Langit tak pernah ingkar janji
Dihina karena miskin, diremehkan karena tak berdaya. Elea hidup di antara tatapan sinis dan kata-kata kejam. Tapi di balik kesederhanaannya, ia menyimpan mimpi besar dan hati yang tak mudah patah.
Suatu hari, ia mendapatkan sebuah tawaran untuk melanjutkan sekolah di kota.
Apakah elea akan menerima tawaran tersebut? Apakah mimpi elea akan terwujud di kemudian hari?
Penuh teka teki di dalamnya, jangan lewatkan cerita ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kegabutanku, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 34
Sinta pun bingung ia harus melakukan apa, ia juga tidak mau jatuh miskin.
"Pa... Jangan usir aku, aku mau tinggal dimana?" Ucap Sinta bersujud di kaki Pras.
"Hentikan drama mu itu Sinta dan pergilah." Ucap Pras yang sudah muak dengan drama Sinta.
Sinta pun beranjak dan pergi dari rumah Pras dan pergi ke Apartemennya.
"Sialan memang anak itu, aku pasti akan membuat perhitungan. Gara- gara dia semua yang sudah aku bangun hancur begitu saja." Ucap Sinta marah- marah di dalam sana. Ia membanting semua barang- barang yang ada disana.
Pras masih mencari keberadaan Candra untuk menjelaskan semua nya.
"Kamu kemana Ndra papa pasti akan jelasin semua ini sama kamu." Ucap Pras dalam mobilnya.
Ia mencoba menghubungi teman- teman Candra, namun mereka tak ada yang tau dimana keberadaan Candra.
Hingga akhirnya terlintas dalam benaknya untuk menemui Elea.
"Ohh iya, gadis itu. Namun, bagaimana caranya agar aku bisa menemuinya? Aku tak mengetahui dimana keberadaan dia." Ucap Pras di dalam mobilnya.
Ia tak henti- hentinya menelpon Candra hingga akhirnya telpon itu tersambung.
"Kamu kemana sih Ndra? Kenapa dari tadi papa telpon nggak kamu angkat? Sekarang kamu dimana? Biar papa jemput."
"Aku nggak lagi dimana- mana kok pa, aku masih mau nenangin diri aku. Yaudah ya pa, aku tutup telpon dulu. Papa jaga kesehatan..." Ia langsung menutup telponnya lalu mematikannya.
"Ndra, papa belum selesai bicara. Halo ndraa... Ndra..." Ucap Pras di seberang sana.
"Sialll... Ini semua gara- gara Sinta. Semua yang aku bina selama ini hancur berantakan." Ucap Pras sambil memukulkan tangannya di setir mobilnya.
Suasana rumah Pras saat itu bener- bener Chaos banget.
Lalu bagaimana dengan kisah Elea? Apakah ibunya Elea sudah siuman? Oke cusss kita beralih kesana.
"Bu, el kangen bu. Kapan ibu membuka mata aku ingin bercerita banyak." Ucap Elea sambil menitihkan air matanya.
"Apa ibu nggak capek tidur terus? Apa ibu nggak mau bercerita panjang lebar lagi sama aku? Ibu marah ya sama El. El janji, setelah ini El akan sering- sering jenguk ibu. El akan membawa Ibu jalan- jalan." Ucapnya sambil mengelus punggung tangan sang ibu ia meletakkan kepalanya di sebelah lengan sang ibu. Ia memelukkan dan sesekali juga menciumnya.
Sebelum Elea memejamkan matanya ia melihat ada pergerakan jari ibunya.
Ia mengucek matanya dan memastikan apakah itu benar?
Ia pastikan lagi bahwa ia sedang tidak bermimpi dan itu memang nyata.
Lambat laun pergerakan jari ibunya tersebut semakin nyata Elea segera memanggil dokter untuk mengecek kondisi sang Ibu.
"Dok, tolong Cek kondisi ibu saya." Ucap Elea
"Iya dokter El, saya periksa ya." Dengan sangat teliti ia memeriksa kondisi bu Siti.
Hingga samar - samar terdengar suara lirih seorang wanita.
"Ishhh... Aku dimana ini? Mengapa semua ruangan ini putih? Apa aku sudah meninggal?" Ucapnya, namun mata bu Siti memicing menelisik keberadaanya.
"Ibu... Ini Elea bu. Ibu sudah sadar?" Ucap Elea sambil mengusap air matanya.
"Elea? Kamu siapa?" Tanya Siti.
"Bu, ini El bu. El anak ibu yang sudah ibu rawat sejak kecil." Ucap Elea sambil memegang tangan sang ibu.
"Sejak kapan aku punya anak? Elea? Maaf aku tidak mengenalimu " Ucap Siti. Elea menatap dokter yang memeriksa dengan tatapan banyak pertanyaan.
"Dok, apa yang terjadi sama ibu?"
"Sepertinya, ibunya dokter El mengalami amnesia hal ini diakibatkan benturan yang keras. Nanti saya akan adakan pemeriksaan lebih lanjut." Ucap Dokter yang menanganinya.
"Apa dok? Nggak mungkin." Elea tak kuasa menahan air matanya. Seolah dunianya runtuh ibunya sendiri bahkan tak mengenalinya.
"Yang sabar dokter. Pihak rumah sakit pasti akan memberikan yang terbaik untuk kesembuhan ibu Siti."
"Tolong berikan yang terbaik untuk ibu saya dok." Kaki Elea terasa lemas. Ia tak mampu menahan kesedihannya. Keluarga satu- satunya bahkan tak mengenalinya.
"Ibu yakin tak mengenaliku? Aku Elea bu. Anak ibu satu - satunya." Bu Siti tak bergeming ia hanya diam saja.
"Awwww..." rintihnya.
"Ibu kenapa? mana yang sakit?"
"Dokter El, tolong jangan memaksanya untuk mengingat. Ia pasti akan sangat kesakitan dokter El yang sabar ya." Elea pun mengangguk.
"Dok, saya keluar dahulu." Ucap Elea.
Elea pergi ke mushola yang ada di rumah sakit ia tumpahkan semua kesedihannya disana. Ia mengadu apa yang sudah ia alami.
"Ya allah cobaanmu terlalu berat, tolong bantu aku melewati ini semua. Hanya ibu yang sayang sama aku hanya ibu yang aku punya." Ia luruh dalam doanya.
Lantas mau mengadu kepada siapa lagi? Kalau bukan sama Yang Maha Kuasa.
"El, kamu yang sabar ya. Aku yakin kamu pasti kuat menjalani ini semua." Ucap Vita yang saat itu datang ke rumah sakit akibat di hubungi oleh Elea.
"Vit, aku harua bagaimana? Ibuku saja tak mengenaliku." Ia kembali menangis dalam pelukan Vita.
"Semua masalah pasti ada jalan keluarnya El. Kamu harus sabar aku yakin ibu pasti sembuh dia pasti mengingat memori indah bersama kamu." Vita semakin mempererat pelukannya.
"Lalu kedepannya aku harus bagaimana Vit?"
"Ya, kamu jalani hidupmu sebagaimana kamu menjalani hari- hari seperti biasanya. Nanti, aku akan meminta Andy untuk mencarikan dokter terbaik untuk ibumu."
"Lagi- lagi aku merepotkan mu Vit."
"Aku tidak merasa direpotkan El, justru sesama teman harus saling membantu."
"Makasih ya Vit." Elea kembali memeluk Vita.
"Boleh aku masuk? Aku juga ingin melihat bagaimana kondisi ibumu." Elea mengangguk.
Mereka berdua masuk kedalam ruangan bu Siti.
"Eleaaaa..." teriak bu Siti saat melihat Vita datang.
"Tante, aku Vita bukan Elea. Aku teman Anak tante." Ucap Vita mencoba memberikan arahan. Elea menatap sendu ke arah ibunya.
"Dia bukan Elea, kamu yang anakku. El, maafkan ibu ya ibu nggak bisa dateng ke wisuda kamu. Tapi, ibu punya sedikit hadiah kecil untukmu." Bu Siti mengeluarkan kotak kecil yang ada di sakunya.
Ia buka kotak tersebut disana ada sebuah kalung yang cantik dengan inisial nama Elea.
"Ibu pasangkan ya?" Bu Siti beranjak dari tidurnya untuk memasangkan kalung di leher Vita.
"Bu, dia Vita teman Elea. Yang Elea itu justru aku bu." Ia menangis tak kuasa menahan air matanya.
"Bukan, kamu bukan Elea jangan suka mengaku- ngaku kamu." Ucap Nya.
"Tante, tapi dia benar. Lihat ini, aku juga memiliki kalung dengan inisial namaku." Ucapnya sambil menunjukkan kalungnya.
"El, kenapa kamu memakai benda orang lain. Lepaskan itu nggak baik nak. Ayo kembalikan pada yang punya." Ucap Bu Siti.
Vita pun memberikan kode kepada Elea agar ia menerima kalungnya dan memakainya.
"Bu... Aku putri ibu yang sesungguhnya." Ucap Elea memberikan pengertian kepada ibunya.
"Kamu kalau masih ngotot seperti itu, aku nggak mau lagi ketemu sama kamu. Berhenti membuat kebohongan." Ucap bu Siti tanpa melihat ke arah Elea.
Deg....
Seperti disambar petir disiang bolong, Elea mencoba Ikut dalam permainan Vita.
"Gue ada ide El, udah kamu diam aja dulu." Bisik Vita
.
.
Emang dari dulu, Vita selalu punya ide cemerlang. Tapi, kira- kira apa ide vita selanjutnya. Stay di. novelku gaiss. Terima kasih... Yang sudah bergabung tinggalkan jejak kalian. Loppppp ❤️❤️❤️🫶
makasih Thor, do'a terbaik juga buat dirimu Thor 🙏😍😍