Evan adalah seorang pemuda miskin yang membangkitkan kekuatan mata api di dalam dirinya. Mata api ini memiliki kemampuan yang luar biasa, mampu menembus pandang, kekuatan medis legendaris, ahli beladiri tidak tanding.
Kehidupan Evan juga seketika mulai berubah, dari yang sebelumnya begitu di remehkan, kini orang yang paling di idamkan.
Istri yang dia nikahi secara tiba-tiba, secara perlahan juga jatuh hati kepadanya dan bahkan banyak gadis-gadis cantik yang mendekatinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agus budianto, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 33 RENCANA LICIK MARGONO
Margono masuk ke gudang dengan penuh rasa percaya diri sekali. Dirinya begitu yakin dapat menang dari Evan dan membalaskan dendam dari Junaidi adik seperguruannya.
"Ini terlalu sulit sekali," ujar salah seorang di sana.
"Di tempat ini bukan hanya ribuan, tapi puluhan ribu batu yang sudah tidak berguna, bila di lihat satu persatu, sudah pasti akan memakan waktu berhari-hari," ujar orang yang lain.
"Aku justru merasa tidak mungkin ada giok asli di tempat ini," ujar orang yang lain lagi.
Di gudang ini semua batu adalah material sisa yang sudah tidak terpakai. Semuanya sudah mengalami sortiran beberapa kali, sehingga sangat tidak mungkin di dalamnya berisi giok.
"Evan, semua yang berada di sini adalah benda tidak berguna, sama sekali tidak bernilai, bagaimana kamu bisa menemukan giok asli?" ujar Lisa kepada Evan.
"Bagaimana jika kita berganti cara bertanding yang lain?" sambung Lisa.
"Tenang saja, aku merasa masih ada giok di tempat ini," balas Evan.
Sebenarnya Evan telah menggunakan kekuatan mata apinya dari tadi. Pandangannya telah menembus hampir semua bongkahan batu pada tempat ini.
Sementara itu, Margono juga sudah mulai memeriksa bongkahan potongan batu satu persatu.
"Batu ini tidak ada dan tidak bernilai," ucap Margono pada sebuah batu yang di periksanya.
"Ini juga tidak ada," ucap Margono pada batu yang lain.
"Ini juga sama saja," ujar Margono pada batu yang lain lagi.
Sementara itu, Evan hanya memperhatikan gerak-gerik dari Margono. Evan dapat menyadari dari cara dan sikap Margono pasti ada sesuatu yang tidak beres.
"Kamu pasti memiliki rencana, aku ingin tahu itu," ucap Evan dalam hati.
Evan kembali mengeluarkan mata apinya. Seketika kedua bola mata Evan tampak seperti bola api yang membara. Evan mengeluarkan kekuatan tembus pandang yang dia miliki.
Sedangkan Margono mulai melangkah maju menuju ke arah sebuah batu yang dekat dengan tiang bangunan. Langkah Margono begitu lurus menuju ke batu tersebut tanpa memperdulikan batu yang lain, seolah tujuannya memanglah ke sana.
"Ini dia," ucap Margono dalam hati dengan sedikit senyuman di bibirnya.
"Sejak awalnya aku sudah mempersiapkannya dan menaruhnya di tempat ini," sambung Margono dalam hati.
Pandangan Evan juga menembus batu yang berada di hadapan Margono dan mendapati memang ada giok di dalamnya.
"Benar saja, seperti dugaan ku, kamu sudah mempersiapkannya dengan sangat baik," ucap Evan dalam hati.
Evan dapat menebak bahwa Margono sudah menyiapkan ini semua untuk berbuat curang terhadapnya. Itu alasannya mengapa Margono mengajaknya datang ke tempat ini.
"Aku pilih yang ini saja," ucap Margono pada batu di hadapannya.
Margono mulai membungkuk untuk mengambil batu tersebut. Rasa percaya diri yang begitu tinggi tampak pada diri Margono. Dirinya begitu yakin sekali akan menang dan mengalahkan Evan.
Namun sesuatu yang tidak di sangka oleh Margono tiba-tiba terjadi di sana. Evan tidak membiarkan begitu saja Margono mengambil batu tersebut. Evan mengambil batu di dekatnya dan melemparkannya ke arah batu yang akan di ambil Margono.
"Brak," kedua batu itu berbenturan dengan keras.
"Apa..." sontak saja Margono kaget bukan main.
Batu yang hendak dia pilih langsung terpental dan menabrak batu-batu yang lain. Alhasil batu itu sudah bercampur dengan batu yang lain tidak karuan. Kini Margono juga kesulitan untuk menemukan mana batu yang telah dia siapkan sebelumnya karena sudah tercampur dengan batu yang lain.
"Aduh maaf, sepertinya tanganku licin," ujar Evan sambil menahan tawanya.
"Brengsek, jelas-jelas kamu sengaja ingin menggangguku memilih batu," balas Margono dengan marah.
Margono tampak begitu emosi sekali dan marah terhadap Evan. Batu yang hendak dia pilih, kini sudah tercampur dan entah berada di mana.
"Aku tidak mengambil batu yang kamu pilih, batunya ada di sana," ujar Evan.
"Apa mungkin kamu sudah mengaturnya dan tidak bisa menemukannya lagi, kamu seorang master, mana mungkin tidak bisa menemukannya bukan?" sambung Evan.
"Eh..." Margono kaget mendengarnya.
Seketika Margono menjadi begitu panik sekali sekarang.
"Perkataan pemuda ini benar juga, batu yang di pilih sendiri, bagaimana mungkin tidak bisa menemukannya kembali?" ujar salah seorang di sana.
"Kalau itu aku, jelas aku pasti bisa menemukannya," ujar orang yang lain.
"Master Margono begitu hebat dan terkenal di kota barat daya, seharusnya tidak masalah bukan?" ujar orang yang lain lagi.
"Ba... bagaimana mungkin, mana mungkin aku tidak bisa menemukan batu yang telah aku pilih sendiri," balas Margono langsung menyangkalnya.
Tentu saja Margono langsung membantahnya , walaupun sesungguhnya dirinya begitu sangat panik.
"Sialan, apa mungkin dia sengaja, apa dia sudah mengetahui rencanaku?" pikir Margono.
Tidak mungkin evan tiba-tiba saja mengacaukan batu miliknya begitu saja, jelas pasti ada sesuatu di balik itu, pikir Margono.
"Kalau begitu segera temukan kembali, waktu juga terus berjalan dan yang tersisa tidak banyak lagi," ujar Evan.
"Ya sudah aku akan cari," balas Margono seolah berusaha tenang.
Walaupun mencoba tetap tenang di hadapan semua orang, tapi sesungguhnya dia sangat panik sekali. Kini batunya sudah bercampur dengan batu yang lain dan sulit untuk membedakannya. Margono juga segera membungkuk dan mulai mencari batu miliknya.
Sementara Evan mulai melangkah untuk mencari batu pilihannya. Kedua bola mata Evan tampak seperti bola api yang membara mengeluarkan kekuatan tembus pandangnya.
Beberapa menit kemudian, Evan mulai melangkah pasti menuju ke sebuah batu yang cukup besar di sana. Batu itu setidaknya berukuran sebesar bola kaki.
"Tidak menyangka, di antara tumpukan batu tidak berguna, malah masih ada benda berharga seperti ini," pikir Evan.
Evan mulai berjongkok dan meletakkan telapak tangannya pada batu yang berukuran sebesar bola kaki.
Sementara itu semua orang di sana di buat merasa aneh dengan sikap dari Margono yang telah berhasil menemukan batu pilihannya sebelumnya.
"Akhirnya aku menemukanmu, hampir saja reputasi baikku hancur," Margono memeluk batu pilihannya yang sudah dia temukan.
Margono terlihat sangat bahagia sekali sampai air matanya juga mulai keluar dengan sendirinya. Tentu saja hal ini membuat semua orang merasa aneh.
"Apa tidak terlalu berlebihan sekali," ujar salah seorang di sana mengatai Margono.
"Bukankah hanya menemukan batu saja, kenapa harus seperti itu," ujar orang yang lain.
"Seperti sudah menemukan harta Karun saja," ujar orang yang lain lagi.
Semua orang tidak mengetahui bahwa batu tersebut saat ini adalah penyelamat bagi Margono. Reputasinya bisa hancur bila tidak dapat menemukannya kembali.
Walaupun dirinya seorang master batu, tapi untuk menemukan giok dari puluhan ribu batu tidak berguna di tempat ini, itu hampir tidak mungkin. Di tambah lagi waktunya hanya 1 jam saja, sehingga sangat mustahil bagi siapapun.
Sehingga Margono memang sudah mempersiapkannya dari awal untuk dapat mengalahkan Evan dan membalaskan dendam adik seperguruannya.
"Bocah, aku sudah selesai memilih, kamu pasti akan kalah," ujar Margono dengan sangat bersemangat dan penuh rasa percaya diri.
"Hoh..." Evan menguap.
"Bukankah kamu hanya mencari batu asli yang memiliki giok kristal di dalamnya," balas Evan.
"Apa kamu pikir dengan giok seperti itu aku akan kalah," sambung Evan.
"Ini..." Margono sangat terkejut sekali, bagaimana Evan bisa tahu bahwa di dalam batu miliknya ada giok jenis kristal.
Giok jenis kristal adalah salah satu giok teratas dengan nilai yang tinggi. Dengan giok kristal ini, Margono sangat yakin bisa mengalahkan Evan.
Mempertimbangkan tempat ini adalah sampah dari potongan batu festival, tidak mungkin ada yang bisa mengalahkan giok kristal miliknya.