NovelToon NovelToon
Ceo Cantik Terjebak Cinta Pria Desa

Ceo Cantik Terjebak Cinta Pria Desa

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Berondong / Beda Usia
Popularitas:16.2k
Nilai: 5
Nama Author: Helliosi Saja

Sebuah insiden kecil memaksa Teresia, CEO cantik umur 27 tahun, menikah dengan Arga, pemuda desa tampan umur 20 tahun, demi menutup aib. Pernikahan tanpa cinta ini penuh gengsi, luka, dan pengkhianatan. Saat Teresia kehilangan, barulah ia menyadari... cintanya telah pergi terlalu jauh.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Helliosi Saja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 28

Tere tersentak, tubuhnya mendadak lemas, kakinya gemetar. Ponsel yang terjatuh dibiarkannya tergeletak di lantai. Kepalanya kosong. Yang terbayang hanya satu: Arga. Pemuda polos yang selama ini dia abaikan. Pemuda yang malam itu baru saja mengungkapkan perasaan tulusnya.

"Ya Allah... Arga..." bisiknya pelan, sebelum akhirnya dia tersadar dari keterkejutannya.

Dengan langkah terburu-buru, Tere berlari keluar rumah. Hujan masih turun deras, membasahi wajahnya yang kini penuh air mata. Tangannya gemetar saat mencoba membuka pintu mobilnya. Berkali-kali gagal, hingga akhirnya pintu itu terbuka.

Di dalam mobil, ia langsung menyalakan mesin, melaju menuju Rumah Sakit Bina Kasih sesuai yang diberitahukan sang Papa. Sepanjang perjalanan, matanya berkaca-kaca, dadanya sesak. Pikiran-pikiran buruk menghantui.

"Kenapa aku begitu bodoh? Kenapa aku tinggalkan dia malah pergi bersama rio? Kenapa aku tega berkata seperti itu? Arga... jangan tinggalkan aku... jangan..."

Mobil yang dikendarainya nyaris oleng beberapa kali. Air mata yang membanjiri pipinya membuat penglihatannya kabur. Tapi Tere tak peduli. Yang ada hanya satu tujuan: dia harus segera sampai.

Sesampainya di rumah sakit, Tere memarkir mobil sembarangan, langsung berlari menuju ruang IGD. Hujan membasahi rambut dan bajunya, tapi dia tak menghiraukan itu.

"Permisi! Arga! Di mana Arga?!" serunya panik kepada seorang suster.

Suster itu menunjuk ke sebuah ruang tindakan. "Pasien korban tabrak lari ada di dalam, Nona. Dokter sedang berusaha semaksimal mungkin. Mohon tunggu sebentar..."

Tere mendekati pintu kaca ruang tindakan. Dari balik kaca, dia melihat Arga terbaring lemah, tubuhnya penuh perban. Selang oksigen terpasang di hidungnya, alat monitor berbunyi ritmis mengiringi setiap nafasnya yang berat. Dokter dan perawat sibuk menanganinya.

Saat itulah Tere benar-benar tak kuasa menahan tangis. Air matanya mengalir deras. Dia memegangi kaca, tubuhnya bergetar hebat.

"Ya Allah... Arga... maafkan aku... jangan tinggalkan aku... aku belum sempat minta maaf... aku belum sempat bilang kalau aku mulai merasakan sesuatu yang berbeda padamu... jangan pergi... kumohon..."

Suster menenangkan Tere, membawanya duduk di kursi tunggu. Tere menangis di sana, menggenggam erat tangannya sendiri, berusaha menenangkan diri. Namun bayangan wajah Arga, senyumnya, tutur lembutnya, kata-kata terakhirnya tentang martabak itu—semua berputar di kepalanya.

Tak lama, Papa Adrian dan Mama linda datang dengan wajah cemas, dia memesan jet pribadi agar cepat sampai ke Indonesia setelah sampai papa adrian dan mama linda lansung menuju kerumah sakit. diikuti oleh beberapa orang kepercayaan keluarga. Papa Adrian dan Mama linda segera mendekati putrinya.

"Tere, bagaimana kondisinya?"

Tere hanya bisa menggeleng pelan, air matanya tak berhenti mengalir. "Papa... aku takut kehilangan dia, Pa... aku... aku salah Pa... aku nggak pernah benar-benar hargai dia... tapi sekarang aku takut... aku takut..."

Mama linda memeluk putrinya erat. "Sudah... kita doakan yang terbaik untuk Arga. Kamu tenang dulu ya, Nak..."

Sementara itu, dokter keluar dari ruang tindakan. Wajahnya tegang.

"Keluarga pasien?" tanyanya.

Tere dan Adrian segera mendekat. "Saya ayah mertuanya... ini istrinya..." jawab Adrian cepat.

Dokter menghela nafas. "Kami sudah melakukan tindakan awal. Kondisinya kritis. Ada pendarahan di kepala dan beberapa tulang rusuk patah. Sekarang dia koma. Kami akan segera bawa dia ke ruang ICU. Mohon keluarga bersiap dan segera urus administrasi untuk perawatan intensif."

Ucapan dokter itu membuat tubuh Tere kembali lemas. Dia menutup wajahnya dengan kedua tangan, menangis tersedu.

Arga pun dibawa melewati mereka dengan tempat tidur dorong, dipindahkan menuju ruang ICU. Tere hanya bisa memandang dengan tangis yang membuncah. Dia berjalan pelan mengikuti hingga di depan pintu ICU.

Saat Arga dibawa masuk, Tere berdiri terpaku. Hatinya seolah ikut masuk bersama Arga ke ruang itu.

"Arga... tolong... buka matamu... aku di sini... aku ingin kita memperbaiki semua ini... aku janji..."

Langit malam kian gelap. Hujan di luar masih turun, seakan menangisi nasib cinta Arga yang tulus, yang kini terbaring tak berdaya di antara hidup dan mati.

Waktu seakan berhenti di malam itu. Hujan masih setia turun, membasahi bumi, membasuh luka-luka yang tak kasat mata di hati Tere. Jam dinding di lorong rumah sakit terus berdetak pelan, seolah menghitung setiap detik yang terasa begitu panjang baginya.

Tere duduk di kursi tunggu di depan ruang ICU. Matanya sembab, wajahnya pucat. Rambutnya sedikit berantakan, bajunya masih basah karena hujan yang tadi tak sempat ia hindari. Namun Tere tak peduli. Yang terpenting baginya hanya satu: Arga.

Dia menatap nanar pintu ruang ICU. Pintu itu kini menjadi penghalang dirinya dengan sosok Arga yang terbaring koma di dalam.

"Arga... maafkan aku..." bisiknya pelan, berulang-ulang.

Setiap ia memejamkan mata, bayangan Arga muncul begitu jelas. Wajah teduh Arga, senyumnya yang selalu tulus, suaranya yang lembut saat memanggilnya "Mba", dan ucapan terakhirnya sebelum pergi:

"Mba... kita makan yuk... anggap aja ini makan terakhir kita bersama..."

Ucapan itu kini menusuk hati Tere lebih dalam dari yang pernah ia bayangkan.

Tangisnya kembali pecah. Air mata tak lagi bisa dia bendung. Dia merasa hampa, menyesal, hancur.

"Kenapa aku buta selama ini? Kenapa aku abaikan dia? Kenapa aku nggak pernah mau lihat ketulusan dia? Kenapa aku selalu pilih menyakiti dia? Arga... bangunlah... jangan pergi... aku mohon..."

Waktu terus berjalan. Malam berganti dini hari. Dingin lorong rumah sakit menusuk tulang. Tapi Tere tetap di sana, setia menunggu. Beberapa suster sempat menyapanya, menawarkan untuk beristirahat sebentar, tapi Tere hanya menggeleng lemah.

Dia ingin tetap dekat dengan Arga. Walau hanya bisa menatap pintu ini, itu sudah cukup baginya.

Papa Adrian sesekali datang menghampiri, menguatkan putrinya. "Nak... kamu harus kuat. Arga pasti juga ingin kamu jaga kesehatanmu. Kita doakan dia ya."

Tere mengangguk pelan, tapi matanya tak pernah lepas dari pintu itu.

Pagi mulai menjelang. Sinar mentari perlahan menembus jendela rumah sakit, tapi hati Tere tetap kelam. Setiap langkah dokter atau suster keluar masuk ruang ICU membuat jantungnya berdegup kencang. Setiap kali pintu itu terbuka, ia berharap mendengar kabar baik. Tapi hingga kini, Arga tetap koma.

Sesekali, Tere mendekat ke kaca kecil di pintu ICU, mencoba mencari-cari sosok Arga. Samar ia lihat tubuh Arga terbaring lemah, selang dan alat medis menempel di tubuhnya.

Air matanya kembali jatuh.

"Arga... aku di sini... aku nggak akan kemana-mana. Aku tunggu kamu bangun... aku janji..."

Dan untuk pertama kalinya, Tere menyadari satu hal: hatinya sudah goyah. Rasa yang selama ini ia tolak, perlahan mulai menyelinap masuk. Bukan karena rasa kasihan. Bukan karena beban. Tapi karena dia mulai sadar, Arga-lah yang selama ini diam-diam mengisi ruang kosong di hatinya.

Dia menggenggam tangannya erat, menahan sesak di dada.

"Ya Allah... tolong beri dia kesempatan... biarkan aku tebus semua salahku padanya... jangan ambil dia dariku..."

Suara hujan yang semalam menemani kini telah reda. Namun hujan di hati Tere masih deras. Ia duduk kembali di kursi tunggu, menatap kosong, menunggu dan terus menunggu dengan setia....

1
nuraeinieni
aduh arga serasa aq mau benturkan ke tembok kepalamu spy kamu mengingat tere dan pernikahanmu dgn tere.
nuraeinieni
tdk apa2 tere,perjuangan mu tdk akan sia sia,pasti membuahkan hasil yg manis
nuraeinieni
aduh kenapa pake perjodohan,semoga arga cepat mengingat tere
nuraeinieni
sabar tere,pasti nanti arga akan mengingatmu
nuraeinieni
semoga saja arga langsung mengenal tere
nuraeinieni
semoga ingatannya arga pulih
nuraeinieni
akhirnya kebusukan rio terungkap
nuraeinieni
mewek bacanya,,,😭😭😭😭
nuraeinieni
syukurlah terw akhirnya menyadari arga tulus mencintainya
nuraeinieni
baru nyesal tere,,,;semoga arga cepat sadar.
nuraeinieni
semoga aja kamu yg bucin duluan sama arga.
nuraeinieni
wah wah,awas loh tere nytar kamu nyesal
nuraeinieni
wew suami saling ketemu tp masih malu2 dan jaim
nuraeinieni
syukurlah arga dan jaka daoat pekerjaan.
nuraeinieni
rejeku anak sholeh ya arga,langsung dapat kos kosan murah dan jurangan kosan nya baik.
nuraeinieni
bagus tuh arga,kamu merantau ke jakarta sama jaka,siapa tau kalian dpt kerja yg bagus atau kamubida minta tolong sana mertuamu utk carikan lowongan pekerjaan.
Helliosi: makasih kak bantu support nya ya. baru belajar jadi author🤣🙏
total 1 replies
nuraeinieni
syukurlah kalau kamu merasa bersalah tere,gimanapun arga suami yg sah.
nuraeinieni
walaupun kamu tepis tp bayangan pasangan halal tetap terbayang.
nuraeinieni
tetap semangat arga,,,tunjukan kamu juga bisa sukses dgn kerha kerasmu.
nuraeinieni
yg sabar arga,tere butuh waktu waktu,biarkan tere beroikir jernih
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!