey. sembari melepas kemejanya.
"Pasti perempuan, iya, kan." Kikan menerka - nerka. Rey menghentikan aktivitasnya dan hanya diam menatap Kikan dengan tatapan tajam.
"Ehm, baiklah, aku akan segera pergi," imbuh kikan yang takut dengan tatapan Rey. saat Kikan hendak keluar dari kamar itu. Tangannya seketika di tarik oleh Rey, hingga membuat dirinya terkejut.
"Mau kemana?" tanya Rey.
"Ehm, A-aku mau ke kamar menemani Cathrine," saut Kikan, Rey langsung melepaskan tangannya. Kikan cepat - cepat pergi dari kamar itu berjalan turun ke tangga dengan memegangi dadanya yang berdetak tak karuan. Rey hanya diam seraya memperhatikan istrinya dari atas.
Rey, langsung membaringkan tubuhnya yang ia rasa begitu lelah, di atas tempat tidur. Ia menatap langit - langit kamar dengan tatapan kosong. terlihat ada sesuatu yang mengganggu pikirinnya, tapi entahlah, apa yang sedang dirinya pikirkan malam itu. hampir tengah malam, dan saat Kikan rasa Cathrine sudah terlelap tidur. Ia hendak keluar dari kamarnya, untuk pergi ke kamar Ibu Merry. Ia melihat wanita yang sudah melahirkannya itu. Tertidur dengan pulans. Kikan memandangi wajah Ibunya dengan seksama. air matanya tiba - tiba meleleh seketika.
"Maafkan Kikan, Bu. belum bisa membahagiakan, Ibu." Kikan berucap lirih sembari menepis halus air matanya yang jatuh.
"Selamat tidur, Bu." Kikan mencium kening Ibunya.