Hidup ini bukan tentang bagaimana caranya kita bahagia,tapi tentang.
Bagaimana cara nya kita menerima luka ini.
ikhlas bukan berarti tak terluka.kehadiran nya membawa keramaian di ruang yang kosong.
Raga ini untuk suami ku,tetapi hati dan pikiran untuk dirinya.
aku...memang bersalah di sini,telah membuka hati untuk yang lain tetapi luka yang di guriskan suami ku, sungguh sangat amat menyakitkan.
Dari dia ku belajar artinya tenang dan ikhlas.
Di kekosongan ini dia memberikan banyak cinta untuk ku yang tak ku dapatkan dari sosok suami ku.
Oh, Yan...begitu ku memanggilnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dedek Iting, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
34
"Calon bapak yang baik"ucapanya becanda.
mendengar ucapan Frans barusan membuat Yan kesal,lalu menatap nya dengan tajam.
buka karna Ia tak mau jadi bapak buat Vania tetapi Ia tak mau membuat Vania salah sangka,setelah mendengar ucapanya Frans.
apa lagi sampai ke ke telinga Tami,pasti Tami tak mau lagi berhubungan dengannya.
"Lo,jadi orang mulutnya lemes banget"ujar Yan kesal
bukan kesal Frans malah tertawa kuat,membuat menggema di dalam ruangan Yan.
mendengar om Frans tertawa Vania menoleh ke arah om-om dua itu,Vania bingung apa yang sedang di tertawa kan salah satu dari mereka.
"Om,bising(berisik)"ujar Vania
"Hahah...maaf,kalian sangat cocok"Frans masih tertawa
"Lo keluar atau gue lempar sama ponsel gue!"ancam Yan
"haha,maaf(Frans dengan sisa tawanya)ini gue keluar"ujar Frans lalu keluar dari ruangan Yan .
Yan terus mengerjakan pekerjaannya,setelah selesai Yan melirik jam tangan sudah jam 12:25,lalu Yan bergantian melirik Boca perempuan di sofa sedang tertidur lelap.
"Lah dia tidur!"ujar Yan
Yan lalu beranjak dari duduknya menghampiri Vania,dan membangunkan Boca itu
"Vani ayok makan dulu"ucapnya lembut sembari colek-colek pipinya yang gembul.
"ehh..adek nantuk mamih"cicitnya
"maem dulu sayang"ucapnya lalu menggendong Boca itu ke kantin.
yang di gendong masih saja terpejam,Yan merasa sedang menjadi bapak sambung yang baik untuk Vania,terkadang Yan tersenyum sendiri karena tingkahnya ini.
Yan tersenyum manis Karena pikiran nya,yang lain malah tersenyum karna senyum manisnya Yan apa lagi cewek-cewek yang sangat menyukainya.
Yan sadar karena dia tersenyum semua mata tertuju ke dia,lalu Yan memudarkan senyumnya dan kembali lagi ke mode datar.
"Adek mau maem apa?,makan lah nanti omnya di marah mamih,kalau tak bisa di bilangin om tak mau mengajak vania kemari lagi"ujar Yan dengan suara lembut.
Vania mendengar ucapan tak mau mengajaknya lagi lalu membuka matanya dan menatap ke wajah Yan
"Iya adek matan om,adek nacik cama ayam goleng"ujarnya Vania masih sedikit celat,pelayan kantin itu mendengar ucapan Vania terkekeh geli.
"Samain aja dua mbak"ujar Yan
"Iya mas"
"ISS...Om Yan nitut-nitut."ujarnya mengejek Yan
"ihh..kok gitu,adek yang ngikut-ngikutin pesana om"ucap Yan dengan nada becanda,Vania mendengar omnya seperti itu merasa di ejek,maklum anak kecil pantang di ajak becanda
"iss..om,adek kesal!"ujarnya lalu melipat kedua tangannya di dada,dan membuang muka.
Yan melihat tingkah Boca kecil ini membuat nya tertawa lepas,ada saja tingkah lucunya membuat Yan merasa gemas.
yang di tertawain semangkin ngambek,
"Pokonya adek kesal,nanti adek bilang mamih,om membuli adek"ucapnya kesal
"Maaf sayang maaf,jangan bilang mamih ya"Yan pura-pura takut agar Vania merasa senang
"ditu dong"ucapnya lalu tersenyum manis.
tak lama seorang pelayan kantin membawa pesana mereka berdua,Yan melihat Vania mencuci tangannya di kobokan kecil,sebelum makan Vania meminum seteguk air lalu mencomot nasi nya dan memasukan kedalam mulut,Yan masih memandangi Boca kecil ini,terlintas ada rasa kasian karena ibu dan bapaknya seperti itu.
benar kata orang-orang kenapa wanita mengalah di dalam kesulitan rumah tangga seperti ini,itu semua demi anak.karna seorang ibu bisa mengorbankan perasaanya agar anaknya tidak merasa sakit nya perpisahan.
"Panter dia melakukan ini,ternyata melihat anaknya bahagia itu sudah cukup, walau harus mengorbankan perasaanya!"gumam Yan lalu mendengus kesal.
"Om,Ndak matan?"ucapnya,sebab sedari tadi Vania melihat om nya hanya mengacak-acak makanan dengan sendok
"Iya ini mau makan"
"kata mamih,nacik nya Ndak boleh di main-mainin nanti dia nanis,kata mamih juga kalau nacik na marah dia Ndak mau lagi cama kita,kita matan apa."ujar Vania memberi nasehat ke omnya seperti nasehat mamihnya
"Iya ini om mau makan kok"ucap Yan lagi
"Om mau adek kasih tau cara matan yang enak,"
"boleh"ucap Yan cepat
"tangan om,cuci lalu ambil nacik Patek tangan,pasti enak kata mamih itu cara matan yang enak om"ujarnya Vania
Yan mengikutin saran mamih Tami melalu Vania si putri kecilnya,Yan emang tak terbiasa makan dengan tangannya.
Yan mencoba memasukan nasi ke mulutnya,dan mengunyah nya.benar kata Vania lebih nikmat makan dengan tangan dari pada sendok.
tah kenapa semua mata tertuju ke pada Yan dan Vania,dan ada sebagian terkejut Yan makan tak memakai sendok,semua orang merasa Vania seperti anak kandung Yan.
Setelah kejadian di kantin yang sangat manis,tak terasa waktu terus berputar Yan dan Vania mendatangi Tami ke restoran,ternyata sang mami sudah menunggu di parkiran dengan baju bebasnya.
"Mamih!"ujar Yan
Aku mendengar Yan memanggil seperti itu menggidik ngeri..
"Apaan sih!"ucapnya
"Anak mamih,gimana tadi sama om,adek gak nakal kan?"ucap ku lembut sembari menciumi pipi putri ku yang bulat seperti bakpao
"Mamih,Om Ndak di cium juga"ucap Yan manja seperti anak kecil
sebelum Tami berbicara suda di serobot Vania di luan
"Ini mamih adek,om calik mamih om lah"ucapnya sinis lalu memeluk ibunya erat-erat
"Kongsi lah Van"rengek Yan,Vania melihat omnya merengek seperti kasian
"Ok,kalna Om Ndak punya mamih,kita koncih"ucapnya lalu tersenyum bahagia
"yehh..."Yan bersorak gembira,
Aku menatap Yan kesal.
"Ayok om peluk mamih,bial kayak tele tabis"ucap Boca kecil itu
"Ok"Yan lalu memeluk kedua wanita yang beda usia itu.
"Yan"ucap ku risih
"Saya biie"ucap Yan lembut di kuping ku dan meniup udara ke arah kuping ku.
"Jangan cari kesempatan dalam kesempitan"ujar ku kesal
"Aku paling suka kalau kamu gala begini sayang"ucap Yan lagi berbisik di telinga ku.
"Mamih sama om bisik-bisik apa,suaranya suusustt"Vania memperaktekan bunyi suara bisikan tak jelas Yan Tami.
Yan terkekeh geli melihat tingkah satu ini.
"Ya sudah pulang lah,kasian Vania pasti juga capek mih"ujar Yan.
Aku tak mau banyak peroter,aku dan Vania berpamitan dengan yan dan lalu pulang.samapai di rumah rutinitas seperti biasa selalu kulakukan..
*****
Tak terasa sudah sebulan aku kerja dan hari ini aku dapat off,aku beberes rumah karna kan sebulan sekali hanya dapat libur,Vania harini ikut dengan nenek nya,dia di bawa papinya sudah dua hari ini tak pulang,rindu sekali rasanya.mereka pun tak ada satu bisa di hubungin,aku pasrah saja.
karena suntuk sore ini aku pergi jalan sendiri ke cafe yang dekat pantai,aku rindu senja menyapa ku.
aku suda sampai di cafe mas Agam,aku duduk memandang kearah laut, karena ini sudah sore sekali aku tersenyum melihat senja menyapa kami dan meninggalkan kami begitu saja,kenapa begitu cepat...
pesanan ku sudah datang,ku seruput kopi ku dan menikmatinya.
"Lebih nikmat lagi minumnya bareng aku"ucap seseorang
Aku melirik dan terkejut.
-----
Suara siapa kah itu?.
janga di jawab, jawabnya di bab berikut saja🥰
dh mulai gerah ne, suami mana suami😆
udah muncul bibit² pembinor😆