NovelToon NovelToon
Bidadari Pilihan Zayn

Bidadari Pilihan Zayn

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:3.6k
Nilai: 5
Nama Author: Hania

“Le, coba pikirkan sekali lagi.”

“Aku sudah mantap, Umi.”

Umi Shofia menghela nafas berkali-kali. Dia tak habis pikir dengan pilihan Zayn. Banyak santri yang baik, berakhlak, dan memiliki pengetahuan agama cukup. Tetapi mengapa justru yang dipilihnya Zara. Seorang gadis yang hobinya main tenis di sebelah pondok pesantren.

Pakaiannya terbuka. Belum lagi adabnya, membuatnya geleng-geleng kepala. Pernah sekali bola tenisnya masuk ke pesantren. Ia langsung lompat pagar. Bukannya permisi, dia malah berkata-kata yang tidak-tidak.Mengambil bolanya dengan santai tanpa peduli akan sekitar. Untung saja masuk di pondok putri.

Lha, kalau jatuhnya di pondok putra, bisa membuat santrinya bubar. Entah lari mendekat atau lari menghindar.

Bagaimana cara Zayn merayu uminya agar bisa menerima Zara sebagaimana adanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hania, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Persiapan Setoran

Zara merasa seperti seorang santri yang tengah belajar di sebuah pondok. Di mana hari-harinya selalu dipenuhi dengan hafalan dan hafalan. Dari bangun tidur sampai menjelang tidur, dia akan disibukkan dengan menghafal ayat-ayat suci Alquran.

Bukan sebagai seorang istri yang harus melayani suami, membuat makan untuknya, mencuci bajunya, membantu menyiapkan pekerjaan suaminya. Tidak! Semua itu tidak terjadi padanya.

Dia memiliki kebebasan untuk menekuni hobinya, meningkatkan kualitas dirinya. Andaikan dia mengerjakan pekerjaan rumah, itu hanya menyapu dan membereskan kamarnya saja. Begitu keluar dari kamar sudah ada santri yang melanjutkan  pekerjaannya. Dia merasa seperti ratu di tempat yang benar-benar baru baginya.

Bahkan untuk makan pun, Zayn selalu membawakannya ke kamar. Zayn tak menuntutnya untuk membersamai Umi dan Abah ketika makan.  Seolah-olah dia mengerti bahwa dia belum siap untuk bertemu dengan Umi dan abah. Dalam kapasitasnya sebagai menantu, pendamping Zayn sebagai seorang ustad dan pendakwah.

Di satu sisi, dia merasa tersanjung dengan pengertian Zayn yang tanpa batas. Namun di sisi lain dia merasa kurang enak dengan keluarga Zayn.

Mungkin mereka masih menganggapnya sebagai pengantin baru sehingga tak banyak tuntutan dari keluarga Zayn.

Ah sudahlah nikmati saja... Yang penting dia tenang dan suaminya juga tenang.

Sebagian pasangan baru, biasanya mencari keindahan dan kebahagiaan melalui bulan madu dan pesiar. Namun ini tak berlaku bagi Zara. Tanpa pergi ke tempat lain dan menghabiskan uang, Zara pun sudah dapat merasakan kebahagiaan itu di sini, di keluarga suaminya.

Adapun keindahan sebagai pasangan baru, saat ini memang belum dia dapatkan. Namun dia dapatkan dalam bentuk yang lain yang lebih indah dari segala yang indah. Suami telah menerima dirinya dengan apa adanya.

Masalah tentu saja ada. Dan itu  sangat remeh-temeh. Sehingga membuat mereka semakin mengenal karakter masing-masing.

Jikalau ada yang disebut masalah besar, hanyalah masalah Umi Shofia. Ia selalu menegurnya ini dan itu. Dan memberi tugas yang selama ini tak pernah dibayangkan oleh Zara seumur hidup.

Bahagianya hati Zara.

Semoga ini tidak hanya di awal saja, tapi sepanjang perjalanan mereka mengarungi bahtera rumah tangga.

Setelah kepergian Zayn, Zara berbaring sejenak untuk sekedar beristirahat. Tapi entah mengapa, Ia seolah-olah tak membutuhkannya lagi.  Terlintas dalam pikirannya tentang  tugas-tugas dari Zayn dan juga Umi Shofia.

Ah, lebih baik dia mulai sekarang. Tidak perlu menunggu setelah ashar.

Zara beranjak dari tempat tidurnya. Lalu mengambil Alquran. Dia pun menuju ke beranda kamarnya yang menghadap taman dan pepohonan tinggi yang berbuah lebat. Sepertinya tempat itu  nyaman untuk menghafalkan Alquran.

Ah, sangat nyaman. Padahal dari pagi dia telah disibukkan dengan latihan tenis yang sangat menguras tenaganya.

Zara teramat fokus menghafal. Sehingga rasa lelah atau mengantuk pun menghilang entah ke mana. Apakah ini karena indahnya bacaan yang dia lantunkan atau karena mandi air laut yang sesaat lalu ia lakukan.

Tak terasa waktu ashar pun tiba. Zara segera beranjak dari beranda. Dia menuju ke kamar mandi untuk bersuci, sebagai persiapan menjalankan kewajiban shalat ashar.

Saat ini, Zara belum punya keberanian untuk berjamaah bersama para santri di masjid pondok. Khawatir akan mengurangi wibawa suaminya. Dia pun shalat sendiri di kamar.

Seandainya tidak ada tugas dari Umi Shofia dan Aa Gus, mungkin dia akan merasa bosan. Tak ada yang bisa ia lakukan di sini, di kamar ini.

Selesai melakukan shalat ashar Zara kembali mengambil alqurannya. Mengulang kembali ayat yang telah dihafalkan serta menambah beberapa ayat lagi. Saking semangatnya, bahkan dengan mudah, dia bisa menyelesaikan satu lembar berikutnya.

Alhamdulillah... Allah telah memudahkan dirinya untuk segera menguasai dan menghafalkan Alquran.

Zara semakin bersemangat.

Tak terasa waktu pun terus berjalan. Cahaya mentari pun mulai memudar, meninggalkan warna lembayung senja di luasnya langit sore.

“Sudah jam 04.30 toh,” gerutu Zara yang tampak enggan untuk menyudahi hafalannya.

Ia pun beranjak, hendak membersihkan diri.

Beberapa saat kemudian dia telah kembali dengan pakaian baru, pemberian suaminya.  Berharap  Zayn akan senang saat dia datang nanti.

Sedang asik berpose di depan cermin, Zara mendengar pintu diketuk.

“Assalamualaikum.” suara itu memanggilnya. Sepertinya suara seorang wanita.

Zara cepat-cepat membuka pintu. Dia kaget, karena di sana telah berdiri seorang santriwati. Dalam hati, ia bertanya-tanya. Siapa gadis ini dan apa keperluannya.

Dan yang lebih membuatnya kaget, pada saat gadis itu tiba-tiba mencium tangannya dengan takzim.

Eeee... Hampir saja dia menarik tangannya.

Bukan karena tidak suka. Tapi dia merasa belum layak mendapatkan kehormatan yang seperti ini.

Tapi sudahlah, terima saja nasib yang mungkin saat ini belum bisa dia pahami.

“Waalaikumsalam, Ada apa ya?” tanya Zara.

“Maaf Neng Zara. Saya disuruh  mengantarkan titipan ini. Ini dari ustad Zayn,” kata gadis itu dengan sopan.

Dia menyerahkan sebuah kota yang terbungkus plastik kresek.

“Oh iya. Terima kasih,” kata Zara.

Merasa urusannya telah selesai, gadis itu pun berpamitan.

“Assalamualaikum,” ucap gadis itu sambil mencium tangan Zara.

“Waalaikumsalam,” jawab Zara.

Gadis itu pun berlalu, akan meninggalkan dirinya.

“eh...sebentar, siapa namamu?” tanya Zahra.

“Saya Delisha, Neng.”

“Terima kasih, Delisha.”

Setelah Delisha pergi, Zara pun membuka bungkusan tersebut yang ternyata adalah nasi beserta lauk pauknya.

“Alhamdulillah... Aa Gus tahu saja kalau sekarang waktunya Neng makan sore,” gumamnya dalam hati.

Jadwal Zara untuk makan malam bukanlah malam hari tetapi sore hari. Kalau malam dia sudah tidak mengonsumsi nasi lagi. Biar badan ideal. Begitulah kata orang-orang. Hehehe....

Dia menikmati makanan tersebut dengan lahap, sampai tak tersisa.

Perut kenyang, hati pun gembira. Sambil menunggu datangnya waktu shalat magrib. Sekali lagi dia murojaah atau mengulang kembali hafalannya. Sepertinya dia sudah bisa setoran dua lembar sekaligus. Semoga Umi Sofia menerimanya. 

Dia tidak mau menyicil sedikit demi sedikit. Itu sangat membosankan dan lambat. Kalau seperti itu, kapan selesainya?

Semakin mendekati waktu setoran, Zara semakin deg-degan.

Bisa nggak ya... bisa nggak ya...Pasti bisa, Insyaallah. Zara mencoba menyemangati dirinya sendiri.

Setelah azan isya berkumandang, Zara cepat-cepat melakukan shalat.  Turun dari shalat isya, handphonenya berbunyi.

📱” Neng sudah ditunggu Umi di ruang keluarga. Kamu pergi sendiri ya. Maaf, Aa tidak bisa mengantarmu.”  Zain mengingatkan akan tugasnya.

📱”Baik Aa Gus. Doakan Neng bisa ya...”

📱”Ya. Semangat! Assalamualaikum.”

📱” Waalaikumsalam.”

Mau setoran hafalan saja, rasa-rasanya seperti mau perang. Mungkin karena ia terbayang dengan wajah Umi Sofia yang garang.

Bismillah ya Allah... mudahkanlah hambamu ini menghafal ayat-ayatMu.

Tanpa menoleh ke kiri dan ke kanan, Zara melangkah keluar menuju ruang keluarga.

Untung saja kemarin, Aa Gus sudah mengajaknya ke ruang keluarga. Andaikan belum, dia pasti kebingungan. Dan akan menambah beban saat setoran nanti.

1
Anto D Cotto
menarik
Anto D Cotto
lanjut crazy up Thor
Rian Moontero
mampiiiir🖐🤩🤸🤸
Titik Sofiah
awal yg menarik ya Thor moga konfliknya nggak trlalu berat dan nggak ada drama'' poligami.a ya Thor
hania: Beres kakak 😍
total 1 replies
hania
terimakasih kakak
❤️⃟Wᵃfℛᵉˣиᴀບͤғͫᴀͣⳑ🏴‍☠️ꪻ꛰͜⃟ዛ༉
bagus ceritanya seru kayaknya lanjut kak
hania: ok kakak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!