Benih Siapa Di Rahimku

Sonia hanya mengulas sebuah senyuman, wanita cantik ini memang tidak pernah membayangkan jika kehidupannya harus terpisah seperti ini dengan putra pertamanya itu. Apalagi mereka berdua sudah terbiasa bersama-sama sejak dulu.

   "Sayang, itu sudah menjadi hakmu Nak, karena kamu memang sudah remaja dan cukup umur, apalagi tahun depan kamu sudah harus kuliah, untuk itu Mama berpesan agar kau serius dalam pendidikan, agar bisa menjadi penerus di perusahaan papamu," ungkap Sonia.

  "Itu pasti, dan aku tidak akan pernah mengecewakan Mama," sahut Kenzi.

 Sonia berbuat seperti ini, bukan berarti dia tidak menyayangi Kenzi akan tetapi sebagai wanita yang menemani suami dari nol rasanya sangat tidak adil jika hasil jeri paya suaminya selama ini akan dinikmati orang baru sedangkan anaknya harus hidup sederhana dengan dirinya.

  "Nak, kamu merupakan seseorang yang masih di terima oleh keluarga papamu, jadi Mama harap semoga suatu hari nanti kamu yang akan memimpin perusahaan papamu itu, karena kamu anaknya, cukup Mama saja yang terdepak dari rumah itu rumah yang sudah di tempati Mama selama bertahun-tahun," ungkap Sonia dengan tatapan nanar.

  "Iya Ma, aku tahu apa yang sedang Mama pikirkan, semua ini Mama lakukan untuk kebaikan Kenzi juga, agar Kenzi masih bisa mendapatkan apa yang sudah menjadi hak Kenzi, dan Kenzi pun tidak akan mengijinkan wanita manapun untuk menempati rumah itu, karena aku tahu rumah pemberian dari Papa untuk Mama," ungkap Kenzi.

"Makasih Nak, sudah mau mengerti dengan keadaan Mama," ujar Sonia.

Saat ini Sonia mulai mengajak anaknya itu untuk menemui ibunya di ruang keluarga, sebagai seorang Nenek, Wanda begitu sedih melihat sang anak harus terpisah dengan anaknya seperti ini, apalagi dengan usia pernikahan yang cukup lama.

"Cucu Nenek, kapan datang," sapa Wanda.

"Sudah dari tadi Nek, maaf ya Kenzi tidak nemuin Nenek dulu, karena sudah terlalu rindu sama Mama," jelas cucunya itu.

"Gak apa-apa Sayang, itu lebih baik, karena mamamu butuh dukungan penuh dari anaknya," ujar Wanda.

Ketika mereka sedang berbincang-bincang tiba-tiba saja Nehru datang dengan wajah yang sedikit sumringah pria tua itu merasa begitu lega karena sudah berhasil membuat balasan yang setimpal kepada seseorang yang sudah menyakiti anaknya.

"Papa dari mana?" tanya Sonia.

"Papa, habis datang dari kantor Dion," sahut Nehru dengan enteng.

"Apa! Ngapain Pa?" tanya Sonia.

"Sedikit memberinya pelajaran," ucap Nehru.

"Pa, janganlah seperti itu, aku bisa menghadapinya sendiri, jadi Papa tidak usah repot-repot datang kesana," omel Sonia.

"Gak apa-apa mungkin kamu bisa hadapi semua ini sendirian, tapi kamu juga harus tahu, kalau kamu tidak sendiri Nak, kamu masih punya Papa, selama papamu ini masih diberi kehidupan pada saat itu juga Papa akan menjadi pelindung dari orang-orang yang berbuat jahat kepadamu," sahut Nehru yang membuat Sonia merasa terharu.

"Pa, makasih banyak ya, sudah mau menyayangiku apa adanya," ucap Sonia.

"Shuuut, kamu tidak boleh bicara seperti itu, kamu putriku, dan sampai kapanpun di mata Papa kamu merupakan anak kecil yang masih berlarian kesana kemari," sahut Nehru sambil memberikan pelukan hangat kepada putrinya.

Sonia langsung memeluk pria sepuh itu, wanita cantik ini, begitu terharu atas perjuangan ayahnya yang sampai sekarang masih terus berada di jalur utama untuk membelanya, beruntunglah Sonia masih memiliki keluarga yang mau mendengarkan keluh kesahnya.

"Sudah Nak, jangan menangis, saat ini kau sedang hamil, jadi tidak boleh stres ya, biarkan saja yang menyakiti akan mendapatkan balasan di kemudian hari, Allah tidak akan pernah tidur Nak," ujar Nehru.

"Iya Pa," sahut Sonia.

Sedangkan saat ini Kenzi begitu berat menyaksikan pemandangan ini, remaja satu ini tidak terima melihat ibunya harus keluar dari rumah yang sudah di tinggali selama ini, semuanya tiba-tiba hancur lebur begitu saja, bukan hanya salah di wanita baru, akan tetapi ayahnya juga salah, karena sudah tidak bisa menjaga kesetiaan rumah tangganya.

'Aku akan berjanji akan membuat keduanya malu seperti apa yang sudah dirasakan oleh mamaku sekarang,' batin Kenzi.

Saat ini keempat orang ini mulai berusaha untuk menghibur Sonia agar merasa terhibur dengan keadaan ini, meskipun mereka bertiga tidak bisa menyembuhkan luka Sonia secara langsung akan tetapi kepedulian dan kebersamaan mereka membuat luka yang ada di hati Sonia sedikit terobati.

"Sayang, jangan merasa sendiri, kau punya anak yang hebat seperti Kenzi, Papa yakin Kenzi bisa menjagamu dengan baik," ujar Nehru.

"Iya Pa, aku tahu itu, dan ketahuilah aku merasa bersyukur memiliki kalian bertiga yang selalu ada dan menjadi garda terdepan ku," ungkap Sonia.

"Itulah kunci sebuah keluarga, melengkapi satu sama lain, melindungi yang lemah dan merangkul yang mempunyai masalah, aku harap apa yang sudah ku lakukan ini bisa menjadi contoh untuk keturunan kalian kedepannya, terutama kamu Kenzi, seorang laki-laki itu harus kuat, dan berkomitmen, melindungi dan menjaga itu merupakan tugas laki-laki, jadi jangan pernah kau menyakiti ataupun berkhianat terhadap perempuanmu," pesan Nehru.

"Iya Kek, semua pesan dan ajaran Kakek masih aku simpan di dalam pikiranku, aku tahu tugas laki-laki itu berat maka dari itu semuanya harus dilandasi oleh iman," sahut Kenzi.

"Siiip, karena iman itu perlu kita jaga, agar diri terhindar dari hal-hal yang merugikan diri kita ataupun orang lain," tutur Nehru.

Semuanya mulai mengakhiri obrolan ini dengan menikmati secangkir teh hangat yang dibuat oleh asisten rumah tangga mereka.

Sedangkan saat ini Sonia mulai menata hati untuk benar-benar bisa terlepas dari Dion maka dari itu perempuan ini sudah siap mengikuti langkah selanjutnya untuk bercerai dari suaminya itu, meskipun dalam agama di larang bercerai ketika hamil akan tetapi Sonia tetap akan menunggu sampai anaknya lahir.

"Semoga perceraian ini merupakan jalan yang terbaik untuk diriku dan kedua anakku," gumam Sonia sambil menatap Kenzi yang sedang ngobrol dengan ayahnya.

Bersambung....

Maaf ya telat up, maklum lah efek dari Idul Adha. 🙏🙏🥰🥰🥰