Bagaimana jadinya jika seorang muslimah bertemu dengan mafia yang memiliki banyak sisi gelap?
Ketika dua hati berbeda warna dan bertemu, maka akan terjadi bentrokan. Sama seperti iman suci wanita muslimah asal Indonesia dengan keburukan hati dari monster mafia asal Las Vegas. Pertemuannya dengan Nisa membawa ancaman ke dunia gelap Dom Torricelli.
Apakah warna putih bisa menutupi noda hitam? Atau noda hitam lah yang akan mengotori warna putih tersebut? Begitulah keadaan Nisa saat dia harus menjadi sandera Dom Torricelli atas kesaksiannya yang tidak sengaja melihat pembunuhan yang para monster mafia itu lakukan.
°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°
Mohon Dukungannya ✧◝(⁰▿⁰)◜✧
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Four, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
LiBaW — BAB 34
SESEORANG DARI MASALALU
Campbell yang tak sengaja berdiri di ambang pintu, pria itu nampak terkejut dan panik ketika namanya disebut oleh Ada sebagai tersangka utama.
“Bu-bukan saya Nyonya, percayalah!” ucapnya segera mengelak dan Ada sudah menatapnya tajam.
“Kenapa dia? Bukan dia. Siapa pelayan baru itu? Bagaimana bisa mansion ini menerima wanita tertutup dan sialan sepertinya?” kesal Jones membuat Ada berkerut alis mendengar ciri-ciri tersebut.
“Tunggu! Maksudmu, seorang pelayan wanita yang tertutup?”
Ada mencoba mengamati pendengar nya barusan. Tidak ada pelayan yang tertutup, semuanya menggunakan dress selutut.
“Tentu, meski aku mabuk tapi aku masih mengingatnya. Wanita sialan!” geram Jones yang bangkit dari duduknya. Namun seketika Ada menahan lengan putranya.
“Siapa yang kau maksud huh? Apa wanita itu mengenakan pakaian tertutup, hijab?” terlihat wajah panik sekaligus amarah yang tertahan saat Ada mengatakannya.
“Ya. Ibu sudah tahu— ”
Plakk!!
Seketika tamparan keras baru saja didapat oleh Jones dari ibunya sendiri. Tentu saja pria itu terlihat kesal dan kebingungan, hingga Campbell yang ada di sana ikut nyeri di bagian pipi kanan Jones. “Ouchh..” Gumamnya pelan.
“Apa yang terjadi?” tanya Sarai yang tiba-tiba datang dan melihat semua itu.
Seketika amarah Ada mereda dan menoleh dengan senyuman kecil, seolah dia sengaja ingin menutupi semua itu. “Tidak ada. Aku hanya memarahinya karena dia pulang terlambat semalam dan ... Terlalu banyak minum!” jelas wanita paruh baya itu membuat Sarai berkerut alis.
Sedangkan Sarai menatap ke Jones yang hanya diam menahan amarahnya.
“Sebaiknya kau rubah pola hidupmu, sebelum kau menyesalinya. Dan kalian! Berhentilah bertikai.” Kesal Sarai yang kemudian melangkah pergi dan mengabaikan sesuatu yang ingin dia bicarakan dengan Jones.
Ada sudah tahu watak putrinya itu. Dia selalu memilih jalannya sendiri dan Ada tidak bisa mengendalikannya.
Melihat kepergian Sarai, Ada kembali berbalik menatap tajam ke putranya.
“Siapa yang melihat mu dengannya malam tadi huh, katakan?!” gertak Ada semakin membuat Jones bingung hingga pria itu menepis kasar kedua tangan ibunya.
“Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa itu sangat penting!”
“Tentu saja penting karena dia istrinya Dom! Kau tahu, jika dia sampai tahu soal ini ... Dia akan mencincang mu!” jelas Ada yang masih menatap dengan mata lebarnya itu.
Sementara Jones yang mendengar kabar tersebut, tentu pria itu terlihat terkejut namun dia tak peduli.
“Apa yang bisa Dom lakukan? Dia dikendalikan oleh ayah, dan akan menuruti setiap perkataannya! Lagi pula akan aku balas wanita sialan itu— ”
“Hentikan Jones! Kau tidak tahu, tapi aku tahu.” Gertak Ada hingga wanita itu mengusap kepalanya dan menoleh ke arah Campbell yang masih berdiri.
Sadar dengan tatapan Ada, pria itu langsung berdiri tegap.
“Kau sudah tahu semua ini, Campbell?!” tanya Ada yang kini menghampirinya.
“Aemm.. iya Nyonya! Dan saya pastikan tidak ada siapapun saat itu, selain saya.” Jelas Campbell dengan nada tenang dan yakin, sehingga mendengar itu, Ada mengangguk-anggukkan kecil kepalanya dan merasa lega.
Jones yang malas dengan sikap ibunya itu, dia hanya menggeleng kecil dan melangkah ke arah kamar mandi tanpa memperdulikan kepanikan sang ibu. “Shit!” umpat kesal Jones membuat Ada menoleh ke arah perginya sembari berkacak pinggang.
“Sampai kapanpun aku tidak akan kalah dengan Amor, akan aku buktikan bahwa aku yang akan berkuasa di sini.” Gumam pelan Ada membuat Campbell penasaran dengan apa yang dibicarakan oleh majikannya saat ini.
Hingga akhirnya Ada melangkah keluar melewati kepala pelayan tadi. “Minggir!” ketusnya kasar ke Campbell.
...***...
Sementara di sebuah PUB yang masih tutup. Nisa dan Dom baru saja masuk ke sana, tidak ada siapapun selain pria tua penjaga tempat tersebut, panggil saja Ji.
“Tuan Dom! Tidak biasanya Anda datang!” sapa pria dengan kemeja putih rapi yang berdiri di balik meja bar dengan senyum lebar.
“Hm. Berikan dua botol vodka dan bawa ke atas.” Pinta Dom yang terdengar ramah, namun juga tegas.
Melihat itu Nisa berkerut alis tak suka. Oh, tentu, bagaimana bisa dia menyuruh orang tua seperti itu tanpa memberi salam.
Sementara Nisa? Wanita itu melihat ke arah paman Ji saat pria tua itu menatapnya penuh tanya. “Assalamualaikum!” sapa Nisa dengan ramah tanpa berjabat tangan.
“Senang bertemu dengan Anda!” balas Ji tersenyum ramah hingga pria itu menoleh ke Dom yang masih diam menatapnya.
“Ingin berbincang dengannya?” tawar Dom dengan sengaja, namun Ji yang sudah bekerja lama dengannya, tentu saja pria tua itu tersenyum tipis dan menggeleng, seakan itu bukan keinginan tulus dari Dom, melainkan ancamannya.
“Tidak Tuan, masih ada pekerjaan yang harus saya selesaikan, permisi!” ucapnya tersenyum ramah ke Nisa.
Senyuman Nisa pudar saat dia menatap ke Dom yang juga menatapnya santai. “Ingin mengatakan sesuatu?” tanya Dom.
Lirikan sinis Nisa membuat pria itu semakin tertarik menggoda amarahnya. Dalam sekejap saja, Dom sudah bisa melupakan amarahnya malam itu, sementara Nisa? Wanita itu masih mengingat bagaimana suaminya bilang bahwa dia membunuh ibunya sendiri.
“Tidak ada yang harus dibicarakan denganmu.” Ketus Nisa berpaling.
Seketika pria itu berjalan mendekatinya, sangat dekat hingga Dom sedikit menunduk saat dia mencoba menatap istrinya yang masih berpaling. “Cobalah untuk terbiasa. Allah akan melindungi mu!” ucap Dom yang langsung membuat Nisa menatapnya sehingga kini wajah mereka begitu dekat.
Terlihat senyum kecil di bibir Dom, yang tak pernah dilihat oleh keluarganya sendiri namun Nisa melihatnya saat ini.
Tak berselang lama, Dom berbalik pergi menuju ke arah tangga. Sementara Nisa masih berdiri di tempatnya hingga pria itu menoleh ke belakang, menunggu istrinya untuk mengikuti langkahnya.
“Allah... Allah... ” Nisa dengan kepasrahan nya, dia melangkah menghampiri suaminya yang.
.
.
.
Sebuah mobil baru saja berhenti di depan PUB, dimana mobil Dom juga terparkir di sana, karena memang kawasan di sana sepi.
“Periksa, apakah tempat ini buka?” pinta seorang pria dengan kemeja putih rambut cepak serta warna mata cokelat lumpur dan tajam.
“Baik Tuan.” Sang sopir segera turun, memasuki PUB tersebut sedangkan pria berambut cepak tadi menatap lurus ke mobil hitam milik Dom Torricelli.
Tentu saja mudah dikenali karena karena mobil itu sangat khusus, hanya mobil Dom Torricelli yang memiliki goresan tanda di belakang mobilnya.
“Dom Torricelli.” Gumam pelan pria yang masih duduk di dalam mobil dan menoleh ke PUB di sampingnya itu. Tak berselang lama, anak buahnya baru saja kembali ke dalam mobil.
“Tempat nya masih tutup dan hanya di buka waktu malam.” Jelasnya, namun bosnya sibuk memikirkan hal lain sehingga kefokusan nya masih tertuju ke PUB dan mobil di depannya itu.
“Jalankan mobilnya.” Pinta pria itu dengan berkerut alis.
tapi suka deh ga Selema itu nisa
aduhh makin bagus ceritanya
Apakah itu Malfoy?